Kalian Suka Baca FF Suzy Berpasangan Dengan Siapa ?? ^_^

Sabtu, 24 Oktober 2015

FF A Little Accident (Oneshoot)

  No comments    
categories: 

Title: A Little Accident
Author: @vhyra_pabbo
Genre: Romance, drama, family, school-life
Main Cast: Bae Suzy, Kim Myungsoo
Sub Cast: Choi minho, Choi Jinri, OC’s
Length: Oneshoot
FF by :fhyrafirus.wordpress
Warning: Ini adalah cerita yang saya buat murni dari pikiran saya. Cerita ini hanya fiktif belaka. kalau ada kesamaan tokoh, tempat, dan cerita itu merupakan bukan kesengajaan. Ghamsahamnida~ Bow
Happy Reading!

***
“Mwo?! Kau menyuruhku ke sini hanya untuk memperlihatkan nilaimu huh?! Sungguh fantastis!” Seru suzy setelah melihat file raport dalam bentuk kertas—sebagai salinan—dari salah satu namja paling tampan di sekolahnya. Ia mengaku kalah.
“Eotthae? Rangking dua?” Namja itu tertawa puas.
“Kenapa kau selalu mendapatkan rangking satu huh?!” Gerutunya.
“Karena takdir.Yak jangan sampai lupa perjanjian kita yah? Kau masih setia di urutan kedua, maka kau harus menuruti perintahku sesuai perjanjian kita semester lalu”
“Ne ne tuan rangking satu!” Sungutnya lalu bergegas pergi dari tempat myungsoo duduk menuju kelasnya.
“Eotthokae?!! Lagi lagi aku harus jadi pembantunya selama satu minggu..” rutuknya sepanjang perjalanan menuju kelas.
“Kenapa aku bisa sebodoh ini huh?! Padahal aku sudah belajar giat! Bahkan aku tak ada waktu untuk memikirkan hubunganku dengan minho oppa karena memikirkan rangking dan perjanjian bodoh itu!” Lagi lagi ia mendengus kesal. Sampai sampai minho memarahinya habis habisan karena selalu mengacuhkannya.
“Suzy-ah.. kau harus mengerjai namja itu. Aku tak suka melihatnya selalu tebar pesona di depan yeoja yeoja” pinta minho kepada yeoja ber eyesmile di sampingnya—Suzy.
“Eotthae?” Nampak dari wajah suzy terlihat ragu. Ia sudah lama memperhatikan gerak gerik namja itu. Suzy kerap melihat namja itu menatapnya sembunyi sembunyi. Mencurigakan!
Minho terlihat membisiki suzy sesuatu. Dan suzy mengangguk seraya tertawa nakal.
Ia lalu menghampiri myungsoo yang tengah duduk menyendiri di bangkunya sambil membaca sebuah novel.
“Hei kau anak baru!” Panggil suzy sok berkuasa.
“Ne?” Myungsoo menghentikan aksi membacanya dan mulai fokus menatap yeoja di sampingnya.
“Dengar dengar.. kau sangat cerdas. Kau mau melawanku huh?” Tantang suzy.
“Ne?” Ulangnya. Sepertinya ia tak percaya dengan tantangan suzy.
“Jika semester ini kau berhasil menggeser posisiku sebagai rangking satu di kelas ini, maka kau boleh menyuruhku apapun. Kheundae, jika sebaliknya, maka.. kau yang harus menuruti keinginanku. Hmm..” suzy nampak berfikir.
“…Selama satu minggu saja” sambungnya lalu mengangkat tangan, berniat bersalaman tanda deal.
Myungsoo terlihat ragu namun akhirnya menyetujui kesepakatan itu.
Semester lalu suzy akhirnya kalah dan harus menuruti apa yang myungsoo mau. Untungnya, myungsoo hanya menyuruh suzy menemaninya ke toko buku untuk mencari novel atau komik bagus. Yah, hanya satu hari dan bukan satu minggu seperti perjanjian. Myungsoo malah membebaskan suzy. Tapi, kali ini, tidak lagi. Ia tak mau menghilangkan kesempatan emas itu lagi.
Suzy kembali mengajukan perjanjian itu karena merasa tak terima. Mungkin, karena kurang belajar. Pikir suzy.
Dulu myungsoo memang sangat gugup saat berhadapan dengan suzy. Karena, saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah itu sebagai murid baru pindahan, matanya hanya tertuju pada satu titik. Bae suzy. Namun, setelah ia tahu, suzy sudah punya namjachingu, ia jadi tak berani mendekat. Dan, sekarang tak ada waktu untuk mundur lagi. Kali ini suzy kalah lagi. Saatnya myungsoo untuk berbuat sesuatu.
