Kalian Suka Baca FF Suzy Berpasangan Dengan Siapa ?? ^_^

Jumat, 25 September 2015

FF Be Careful What You Wish For (Oneshoot)

  No comments    
categories: 
image

Title: Be Careful What You Wish For
Author: @vhyra_pabbo
Genre: Romance, Fantasy, Hurt, etc.
Main Cast: Kim Myungsoo, Bae Suzy, Choi Minho, Jung Soojung aka Krystal Jung
Sub Cast: OC’s and etc.
Length: Oneshoot
Warning: Ini adalah cerita yang saya buat murni dari pikiran saya. Cerita ini hanya fiktif belaka. kalau ada kesamaan tokoh, tempat, dan cerita itu merupakan bukan kesengajaan. Ghamsahamnida~ Bow
FF BY : https://fhyrafirus.wordpress.com
Happy Reading!

***
Suara jam raksasa milik gereja Santa Fortuna berdentang lantang menunjukkan waktu sudah memasuki tengah malam.
Seorang wanita dengan topi ala bangasawan di kepalanya, menangkupkan kedua tangannya khusyuk. Sesekali terdengar desisan pilu dan isakan pelan.
Sudah lima jam wanita berpostur tinggi itu berada di depan patung Bunda Maria. Ia hanya menutup mata basahnya sambil berkomat kamit. Ia bahkan sempat tersungkur lemas di hadapan patung itu, namun bangkit kembali. Ia enggan menghapus airmatanya yang mulai membanjiri wajah ayunya.
Saat wanita itu mengakhiri doanya, tiba tiba angin yang entah dari mana, langsung menerpa wajahnya. Menyibakkan helaian rambut hitam pekatnya. Rambut yang sengaja ia urai bersama topi hitam itu. Topi itu ikut tersibak angin hingga terlempar sampai ke depan pintu gereja yang masih tertutup rapat.
Wanita itu tersentak tatkala merasakan keanehan dalam dirinya. Ia melotot tak percaya sembari mundur perlahan. Menatap patung di depan yang kini tersenyum padanya. Patung tak bernyawa itu akhirnya menyapa wanita berpakaian hitam hitam itu. Ia hanya mengucapkan satu kata.
“Terkabul..”
Wanita itu terperanjat dan mulai berbalik. Tanpa aba aba, ia berlari pontang panting keluar dari ruangan tersebut.
Ketika wanita itu sudah menghilang dari sana, sesosok pria tiba tiba muncul dari balik patung besar. Bibirnya terulas sebuah senyum tipis. Namun matanya berkata lain. Mata elang itu tajam. Menusuk.
***
Suzy. Wanita yang baru saja masuk ke dalam sebuah rumah megah bak istana kerajaan Ratu Elizabeth, melepaskan jaket bulunya dan menaruhnya serampangan di atas lantai. Tampak acuh dengan tubuhnya yang basah kuyup. Ia kehujanan saat pulang dari gereja yang berjarak sepuluh meter dari rumahnya. Ia bahkan tak peduli dengan jarum jam yang kini menunjukkan pukul 12 lewat tengah malam.
“Ji-ssi..”
Suzy sontak berhenti dan menoleh perlahan ke arah si pemanggil.
“Kau baru pulang?”
Suzy terpaku sejenak sampai ia mencoba mengeluarkan senyum.
“Ne..” jawabnya kaku.
“Kau melewatkan sarapan pada jam setengah delapan malam dan kau melewatkan pesta pernikahan tuan Choi Minho pada jam 9 malam sampai jam 12 tadi..” tutur si pemanggil yang tidak lain adalah asisten pribadi Suzy.
Suzy meremas tangannya sambil berusaha tersenyum kuat.
Wanita parubaya itu tersenyum membalas Suzy yang tak bersuara. Ia lalu membungkukkan kepalanya dan pamit, hendak ke kamar, tidur.
“Aku ke gereja!”
Teriakan Suzy sontak menghentikan langkah wanita berseragam lengkap ala asisten rumah tangga itu.
Ia berbalik dan mengangkat jempolnya tanda ‘okay, tidak masalah, aku mengerti’.
Senyum Suzy perlahan mengembang melihat asistennya itu mendukung tingkahnya. Tapi ia masih takut.
“Eomeoni.. eoddiseo?” Tanya Suzy kemudian, agak ragu.
“Sepertinya masih di rumah tuan Choi..”
Suzy mengangguk paham dan tanpa kata lagi, langsung melengos dari sana menuju kamar.
***
Di sudut perpustakaan Fakultas Bahasa, berdiri seorang wanita yang tampak serius dengan buku filsafat di tangan. Wajahnya tertekuk sejak setengah jam yang lalu. Sibuk dengan lembaran lembaran kertas filosofi. Membosankan.
“Soojung-ssi..”
Panggilan itu membuat wanita bernama Soojung itu mendongak. Ia tersenyum tatkala mendapati seorang pria yang sudah berada di hadapannya.
“Mwo?” Soojung menyimpan buku supertebal itu di rak dan fokus menatap pria dihadapannya.
“Chukkae..” ucap pria itu dingin.
Soojung tersenyum kikuk sambil menggaruk kepalanya pelan. Pria itu lalu berbalik dan berlalu dari sana. Aura dingin menusuk, sama seperti di gereja semalam.
Soojung mengangkat bahu tak peduli dengan sikap Myungsoo.
