Kalian Suka Baca FF Suzy Berpasangan Dengan Siapa ?? ^_^

Jumat, 20 Desember 2013

[ONESHOOT] ILLUSION. . . (?).

  No comments    
categories: 
[ONESHOOT] ILLUSION. . . (?)
Author : Baaizy
Main Cast :
KIM MYUNGSOO as Himself
BAE SOOJI as Herself
Another Cast :
JUNG SOOJUNG as Herself
CHOI MINHO as Himself
Genre : Hurt (Maybe)

NOTE: Cerita dan alurnya murni dari pikiran aku sendiri. No Bash and please RLC!! Dan Mian typo nya berkeliaran. Hehehe..


    Jika kau bertanya apakah aku menyesal dilahirkan seperti ini, maka aku akan menjawab TIDAK dengan tegas. Bahkan jika kalian bertanya apakah aku ingin dilahirkan kembali dengan penuh keberuntungan maka aku akan memberi jawaban yang sama. Aku bahkan akan memilih kehidupan seperti ini jika memang terlahir kembali. Mengenal orang-orang yang sama, menyayangi orang yang sama, dan hidup dilingkungan yang sama. Aku tak akan pernah bosan, bahkan rasa lelah pun tak pernah ada. Jika aku bisa melihatnya maka semua tak akan menjadi masalah.
            Aku adalah… ahh mungkin kalian bisa mengataiku seorang pengecut. Atau entahlah aku juga tak peduli. Karena percuma kalian mengenalku, aku juga tak akan pernah mengenal bahkan mengingat kalian. Kecuali satu orang itu. Ya, hanya dia. Yang ada dipikiranku hanya dia. Dia yang selalu ada disampingku, dia pemilik senyum terindah menurutku. Bahkan dimimpiku pun hanya dipenuhi oleh dia. Dia yang selalu membuatku memeriksakan jantungku ke dokter karena hampir setiap hari berdetak tak normal. Berlebihan mungkin, tapi itulah kenyataannya. Aku hidup untuk dia. Ralat. Hidupku tergantung dengan dia. Ohh sial.. hampir lima menit aku berada di ruangan ini. Dan jantung mulai lagi tak normal. Itu artinya dia akan datang.
“O’.. Myung-ah!” sapanya di balik pintu berjalan menghampiriku. Sial. Kenapa dia selalu menggerai rambutnya. Itu akan membuatku sulit bernapas. Lihatlah senyum riangnnya membuatku berkeringat dingin. Ayolah Myungsoo.. tenang dan santai. Bahkan aku susah mengatur nafasku sekarang. Ya, dia duduk disampingku.
“Ya’ kau kenapa?” Aku? Aku juga tak tahu Sooji-ah. Jangan memandangku seperti itu. Kau bisa membuatku pingsan.
“Haa… A.. ani!” ucapku singkat lalu mencoba mengalihkan pandanganku. Aku benar-benar bisa mati jika terus bertatapan dengannya. Kulihat dia hanya mengangguk dan mengalihkan pandangannya kedepan. Tepatnya ke papan tulis. Aku pun mengikuti arah pandangannya. Dan kembali terdiam beberapa saat sebelum segerombolan yeoja masuk dan menghampirinya. Ya, sepertinya mereka adalah sahabat terdekatnya selain AKU. Aku tidak terlalu memperhatikannya, itu tak penting juga
kan?
            Bae sooji. Orang pertama yang menjadi temanku saat pindah ke Seoul, orang pertama yang menjadi temanku di sekolah bahkan di kelas ini dan dia cinta pertamaku juga. Bukannya tak ada yang ingin menjadi temanku, tapi aku yang tak memberi kesempatan kepada mereka. Aku bukan anti sosial. Aku bahkan sering ikut bersosialisasi di luar sekolah. Seperti saat aku ikut bersama ayahku untuk bekerja bakti di daerah-daerah yang masih tertinggal. Daerah yang belum memahami arti kebersihan. Atau bahkan ikut dalam acara amal di Perusahaan kami. Tapi untuk di sekolah dan kelas ini, aku tak bisa. Karena perhatianku hanya tertuju pada dia.