***
“Suzy!” Panggil myungsoo ketika melihat suzy tengah berbincang bincang dengan namjachingunya—minho—di kantin sekolah.
Suzy menoleh cuek.
“Ne?”
“Besok kau datanglah ke rumahku. Ada tugas untukmu” ucapnya enteng.
“Jadi.. kau akan menjadikanku pembantu atau semacamnya huh?” Balasnya ketus.
Minho yang melihat gelagat aneh dari myungsoo lantas makin mempererat pegangannya di bahu suzy. Myungsoo tersenyum kaku. Ada sesuatu yang terselip dibalik senyuman tidak sukanya itu.
“Molla.. kau datang saja. Jangan sampai terlambat. Besok. Jam 7 pagi. Kau harus membangunkanku. Arra?”
“Hm” jawab suzy acuh.
Minho menatap tajam namja dihadapannya. Myungsoo lalu berbalik dan segera meninggalkan kantin. Perasaannya cemburu. Yah, ia cemburu melihat suzy dekat lagi dengan namjachingunya. Padahal satu semester ini, suzy selalu mengacuhkan minho karena terus terusan sibuk dengan buku pelajarannya. Tapi, semua itu tak membuahkan hasil. Myungsoo masih stay dengan rangking satu nya.
‘Aku akan membuatmu bekerja keras suzy-ah..’ batinnya seraya mengepalkan tangannya kuat.
***
Myungsoo sedari tadi hanya berbaring di ranjangnya sambil menatap langit langit kamarnya.
Ia telah menunggu selama satu jam dan yeoja itu belum juga datang sampai sekarang. Padahal ia sudah menyuruhnya datang pagi pagi agar yeoja itu bisa membangunkannya.
Namun, kenyataannya myungsoo sudah terbangun dari tiga jam yang lalu. Yah, dia ingin mengerjai suzy dengan berpura pura tidur. Tapi ternyata malah susah sendiri.
Sebenarnya myungsoo sangat ingin menelpon atau mengirim pesan singkat kepada yeoja itu, tapi diurungkannya, agar niat myungsoo mengerjai suzy berhasil.
‘Awas kau bae suzy! Kau akan merasakan akibatnya kalau kau telat!’ Batinnya tak karuan. Dia sangat emosi sehingga hanya dapat mencengkram sprei ranjangnya sambil memandang ke atas.
Ting tong!
Suara bel rumah myungsoo mulai terdengar. Pertanda yeoja itu sudah datang.
Myungsoo terlihat panik. Ia berlari cepat menuju pintu utama. Karena, kamarnya berada di lantai dua, ia harus melewati tangga dulu.
Myungsoo tak menyadari kalau ia melupakan rencana awalnya, seharusnya ia tetap berbaring di ranjangnya dan menunggu telepon suzy, agar ia segera membukakan suzy pintu, dan myungsoo seharusnya mengerjai suzy dengan berpura pura masih tidur dan menyuruh suzy agar lewat pintu belakang rumah karena tidak terkunci. Ia sengaja tidak menguncinya.
Tapi malangnya ia malah lupa rencana awalnya itu dan dengan bodohnya ia tergesa gesa menghampiri pintu utama.
Dengan buru buru, myungsoo yang masih lupa tujuan utamanya berlari di turunan anak tangga. Namun sial, myungsoo malah terjerembab ke bawah akibat salah menginjak anak tangga. Badannya berguling hingga mencapai anak tangga pertama.
Bruak!
Myungsoo jatuh tersungkur. Ia meringis. Oh damn! Ini sangat memalukan! Dan.. menyakitkan!
Suara bel kembali mengisi rumah itu.
Myungsoo tak ada pilihan lain. Ia memilih berteriak.
“Suzy-ssi! Kau lewat belakang saja! Kau lewati taman, di sana ada pintu belakang yang agak tersembunyi!” Teriaknya masih dengan kondisinya yang terbaring di atas lantai.
Tak ada balasan. Mungkin ia sudah menuruti perintah myungsoo.
Myungsoo belum mau beranjak dari jatuhnya. Ia berniat menyuruh suzy membantunya agar yeoja itu semakin merasa bersalah akibat keterlambatannya.
“Myungsoo-ssi? Eoddiseo?” Panggil suzy pelan. Ia sudah masuk dan sekarang ia bingung dengan jalur rumah besar itu. Suzy tengah berada di dapur.
“Kau ke tangga utama!” Teriak myungsoo yang dapat di dengar jelas oleh suzy. Suaranya seperti menggema di rumah itu.
Suzy lalu berjalan menuju tempat yang dimaksud.