Tak berselang lama, pria yang ditunggu tunggunya sedari tadi, kini sudah berada dihadapannya. Pria yang sudah resmi menjadi suaminya semalam.
“Minho-ah..” dengan penuh kasih, Soojung memeluk suaminya itu dalam. Meremukkan. Minho meringis lalu tertawa pelan melihat antusiasme istrinya.
Dari kursi paling pojok, Suzy memperhatikan romantisme memuakkan itu sambil bersembunyi di balik tumpukan buku di depannya. Wajahnya tak bisa berbohong. Begitu marah dan kesal. Tapi ia tak bisa berkata apa apa. Semuanya sudah terjadi. Dan hal ‘itu’ pun terjadi. Sangat menyebalkan baginya.
Sucker..” gumam Suzy jengkel setengah mati.
Mata Suzy masih memperhatikan pasangan itu keluar dari perpustakaan sambil bergandengan tangan.
“SIALAAAN!” Suzy berteriak histeris seraya menghempaskan buku buku yang ada di depannya.
Penjaga perpustakaan yang sedikit jauh dari tempat Suzy, berdehem keras membuat Suzy berhenti. Ia tertawa renyah lalu menarik ranselnya yang berada di atas meja dan keluar dari ruangan itu dengan perasaan dongkol tanpa membereskan buku buku yang berserakan di atas meja.
“Brengsek..”
***
Suzy berhenti di depan sebuah gereja tempat Soojung dan Minho masuk tadi. Ia menatapnya seraya menarik nafas dalam dalam.
Saat hendak masuk, tangannya tiba tiba ditahan oleh seseorang yang tak lain adalah Myungsoo. Suzy bergumam tidak jelas lalu menghela nafas berat.
“Mworagu?” Tanya Suzy ketus.
“Nan arra..” jawab Myungsoo tanpa jeda. Ekspresinya tak terjelaskan.
“Ne?” Suzy mengeluarkan ekspresi ‘Excuse me? What’s wrong?’
Myungsoo melepaskan genggamannya dan mulai berjalan masuk ke dalam gereja.
“Yak mwoya?!” Pekik Suzy yang tak juga menghentikan langkah Myungsoo.
“Myungsoo-ssi!”
Myungsoo berhenti. Ia tersenyum. Tersenyum penuh rahasia.
“Yak Myungsoo-ssi!”
Myungsoo kembali berjalan tanpa kata.
“Yak Myungsoo-ssi!” Suzy berlari dan menahan tangan Myungsoo.
“Apa maksudmu huh? Kau mengetahui apa?” Tanya Suzy penasaran, menuntut. Wajahnya mulai memucat.
“Kau.. tak.. akan..” Myungsoo berpikir sejenak lalu menghempaskan tangan Suzy begitu saja tanpa melanjutkan ucapan menggantungnya.
Suzy kembali berteriak. Berteriak penuh kesal. Marah. Ia meluapkan semua amarahnya dengan umpatan umpatan kasar.
Asshole!”
Myungsoo tertawa pelan mendengar itu.
***
“Annyeong Myungsoo-ah..” refleks Soojung begitu melihat Myungsoo muncul dari balik pintu masuk. Myungsoo tersenyum seramah mungkin yang sukses membuat Minho memicing curiga.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Sembur Minho dengan nada tak bersahabat.
“Tempat ini milik ayahku..” balas Myungsoo yang langsung membuat Minho kikuk. Minho lalu menarik Soojung keluar dari sana secara paksa.
“Untuk apa kita datang ke sini kalau hanya akan bertemu si brengsek ini? bahkan dia pernah ingin mencuri pacar pertamaku dan sekarang tampaknya ia ingin mencurimu dariku..” gumam Minho yang dapat didengar jelas oleh keduanya. Soojung lantas menahan Minho. Wajahnya menuntut penjelasan.
“Apa maksudmu?” Tanya Soojung tajam.
Minho mendecak tak tahan.
“Yak!” Bentaknya.
“Apakah kau tak menyadari bahwa sedari tadi dia sangat ramah padamu? Sama seperti ketika dia melihat Suzy. Bahkan kau pun sangat ramah padanya! Apakah kalian sedang berselingkuh eoh?!”
Soojung terpaku sesaat sampai ia mengeluarkan tawa renyahnya.
“Yak! Aku tak mungkin berselingkuh dengan orang ini! Aku hanya mencintaimu! Choi Minho! Suamiku sekarang!” Bentak Soojung tak kalah keras.
“Jadi apa artinya tadi? Myungsoo-ah? Ck.. Kenapa sangat formal? Bahkan kalian tak pernah saling sapa di kampus dan WAE KAU INGIN PERGI KE GEREJA INI HUH?!” Minho tersulut emosi sampai hampir memukul wajah Soojung. Untung saja Myungsoo dengan cepat menahan tangan Minho.
“Tenanglah brengsek..” tahan Myungsoo mulai kesal.
“Apa urusannya denganmu huh?! Aku adalah suaminya! Dan kau bukan siapa sia-”
Bugh!
Hening. Mata Soojung terbelalak melihat darah segar di pinggir bibir Minho. Myungsoo malah tersenyum puas setelah melayangkan pukulannya ke wajah Minho. Orang yang sedari dulu membuatnya kesal.
“Yak Myungsoo-ah! Kita sedang berada di gereja! Kenapa kau tak se-sopan itu?!” Pekik Soojung seraya melayang tatapan tajamnya ke arah Myungsoo. Namun, pria itu masih tersenyum. Ia menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka. Suzy muncul dengan mimik merah padam. Amarah yang sudah memuncak.