            Pernahkah kalian merasakan ketakutan dan kekhwatiran yang mendalam? Atau, hal apa yang paling kalian takuti di kehidupan ini? Bukankah kehilangan adalah hal yang paling menakutkan dari segala hal? Aku. Aku selalu merasakan ketakutan itu. Setiap hari bahkan setiap detik. Aku dilanda kekhwatiran yang mendalam saat orang-orang baru datang dan menghampiri kami. Khususnya dia. Aku takut jika suatu saat dia akan memberikan senyum yang sama dengan kepada orang lain. Aku takut jika suatu saat seseorang masuk diantara kami dan perhatiannya akan terbagi. Atau bahkan jika suatu saat dia.. Tidak aku tak bisa menyebut yang satu ini. Itu terlalu menyakitkan jika hal tersebut terjadi.

            “Oppa… Kau bisa pulang duluan. Aku masih ada kegiatan setelah ini.” Ck.. apa gadis ini tiba-tiba amnesia? Menyuruhku pulang duluan. Apa dia pernah melihatku pulang sendiri, tanpa dia.
            “Ani… Aku akan menunggumu!” ucapku lalu memasukkan buku-buku yang sudah dipelajari ke dalam tasku.
            “Tapi.. mungkin ini akan lama. Tidak seperti minggu lalu!” ucapnya lagi. Ya, aku ingat minggu lalu, di hari yang sama kami pulang jam lima sore. Dan menyebabkan Maag-ku kambuh lagi karena menahan lapar. Dan sepertinya hari ini akan terjadi hal yang sama lagi. Tapi, bukankah itu tak masalah jika ada dia? Setiap hari sabtu dia mengikuti kelas music. Dia memang suka menyanyi dan suaranya tak diragukan lagi. Aku selalu menyukai apapun yang ada pada gadis ini. Apapun.
            “Jika sudah selesai, telpon aku!” ucapku lalu berjalan mendahuluinya.
            “Oppa… tap-“
            “aku menunggu di tempat biasa” balasku cepat lalu melangkah keluar dari kelas. Selama apapun itu jika kau yang aku tunggu, aku tak masalah.
            Kini aku berada di tepi lapangan basket. Aku hanya duduk menonton tak berniat untuk ikut bermain. Itu akan menguras tenagaku. Kulihat jam yang melingkar di tangan kananku sudah menunjukkan jam tiga lewat sebelas menit. Aku menyandarkan tubuhku di kursi dan mencoba memejamkan mata. Sial. Aku tak bisa memejamkan mata untuk waktu yang lama, disini sangat terang. Matahari bersinar terang hari ini. Aku merasakan butiran keringat jatuh ke pipiku setelah duduk tegak. Baiklah aku mengeluarkan buku yang tidak terlalu tebal dan kembali menyandarkan tubuhku di kursi. Akupun membuka buku itu lalu meletakkannya di wajahku. Ya, setidaknya aku merasa nyaman dan terpejam kembali.
“Ssa… Ssam.. Ssambe! Myungsoo Sunbae!” apa lagi ini? Siapa lagi yang menggangguku. Baru beberapa menit aku terpejam ada lagi yang mengagnggu. Dengan terpaksa aku melepas buku yang melindungi wajahku dan memperbaiki dudukku.
“A’..annyeong haseyoo. Mmi.. Mianhe, aku mengganggu Sunbae..!” aku hanya mengerutkan alisku. Sudah tahu mengganggu tapi tetap melakukannya.
“Nuguseyo?” ucapku dingin dan memperhatikannya yang sedang senyum malu. Kenapa dia?
“Apakah Sunbae tidak mengingatku?” Ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang aku rasa tak gatal itu.
“Mian.. aku tak ingat. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” Tanyaku. Ya, jujur saja aku malas berbicara saat ini.
“nde? Ohh itu.. kemarin kau menolongku di kantin. Saat aku tersandung dan hampir terjatuh di dekat Sunbae!” ucapnya dan tersenyum kearahku. Ohh.. ternyata gadis ini lagi. Tadi dia bilang apa? Aku menolongnya? Ck.. sepertinya dia salah paham. Sebenarnya aku tak menolongnya, tapi aku melindungi gadisku. Dia hampir terjatuh dan mengenai Sooji.