“Yak Suzy-ssi!!!!!”
Semua terperangah mendengar Suzy malah meneriaki namanya sendiri.
“KELUAR DARI TUBUHKU BRENGSEEEEKKK!” Teriaknya membabi buta.
Semua sukses terpaku.
“Aku.. adalah Soojung!” ungkap Suzy mantap. Matanya tegas. Ah sungguh! Ia tak bisa menahannya lagi.
Memori Minho kini terputar ke beberapa jam yang lalu. Saat Minho merasa sikap Soojung mulai berubah menjadi wanita manis yang sangat anggun bak putri. Saat ia merasa Soojung tak pernah lagi mengucapkan kata kata kasar yang sering ia ucapkan ketika kesal. Bahkan yang paling aneh ketika melihat Soojung menjadi rajin ke gereja hanya sekedar berdoa untuk keawetan pernikahan mereka. Ia merasakan perubahan itu. Soojung berubah banyak dan ia sangat senang. Tetapi.. saat mengetahui kenyataan ini, mengapa ia sangat senang jika ternyata yang berada di dalam tubuh Soojung adalah Suzy? Ah entahlah. Mungkin hanya karena sifatnya yang berubah. Sifat yang selama ini ia harapkan dari Soojung.
Tepuk tangan takjub nan sarkastis Myungsoo, memecah keheningan sore itu.
Semua lantas menoleh ke arah Myungsoo.
“Kalian sangat lucu..” ucapnya sarkastis.
Suzy mendecak dan Soojung melangkah maju menuju Myungsoo.
“Kau tahu? malam itu.. saat pernikahan Minho oppa.. aku tidak menghadiri undangannya dan malah ke gerejamu kan?” Terang Soojung alias Suzy.
“Aku selalu ke sini setiap aku tengah sedih, karena jaraknya yang sangat dekat dari rumahku..”
Semua terdiam.
“Aku tahu pemilik gereja ini adalah teman masa kecilku. Kim Myungsoo..”
“Pria dengan kemampuan supranatural..”
Suzy alias Soojung dan Minho tertegun mendengar penjelasan barusan.
“Kau pikir aku akan mempercayai bahwa jiwa kami tertukar karena patung itu?” Soojung—Suzy—menunjuk patung tempatnya menangis semalam.
“Kim Myungsoo.. pria yang bisa mengabulkan permintaan orang..”
“Hanya orang yang disukainya..”
“Dan dia mengabulkan permintaanku untuk bertukar tubuh dengan Soojung.. dan aku sangat bersyukur dan berterima kasih padanya..”
Minho tampak tak percaya setelah mendengar penuturan konyol itu. Sangat tak masuk akal.
“Karena sudah bertahun tahun dia selalu mengabulkan permintaanku saat aku berkunjung ke gereja ini..”
Soojung—Suzy—terdiam sejenak. Ekspresinya seperti mengingat sesuatu.
“Ah ani.. dia tidak sesakti itu.. bahkan dia tidak bisa mengabulkan beberapa permintaanku dan dengan santainya aku malah mengatai dia sakti? Ck..” Soojung—Suzy—tersenyum sinis.
Hati Myungsoo mulai panas hingga berefek ke matanya yang tampak memerah.
“Dia.. Kim Myungsoo.. selalu bersembunyi di balik patung tempatku berdoa.. dan saat itu juga ia mengabulkan permintaanku..”
“Hanya perlu beberapa jam untuk menemukan perubahan yang telah dilakukan Kim Myungsoo..”
“Dan.. aku meminta Myungsoo menukarkan tubuhku dengan Soojung agar..”
Soojung—Suzy—menelan salivanya gugup.
“Agar pria kecil ini sadar..”
“Bahwa aku sama sekali tak menyukainya..”
Jleb!
“Karena aku hanya menyukai Choi Minho..”
“Gheurae-”
Myungsoo tak sadar airmatanya mulai mengalir di pelupuk.
“Berhentilah menyukaiku..” Soojung—Suzy—menatap Myungsoo sejenak dan berlalu begitu saja. Meninggalkan Minho dan Suzy—Soojung—yang tampak masih tak percaya. Myungsoo demikian. Namun, ekspresi dinginnya yang selama bertahun tahun ini melekat pada dirinya, saat itu juga sirna. Berganti dengan ekspresi penyesalan. Dalam benaknya, ia terus menerus meneriaki satu kalimat.Mengapa aku harus selalu mengabulkan permintaan Suzy?
Tapi ia tak bersuara. Ia tak pandai berbicara banyak.
Minho perlahan melunak. Begitupun Suzy yang kini bersemayam jiwa Soojung.
“Yak Myungsoo-ssi!” Teriak Suzy—Soojung.
Myungsoo tak peduli teriakan itu dan malah berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan khusus.
“Yak Myungsoo-ssi! Anggaplah bahwa aku adalah Suzy! Dan kabulkan permintaanku!” Teriak Suzy—Soojung—tegas. Myungsoo tak berhenti dan kali ini ia sudah benar benar masuk. Meninggalkan Suzy dan Minho di ruangan penuh kursi itu.
“Jadi.. sekarang apa yang harus kita lakukan?” Tanya Minho bingung sekaligus shock.
“Nan mollaso.. kita harus membuat Suzy membuat permintaan.. agar tubuh kita kembali tertukar..” ucap Suzy—Soojung—lemas. Matanya lalu tak sengaja menangkap memar di pinggir bibir Minho.
“Yak kau terluka?!”
***
Soojung—Suzy—menangis seharian di dalam kamarnya yang bernuansa dark-soft. Perpaduan yang sangat aneh dibarengi sifat tak kalah aneh dari Soojung. Tapi sekarang sudah lain, Soojung bukanlah Soojung. Ditubuh ramping itu terdapat jiwa Suzy disana. Jiwa melankolis nan penuh perasaan Suzy. Mungkin karena status sosial yang dimiliki Suzy yakni darah biru yang kental—kakek buyutnya adalah seorang bangsawan Eropa. Kontras dengan Soojung yang memiliki sifat yang sulit ditebak dan memiliki ketidakstabilan diri. Kamar itu mungkin mencerminkan sifat Soojung yang memiliki sisi lembut dan gelap.
Di tempat lain, di sebuah kamar berwarna gold, dihiasi pernak pernik mewah lainnya, Suzy—Soojung—bertopang dagu di atas kasur sembari telentang bebas. Jiwa Soojung disana. Mereka tertukar karena kekuatan ajaib Myungsoo yang dimilikinya sejak lahir. Dari yang Suzy ketahui, ayah Myungsoo adalah seorang pastur dan ibunya adalah seorang penyihir. Mungkin karena itulah Myungsoo bisa melakukan hal ajaib seenak jidatnya.
Suzy alias Soojung itu masih memikirkan jalan keluar dari permasalahannya. Tak perlu berbelit belit. Ia butuh yang simple present.
Tak sampai semenit ia bergumul dengan pikirannya, suara ketukan langsung membuyarkan semuanya. Suzy—Soojung—bangkit dari kasur dengan dumelan pelan. Ia membuka pintu dan mendapati asistennya bersama seorang pria yang tak lain adalah Minho.
“Silahkan masuk..” ucap Suzy—Soojung—tanpa babibu.
Sang asisten tampak termangu beberapa saat sampai Suzy—Soojung—menjentikkan jarinya di depan wajah asistennya itu.
“Wae?” Tanya Suzy—Soojung—informal. Tak seperti bahasa Suzy pada umumnya.
Sang asisten kembali terpana. Ada apa dengan Suzy? Suzy yang kemarin begitu lembut dan sopan. Tak segan segan meminta izin jika akan memasukkan pria dalam kamarnya. Tapi ini..
“Apakah tak apa apa, Ji-ssi?”
Suzy—Soojung—mendecak seraya meniup poninya kesal.
Bullshit.. The rule in this fuckin house was really eats shit..” gumamnya yang dapat didengar jelas oleh asisten itu. Wanita berumur itu kembali melongo.
Suzy—Soojung—dengan kesal yang tak dapat ditahan lagi, sontak menutup pintu tanpa kata.
Bruak!
Wanita parubaya itu tersentak. Ia yakin Suzy akan berpikir sejuta kali untuk melakukan itu. Apakah itu benar benar Suzy yang dikenalinya?
***
“Aku dapat ide..” sembur Minho begitu mereka sudah duduk manis di sisi ranjang.
Suzy—Soojung—mendesis lalu menoleh ke arah Minho dengan pandangan skeptis.
“Mwo gheurae?” Tanyanya malas.
“Aku akan membuat Myungsoo cemburu dan kau membuat Suzy cemburu..”
Suzy—Soojung—tertawa renyah.
“Apa gunanya membuat Suzy cemburu huh? Bukankah dia sudah jelas jelas menolak pria alim itu?”
“Pria alim?” Minho tercengo.
“Kim Myungsoo. Si pemilik gereja yang berjarak sepuluh meter dari sini..” jawab Suzy—Soojung—santai sekaligus kesal.
“Mungkin saja ada sedikit perasaan yang masih terkubur di tempat terdalam dalam hati Suzy..”
“Gheurae?”
“Kita hanya perlu mengeluarkannya..”
“Pabbo!” Suzy—Soojung—menjitak kepala Minho tak tahan.
“Wae? Wae?” Kesal Minho seraya mengusap kepalanya yang nyeri.
“Kau pikir kau sedang bermain drama huh?! Suzy adalah mantan pacarmu dan aku bahkan baru mengetahuinya setelah kita menikah..”
“Lantas apa masalahnya?”
“Neo pabbo saram-” Suzy hendak mengangkat tangannya untuk memukul kepala Minho lagi, namun ketukan pintu yang kembali terdengar, membuat adegan mereka terhenti. Dengan malas Suzy—Soojung—turun dari kasur dan membuka pintu.
Disana berdiri si asisten dan pria yang sedari tadi mereka bicarakan.
Dengan kikuk, Suzy—Soojung—menyapa pria itu.
“Masuklah..”
Kali ini sang asisten tak menyela karena ia sangat mengenal siapa Myungsoo. Sang asisten tersenyum sambil mengangkat tangannya diudara, berisyarat menyemangati
‘Figthing!’
Tapi wajah Myungsoo tak berubah. Masih datar. Dingin. Menusuk.
Si asisten lalu pamit bersama masuknya Myungsoo ke dalam kamar.
***
Mereka kini duduk mengelilingi meja bundar yang ada di sana. Minho dan Suzy—Soojung—menatap dengan mata terbuka lebar, kertas hitam di atas meja.