“ohh… kau. Lalu?’’ tanyak lagi saat dia masih berdiri dihapanku.
“nde. Aku Soojung. Jung Soojung. Kelas 10 2.” Ucapnya lagi.
“Aku tak menanyakan namamu. Maksudku, kenapa kau menghampiriku? Kau ada perlu apa?” tanyaku langsung. Aku tidak suka berbasa-basi pada orang lain.
“Ohh mian.. Sebenarnya aku ingin mengucapkan terima kasih mengenai masalah yang kemarin. Aku benar-ben- ..”
“Sepertinya kau salah paham. Sebenarnya aku tak bermaksud menolongmu. Aku hanya melindungi gadis yang ada disampingku itu. Aku takut kau jatuh dan menimpanya.” Jelasku padanya. Kulihat terjadi perubahan di wajahnya. Dia terlihat sedikit pucat setelah mendengar penjelasanku. Dan itu benar-benar bukan urusanku.
“Ohh.. jadi seperti itu. Mian Sunbae.. tapi aku tetap merasa kau tolong, meskipun kau tak bermaksud!” aku hanya diam dan kembali memposisikan dudukku seperti semula sebelum orang ini datang. Tapi gadis ini belum juga pergi.
“Sunbae.. aku ingin mengatakan sesuatu.” Ucapnya sambil tertunduk. Aku kembali memperbaiki dudukku.
“Mungkin hal itu tak berarti bagimu. Tapi aku, bagiku itu sangat berati dan membuatku selalu memikirkanmu.” Ya, itu benar tak berarti bagiku. -_-
“Dan hampir semalaman aku memikirkanmu. Aku.. aku merasa jatuh cinta padamu. Dan aku ingin kau menjadi kekasihku!” ucapnya dan tak mampu menatapku. Gadis ini benar-benar sudah tak waras rupanya.
“Lalu?” tanyaku dingin. Aku malas berurusan dengan gadis seperti ini. Ini bukan yang pertama kalinya aku menerima pengakuan cinta. Aku tak ingat ini sudah kesekian kalianya. Itu sama sekali tak penting.
“Lalu… mm.. maukah kau menjadi kekasihku?” aku hanya diam melihat gadis yang didepanku ini. Kulihat dia sangat gugup dan tak mampu memandangku.
“Mian.. aku tak bisa. Kau cari saja namja lain yang memiliki perasaan yang sama terhadapmu!” aku menolak. Ya, tentu saja. Bukankah dari awal aku sudah mengatakan kalau aku hanya tertuju pada satu orang. Dan kalian juga sudah tahu siapa gadis itu.
“Wae Sunbae? Apa kau membenciku?” tanyanya tak terima dengan penolakanku.
“Ani. Aku tak membencimu”. Untuk apa aku membenci gadis ini maupun gadis-gadis lain yang pernah melakukan hal yang sama terhadapku. Bukankah ada sebuah nasihat yang berkata bahwa ‘benci bisa jadi cinta ‘ . dan aku tak ingin hal itu terjadi. Meskipun bisa kupastikan jika hal itu terjadi maka perasaanku tetap tertuju pada satu orang, ya hanya dia Bae Sooji.
“Baiklah… Kau benar-benar akan menyesal nanti Sunbae!”
“Aku tak peduli.” Ya. Aku tak akan peduli, bahkan jika di kehidupan selanjutnya kau menanyakan hal yang sama maka aku akan menjawab hal yang sama pula seperti hari ini. Kulihat gadis itu lari meninggalkan tempatku. Dia menangis. Dan sekali lagi aku tak peduli. Bahkan aku pernah melihat yang lebih parah dari gadis-gadis lain. Ini sudah jam empat, sebaiknya aku melanjutkan tidurku saja. Meskipun dia tak disampingku setidaknya aku bisa melihatnya di alam mimpi.
            Sebelum aku benar-benar terpejam, aku mendengar suara tawa dari seseorang yang tak asing bagiku. Suara itu hanya satu yang punya. Hanya dia. ~gadisku~