“Ige.. mwoya?” Tanya Suzy—Soojung—ragu.
Myungsoo berdehem pelan lalu menarik kertas kosong di depannya.
“Ini adalah kertas permintaan dariku..”
Suzy dan Minho saling pandang bingung.
Myungsoo kembali berdehem.
“Berikanlah pada Suzy..” Myungsoo berdehem lagi.
“Lalu suruh dia menuliskan permintaannya di sini..”
Kali ini Myungsoo menghela nafas berat.
“Maka aku akan mengabulkan semuanya..”
Saat Suzy—Soojung—akan membuka mulut, Myungsoo berdiri dan berlalu dari sana tanpa pamit.
“Yak Kim Myungsoo! Tunggu!”
Myungsoo tetap berjalan menuju pintu yang kini sudah siap ia buka.
“Apa maksud kertas hitam ini?”
Myungsoo berhenti. Hening beberapa detik sampai tawa mengerikan menyeruak dari bibir Myungsoo. Lagi lagi menusuk. Tanpa menjawab apa apa, ia berjalan keluar. Teriakan histeris Suzy—Soojung—tak juga menghentikan si-keras-kepala itu.
“Michiiiiiin!!!” Suzy—Soojung—melempar kertas itu ke lantai dan menginjaknya brutal. Tanpa ampun. Minho yang seperti melihat sesuatu di dalam kertas itu lantas menghentikan aksi Suzy—Soojung.
“Lihatlah!” Minho menunjuk kertas yang secara ajaib memunculkan beberapa tulisan tulisan tentang permintaan Suzy di masa lalu. Sepertinya Myungsoo hendak mengingatkan Suzy akan sesuatu.
Myungsoo.. aku ingin ice cream tapi eomma melarangku memakannya. Katanya, penyakit alergiku akan kambuh dan aku akan masuk rumah sakit selama satu minggu.
Tapi aku ingin sekali memakan ice cream…
Bisakah kau mengabulkan permintaanku? Kata eomma, kau adalah orang yang sakti. Sekarang hari natal.. Aku adalah anak yang baik dan rajin ke gereja.. jadi bisakah kau mengabulkannya, Myungsoo? Yak jadilah santa clause hari ini!
Sekarang hari minggu..
Aku ingin jalan jalan melihat salju..
Bermain boneka salju bersama Myungsoo..
Tapi eomma melarangku..
Yak Myungsoo! Cepat kabulkan!
Hari ini aku mendapatkan nilai rendah dalam pelajaran bahasa..
Eomma pasti akan mengurungku ke dalam ruangan penuh buku!
Yak Myungsoo! Tolong kabulkan permintaanku!
Suzy tersentak begitu sampai pada tulisan terakhir.
Kenapa Myungsoo sangat menyebalkan? Permintaan seperti memakan ice cream, menikmati salju dan mendapatkan nilai bagus saja tak bisa! Tapi, Mengapa dia harus mengabulkan semua permintaan tak masuk akalku? Padahal aku hanya kesal pada ayah dan tak bermaksud meminta untuk ayah menghilang dari hidupku! Tapi dia mengabulkannya hingga aku harus kehilangan ayahku! Aku benci Kim Myungsoo! Aku ingin dia menghilang dari hidupku! Jadi bisakah dia mengabulkan ini?
“Mungkinkah.. ini adalah.. daftar permintaan yang belum dikabulkan Myungsoo?” Terka Suzy—Soojung. Minho mengangguk sangsi sambil menatap kertas yang sudah berada di tangannya intens.
“Tapi mengapa permintaan sesimpel ini tak bisa dikabulkan Myungsoo?” Suzy—Soojung—mengusap dagunya aneh, berfikir.
“Jadi, kita harus menyerahkan kertas ini kepada Suzy dan menyuruhnya meminta sesuatu?” Tanya Minho yang membuyarkan konsentrasi Suzy—Soojung. Suzy—Soojung—menoleh cepat. Ia kembali membaca kalimat itu yang semakin membuatnya gelisah.
Aku benci Kim Myungsoo! Aku ingin dia menghilang dari hidupku! Jadi bisakah dia mengabulkan ini?
“Apakah kau yakin.. akan memberikannya?” Tanyanya seperti kehabisan nafas.
***
Suzy perlahan membuka matanya. Airmatanya sampai mengalir melihat langit langit berwarna goldmiliknya.
Ia terharu mendapati jiwanya sudah kembali ke tubuh yang tepat. Ia lalu mengusap airmatanya dan langsung bangkit. Kamar mandi adalah tujuan utamanya setelah sadar seratus persen.
Ia ada janji hari ini. Janji dengan si pemilik kertas. Ada permintaan yang harus dikabulkan. Termasuk permintaan terdahulu yang belum terkabul.
Aku tak mau lagi menjadi Soojung.. ✔
Aku ingin Minho mencintaiku tanpa melukai hati Soojung..
Myungsoo tak boleh menyukaiku lagi.. ✔
Suzy men-checklist permintaan yang sudah terkabul.
***
Setengah jam berlalu saat Suzy sedang asyik menata rambutnya yang masih basah.
Pintunya terdengar diketuk. Ia lantas berjalan ke arah pintu sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia tersenyum datar melihat Myungsoo sudah berdiri di hadapannya.
“Masuklah..”
Myungsoo masuk tanpa kata. Matanya melirik kertas yang berisi daftar permintaan Suzy. Samar, sebuah senyum simpul tersemat dibibirnya. Namun, secepat kilat berubah dingin tatkala Suzy menarik tangannya keluar. Tampaknya Suzy sudah selesai.
Mereka kini berjalan keluar. Di sisi jalan, mobil hitam Myungsoo terparkir. Suzy menarik Myungsoo ke sana. Ia naik sendiri, membuka pintu sendiri. Tak membutuhkan waktu lama, mobil itu melesat pergi.
***
Suzy turun dari mobil dengan mata berkaca kaca. Di depannya, kini berdiri kedai Ice Cream. Kakinya berat melangkah. Ia tahu, 20 tahun tak pernah lagi merasakan benda dingin nan manis itu, pasti membuat siapapun gila. Pernah, ketika Suzy mencoba rasa Ice Cream coklat secara sembunyi sembunyi, Myungsoo menemukannya dalam keadaan pingsan dengan kulit kemerahan di dekat bangku taman karena alergi. Suzy pun harus dirawat selama satu minggu di rumah sakit. Dan itu membuat Suzy trauma dan mencoba mengubur permintaan itu untuk
melindungi dirinya sendiri. Tapi pada akhirnya ia sangat ingin mencicipinya. Tanpa alergi terkutuk itu dengan memberikan permintaan itu kepada Myungsoo yang rupanya belum pernah ia kabulkan. Mungkinkah sekarang Myungsoo bisa?
“Kenapa dulu kau tak bisa mengabulkannya dan sekarang malah mengajakku ke sini?” Tanya Suzy tertahan. Ada rasa kesal di dadanya.
Myungsoo tersenyum sebelum menjawab pertanyaan itu.
“Kau pikir aku se-ahli itu?”
Suzy menoleh cepat. Ia tertegun menatap Myungsoo yang tampak berat.
“Kau sendiri yang berkata kan? Kalau aku tak se-sakti itu..”
Suzy mendadak canggung. Yah, ia masih ingat kejadian di gereja itu. Dalam hati ia berdumel, ‘Mian..Mian..’
Myungsoo berdehem lalu melanjutkan ucapannya.
“Satu yang tak bisa kukabulkan..”
“Mwo.. guyeo?”
“Rasa sakit.. aku tak bisa menghilangkan rasa sakit..”
Jleb!
Suzy menelan ludahnya dalam dalam. Ia betul betul terpukul.
“Dan kau tahu bahwa aku menyukaimu kan?” Kali ini Myungsoo yang menoleh, menatap Suzy dengan tatapan ‘Aku tak sanggup mengabulkannya.. tapi..’
“Mana mungkin aku mengabulkan permintaan yang membuatmu kesakitan?” Myungsoo kembali menatap kedai Ice Cream yang berjarak lima meter dari tempatnya berdiri. Matanya sayu. Tidak tajam seperti biasa.
Nafas Suzy tercekat. Ia tak mampu menjawab kali ini.
“Tapi jika kau mau.. baiklah.. aku akan mengabulkannya.. karena aku sudah tidak menyukaimu lagi, kan?” Myungsoo berusaha tertawa bersahabat, namun sangat sulit hingga terasa pilu.
Suzy tertawa, mencoba menyeimbangi kekakuan Myungsoo.
“Baiklah.. aku akan menahan kesakitan itu.. gheurae.. cepat belikan aku ice cream!” Rengek Suzy mantap. Jantung Myungsoo hampir mencelos keluar. Sangat sulit untuk berpura pura bahwa Myungsoo sudah tak menyukai Suzy lagi. Ia belum mengabulkan permintaan itu dan memilih berpura pura, karena Myungsoo takut. Sangat takut jika ia benar benar tidak menyukai Suzy lagi.
“Baiklah..” Myungsoo menggandeng tangan Suzy menuju kedai Ice Cream. Suzy memicing merasakan tangan Myungsoo yang gemetaran.
“Yak Myungsoo.. Neo gwaenchana?”
Bibir Myungsoo kelu, jadi hanya bisa mengangguk kikuk.
Suzy kembali menghadapkan wajahnya ke arah jejeran Ice Cream. Ia mengambil mangkuk dan sendok hendak memilih sendiri rasa dan toping yang diinginkannya. Saat saat itu adalah saat menegangkan bagi Myungsoo. Ia enggan melihat Suzy merasakan sakit ketika memakan Ice Cream itu. Meski alerginya tak akan muncul, tapi rasa sakit alergi itu akan tetap ada.
Suzy mencoba sesendok Ice Cream rasa coklat dengan toping oreo. Suzy tersenyum menatap Myungsoo lalu menyuruhnya membuka mulut. Myungsoo menggeleng, menolak. Ia masih takut.
Tak sampai lima menit Suzy menikmati Ice Cream itu, ia sudah merasakan gelitik disekujur tubuhnya, dadanya turut sakit, namun ia mencoba menahannya dengan tak bereaksi. Myungsoo tahu Suzy tengah kesakitan. Ia menoleh ke arah lain. Tak mau melihat wajah menahan nyeri itu.
“Ini.. enak..” ucap Suzy pelan. Ia lalu berjalan menuju mobil. Masih menahan kesakitannya.
“Kita.. sekarang.. kemana?” Suzy mencoba menyeimbangkan nafasnya yang kini seperti di ujung batang tenggoroknya.
“Kita akan ke halaman rumahku.. di sana banyak salju. Bukankah kau ingin membuat boneka salju bersama?” Myungsoo masih fokus ke depan. Ia tahu, Suzy masih menahan sakit.