            Aku mengikuti arah suara itu. DEG. Sepertinya ada yang pecah di dadaku. Rasanya benar-benar sesak dan sakit. Tiba-tiba ketakutan-ketakutanku muncul satu persatu. Aku hanya bisa mengepalkan tanganku. Aku melihatnya tersenyum dan bercanda bersama seseorang. Dan itu bukan aku. Bukan aku. Aku tak suka, dia tidak boleh melakukan hal yang biasa dia lakukan terhadapku pada orang lain. Dia, maksudku mereka datang menghampiriku. Sooji dan seorang namja.
“Oppa…” panggilnya dengan manja. Seperti biasanya, dan aku suka saat dia seperti itu. Tapi mataku tetap masih tertuju pada namja yang bersamanya itu.
“Oppa!” aku kaget.
“nde?” jawabku gugup. Sekarang detak jangtung tak karuan. Aku tak tahu apa karena Sooji atau karena namja yang bersamanya itu.
“Yak! Kenapa oppa mentap Minho Sunbae seperti itu? Kau terlihat menakutkan!” ucapnya sambil cemberut. Aku suka saat dia cemberut. Dia benar-benar terlihat lucu. Akupun kembali menatap orang yang berada disampingnya itu. Minho. Itu namanya.
“Choi Minho Imnida!” ucapnya tersenyum dan mengulurkan tangannya kepadaku.
“Myungsoo… Kim Myungsoo!” ucapku dan menerima uluran tangannya.
            Aku melihat pemandangan yang benar-benar tak ingin kulihat maupun kumimpikan. Dia mengacak lembut puncak kepala Soojisaat berpamitan. Dan kulihat Sooji hanya tersenyum bahagia saat diperlakukan seperti itu.
“Kau pulanglah.. nanti aku akan menelponmu!” ucap namja itu tersenyum.
“Ne oppa… Jangan terlalu bersemangat!” ucap Sooji lalu melambaikan tangannya ke arah Minho. Ya, sekaang dia sudah pergi kembali.
“Dia siapa?” tanyaku langsung. Aku masih berdiri ditempatku. Aku benar-benar tak mampu  melangkahkan kakiku. Sooji yang sudah berjalan bebrapa langkah kembali berjalan mendekatiku. Kulihat dia tersenyum penuh arti. Dia mendekatkan bibirnya ke telingaku, dia ingin membisikkan sesuatu. Tunggu. Aku benar-benar ingin mati sekarang sebelum mendengar hal yang tidak ingin kudengar.
“Dia…. Namjachinggu-ku!”
“…. Namjachinggu-ku!”
“…. Namjachinggu-ku!”
            Gelap. Semua hitam. Yang aku rasakan hanya sakit yang ada di dalam dadaku. Jantungku bagai terikat sehingga tak mampu berdetak lagi. Kini aku baru sadar bahwa aku benar-benar tak pernah ada di kehidupannya.
Ilusi kembali bermain. Aku masih berdiri menatapnya dari kejauhan. Itu semua hanyalah ilusi. Ilusi yang kuciptakan sendiri. Ilusi yang selalu menghantui dan menakutiku. Ketakutan yang kuciptakan sendiri. Ilusi dia mengenalku, akrab denganku dan menjadi bagian terpenting dalam hidupnya. Dan di dunia nyata, aku hanya bagian dari orang-orang yang pernah dia lalui di jalanan. Aku tak pernah terlihat olehnya. Bahkan melirik pun tak pernah. Dan dia juga tak mengenaliku. Yang bisa kulakukan hanya menatapnya dari kejauhan. Bolos ekskul setiap hari sabtu untuk menungguinya latihan music. Dan yang terpenting untuk mengantarnya pulang. Setidaknya saat pulang kami bisa berjalan bersama. Menyamakan langkah kakinya sejajar dengannya meskipun tidak disampingnya. Ya, tempatku bukan untuk disampingnya tapi di belakangnya. Gadis yang selalu berjalan kedepan tak pernah menoleh ke belakang. Jadi, Aku Tak Pernah TERLIHAT. Tapi itu sudah cukup. Aku tak bisa berharap lebih. Ini pilihanku dan tidak bisa berhenti. Mencintainya.

THE END
Oke. Bingung? Jangan Tanya author ya? Sebenarnya author sendiri juga bingung.. *PLAK
MIAN.. FF ini jauh dari kata sempurna. Dan mungkin feel nya kurang.. tapi tetap RLC ya.. gomawo udah mau baca… :’)
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

JANGAN LUPA RC YA ^o^

JANGAN LUPA RC YA ^o^
Baca , Komen :D