Senyum Suzy perlahan bangkit. Ia mengangguk sayu.
“Ne.. kkaja..”
Myungsoo menarik perseneling dan menginjak pedal gas yang sontak membuat mobil itu pergi dari sana.
***
Sampailah mereka di depan sebuah gereja dengan tumpukan salju dihalamannya. Mata Suzy berbinar binar. Mungkin ini pertama kali baginya membuat boneka salju. Karena selama salju turun, ia tak diperbolehkan keluar.
“Yak bukankah membuat boneka salju tak memiliki rasa sakit?” Cibir Suzy dengan mata menikung ke arah Myungsoo.
“Tapi kau kan alergi terhadap dingin.. jadi alergimu akan kambuh jika kau bermain salju..”
Jleb!
Lagi lagi Suzy harus menelan ludah.
“Gwaenchana.. aku bisa menahannya..” Suzy berusaha tersenyum. Mengapa Myungsoo sepeka itu? Membuatnya merinding saja.
Suzy lalu berlari ke hamparan salju itu. Ia mulai membentuk badan salju dan Myungsoo memperhatikannya.
Lama kelamaan, ia melihat Suzy mulai kehabisan nafas.
“Kau juga buatlah!” Ajak Suzy yang kini hampir menyelesaikan boneka saljunya. Ia hanya membutuhkan tangan, mata, hidung, dan mulut untuk boneka imut itu.
Myungsoo menggeleng, sekali lagi menolak. Jantungnya semakin dag dig dug melihat wajah Suzy yang tampak menahan rasa sakit.
“Yak kau punya kayu bekas?” Myungsoo mengangguk lalu kemudian mengeluarkan sekarung kayu dari dalam bagasi mobilnya. Suzy tertawa puas melihat persiapan matang Myungsoo.
“Kau pria aneh!” Teriak Suzy diselingi tawa lepas. Myungsoo hanya mengulum senyum tipis. Oh! Ia sungguh menanti saat saat ini. Tapi..
Tiba tiba Suzy jatuh tersungkur di atas salju. Matanya melotot. Tampaknya ia masih merasa kesakitan.
“Yak Suzy-ah!”
“YAK NEO WAE?!” Myungsoo mengangkat Suzy yang kini menutup matanya perlahan.
“Aku.. lelah.. dan.. kedinginan..”
***
“Kenapa kau tak mengabulkan permintaanku ketika aku menyuruhmu mengubah nilaiku yang jelek?” Tanya Suzy ketika melihat tugas phonologynya yang sudah dikerjakan dengan bantuan sihir Myungsoo. Mereka sudah berada di dalam kamar Myungsoo di belakang gereja, dengan penghangat ruangan yang langsung membuat Suzy sadar.
“Saat itu kau dikurung di ruang baca kan?”
Suzy mengangguk penasaran.
“Karna di tempat itu kau akan merasa aman dan bisa pintar seperti sekarang.. jika saja aku membantumu setiap kali kau mendapat nilai jelek, maka kau tak akan bisa sepintar ini..”
Suzy terpana selama beberapa detik sampai sebuah senyum terukir dibibirnya.
Myungsoo sudah tiga kali membuatnya tak mampu berkata kata.
“Jadi kali ini aku akan mengabulkan permintaan itu dengan membantumu menyelesaikan semua tugas tugas kuliahmu.. hanya untuk kali ini..”
“Mengapa kau berbicara sangat banyak padaku? Apakah rasa suka itu masih ada? Kau belum menghilangkannya?” Tanya Suzy curiga tatkala melihat tingkah laku Myungsoo yang tak memiliki perubahan signifikan.
Myungsoo mendadak kikuk. Ia menoleh ke arah lain dan malah tertawa renyah.
“Apa maksudmu?”
“Kau belum menghilangkannya?”
“Kkaja! Aku akan mengabulkan permintaanmu yang selanjutnya..” Myungsoo mengalihkan pembicaraan. Ia lantas merogoh kertas dari dalam sakunya. Disana tertulis permintaan yang belum terkabul.
Aku benci Kim Myungsoo! Aku ingin dia menghilang dari hidupku! Jadi bisakah dia mengabulkan ini?
Aku ingin Minho mencintaiku tanpa melukai hati Soojung..
Tiba tiba Myungsoo merasa gugup.
“Sekarang aku akan mengantarmu pulang..” Myungsoo menarik Suzy keluar menuju rumah Suzy yang berjarak sangat dekat.
“Bagaimana dengan permintaan selanjutnya?”
Suhu tubuh Myungsoo mendadak turun. Tubuhnya serasa membeku melihat daftar itu.
“Besok.. kau akan mendapatkannya..”
Suzy tersenyum mendengarnya. Tanpa aba aba, Suzy lantas mengecup singkat pipi kiri Myungsoo yang sontak membuat pria itu tak berkutik sama sekali.
“Sebagai ucapan terima kasih..”
Myungsoo menoleh kaku ke arah Suzy dan detik kemudian ia merasakan darahnya yang tersumbat hingga melemaskan tubuhnya. Ia langsung tersungkur ke tanah.
“YAK KIM MYUNGSOO!”
Myungsoo tersenyum dengan mata yang masih tertutup.
“Gomawo..” gumamnya.
‘Ini pertama kalinya selama 23 tahun..’
‘Suzy mengecup pipiku..’
***
Paginya..
Hangat dan nyaman. Suzy menggosok kedua tangannya perlahan, mencoba mengusir hawa dingin yang menusuk pagi itu. Suasana masih sunyi, namun Suzy sudah asyik menatap langit langit kamarnya yang hanya menampilkan warna gold dan hiasan hiasan pattern di sisinya. Kamarnya hangat, meski suhu sudah dibawah nol derajat.
Baru saja, Suzy menerima telpon dari Minho. Suaranya lemah, serak.
‘Soojung bunuh diri.. bisakah kau datang ke pemakamannya?’ Begitulah kalimat yang didengarnya barusan. Ia masih termenung membayangkan perkataan Myungsoo kemarin.
“Besok.. kau akan mendapatkannya..”
Suzy sama sekali tak menyangka bahwa ia akan mendapatkan Minho dengan cara seperti ini. Memang tidak melukai hati Soojung, tapi.. melukai hati banyak orang.
“Sihir bodoh..” gumamnya datar.
Sudah setengah jam Suzy hanya merenung tanpa aksi. Ia teramat sangat terpukul. Mungkin Soojung bunuh diri karena sihir terkutuk Myungsoo. Dan dialah yang memintanya.
“Suzy..”
“Suzy..”
“Suzy..”
“Suzy..”
“Terkabul..”
Mendadak Suzy merasakan dingin disekujur tubuhnya tatkala suara itu mendengung di telinganya. Tubuhnya membatu, tak berkutik. Matanya yang tetap fokus ke atas, melihat Myungsoo yang kini melayangkan sebuah senyum simpul dengan mata sayu. Ia mulai mengusap wajah Suzy pelan. Suzy tak bisa bergerak. Bahkan kedua bola matanya tak bisa kemana mana. Fokus ke satu titik.
Suzy terlihat ingin sekali berteriak. Ingin memberontak. Membentak. Merengut. Mendengus. Tapi tak bisa.
Myungsoo kini membuka mulutnya yang sedari tadi tertutup rapat.
“Kau ingat semua permintaan yang sudah kau ajukan?”
Suzy tak bereaksi meski ia ingin. Myungsoo berhenti mengusap wajah Suzy yang kini menjalar ke rambut Suzy.
“Aku.. mengabulkan.. semuanya..”
Suaranya terdengar lamban dan mengerikan.
“Kecuali..”
Mata Myungsoo membesar. Mencoba menikmati rupa wanita yang tak pernah lepas dari ingatannya itu.
“Tentang kau menyuruhku menghilang..”
“Disana tertulis bahwa.. kau menyuruhku menghilang..”
“Apakah aku akan menghilang?” Nada Myungsoo meninggi setengah oktaf. Namun Suzy masih tak berdaya.
“Aku tak akan melakukannya..”
“Shireo.. Naega shireo!” Bentak Myungsoo di akhir kata. Ekspresinya berubah total. Tak ada senyum. Tangannya kini mulai menjambak rambut Suzy keras.
“Aku sudah membencimu..”
“Jadi untuk apa aku menghilang?”
“Huh?”
Mereka saling tatap dalam keheningan.
Myungsoo lantas tertawa keras seperti kesetanan. Lalu ia menjentikkan jemarinya yang sontak membuat keadaan Suzy kembali seperti semula.
“Jangan meminta apapun lagi.. aku sudah lelah.. aku pun sudah tak menyukaimu lagi.. jadi jangan menyuruhku untuk menghilang..” Suzy mendengar nafas tak beraturan dari Myungsoo, juga matanya tampak memerah. Tapi Suzy enggan berkata. Diam adalah harga mati. Meski sihirnya sudah hilang, tapi tubuh Suzy masih se-kaku tadi.
Myungsoo lalu bangkit dari kasur seraya memegangi dadanya yang sakit. Ia tahu akan sesakit ini hingga sulit bernafas. Airmatanya jatuh saat ia menarik gagang pintu dan keluar dari sana.
Asisten pribadi Suzy yang juga adalah bibi Myungsoo, sudah menantinya di depan pintu. Tanpa kata, Myungsoo langsung menghamburkan pelukannya. Ia malu sekaligus sakit. Sebenarnya ada dua yang belum dikabulkannya.
Membuat Myungsoo tak menyukai Suzy
Dan
membuat Myungsoo menghilang dari hidup Suzy.
Ia tak bisa melakukan keduanya meski harus mengorbankan segalanya.  Bahkan berpura pura tegar seperti ini.
“Hati Suzy seperti rasa sakit.. dia sangat sulit di sihir dengan mantra apapun.. ahjumma.. dowajuseyo.. dowajuseyo…” tangis Myungsoo dalam diam dipelukan bibinya. Lirih. Begitu pilu.
***END***
Annyeong readers!!!!
FF ini pesanan reader yang katanya ingin membuat Minho sekali kali gak menderita mulu di ffku. Jadi, seperti yang saya ‘bukan janjikan’ tapi saya ‘akan berikan’ yah seperti inilah. Udah abal abal. Plus plus hancur pula XD. Kepanjangan pula. Gaje pula TT!
Yang Myungzy shipper harap kontrol emosinya yak, ini hanya ff buk-pak XD
#Mohon dimaklumi saja XD. Jadi mianhae kalau gak memuaskan yaw :3 miaw
RCL yo!
Bow~
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

JANGAN LUPA RC YA ^o^

JANGAN LUPA RC YA ^o^
Baca , Komen :D