***
“Aigoo! Ap-apa..yang..kau..lakukan?!” Pekik suzy ketika melihat kondisi myungsoo yang memar akibat jatuh dari tangga tadi dan dengan posisi bodohnya—terbaring di lantai—persis mayat hidup.
“Ini karena ulahmu..”
‘oh myungsoo! Kenapa kau malah memelankan suaramu?’ Rutuknya dalam hati.
Suzy masih terngaga. Ia segera sadar danb erniat membantu myungsoo berdiri. Ia memapah myungsoo sampai ke sofa ruang tv yang berdekatan dengan tangga.
“Mi-mianhae..” ucap suzy penuh rasa bersalah. Ditatapnya myungsoo penuh iba. Yang ditatapi malah memalingkan pandangannya.
“Kau tak berniat mengobatiku seperti kekasih yang ada di drama drama ketika namjachingunya terluka huh?” Ucap myungsoo kemudian. Oh sial! Kenapa penyakit gugup itu datang lagi? Ia mengatakan itu tanpa niat membalas tatapan suzy.
“Ung.. dimana kotak P3K mu?”
Myungsoo menunjuk ke arah lemari dekat guci besar. Suzy mengangguk lalu segera mengambil kotak itu.
Myungsoo menarik nafasnya dalam dalam lalu membuangnya perlahan.
Setelah berhasil menemukan kotak obat, suzy langsung berlari menuju myungsoo yang nampak masih menahan sakit. Jatuh dari tangga memang dapat membuat patah tulang, paling kecil hanya memar dan keram selama beberapa hari. Untungnya myungsoo cukup tangguh untuk menahan itu semua. Ia bisa saja marah besar kepada yeoja yang membuat semua kekacauan ini. Tapi tidak! Myungsoo tidak bisa. Lagipula itu bukan kesalahan suzy kan? Ia pantas mendapat ganjarannya karena berniat mengerjai suzy.
“Gwaenchana? Kau sudah merasa baikan?” Tanya suzy sembari mengoleskan obat merah itu di atas memar memar myungsoo.
Myungsoo hanya membalasnya dengan gelengan.
“Perlu aku panggilkan tukang urut? Sepertinya ada yang pa-”
“Tidak usah..” sanggah myungsoo pelan. Pandangannya masih teralih.
Suzy mengangguk kaku.
“Gheurae.. apa yang akan kulakukan?” Tanya suzy kemudian mencoba memecah kekakuan diantara mereka.
“Mwo?!”
‘Oh tidak myungsoo! Reaksimu berlebihan!’ Batin myungsoo. Ia lagi lagi lupa tujuan utama suzy datang ke rumahnya.
“Maksudku.. perjanjian selama satu minggu.. eotteo?” Ujar suzy membenarkan perkataanya.
Myungsoo mendesah.
“Karena kau terlambat..” myungsoo menjeda ucapannya. Suzy menggigit bawah bibirnya takut. Takut kalau kalau myungsoo memberikannya hukuman lebih mengerikan lagi. Oh damn! Ia sama sekali tak bisa menebak sifat myungsoo karena sikap namja itu selalu berubah ubah jika berhadapan dengan suzy. Terkadang menjadi sangat dingin, dan terkadang pula menjadi sangat berani.
“..Kau.. yang harus kau lakukan adalah..” lagi lagi myungsoo menjeda ucapannya.
“..pulanglah..” ucapnya pada akhirnya.
Suzy tertegun.
“Kau.. marah?” Tanya suzy hati hati.
Myungsoo berusaha bangkit dari kursi dan berniat meninggalkan suzy.
“Jadi..aku pulang? Bagaimana dengan keadaanmu? Aku lihat kau masih tidak sanggup menggerakkan badanmu. Aku..”
“Pulanglah..” myungsoo nampak terpincang pincang berjalan menaiki tangga. Ia sebenarnya sedang menahan nyeri di sekujur tubuhnya yang seolah akan remuk. Ia menahannya agar tidak terlihat lemah.
Myungsoo melupakan semua rencananya. Melupakan bahwa ada seseorang yang harus ia rebut dari seorang namja bejat.
Suzy menatap myungsoo sendu dan tanpa basa basi lagi langsung berlari menghampiri myungsoo. Dan tanpa disuruh, ia langsung memapah tubuh myungsoo yang tentu saja lebih besar darinya. Myungsoo membulatkan matanya. Oh! Dia tak bisa bernafas!
“Apa-”
“Jangan cerewet! Aku akan membantumu dan merawatmu sampai sembuh” sergah suzy tanpa peduli dengan ekspresi yang campur aduk dari myungsoo. Suzy membantu myungsoo menaiki tangga.
“Kheundae..”.
“Ini karena keinginanku sendiri. Kumohon jangan menolak” ucap suzy tulus sebelum myungsoo membantah ucapannya lagi.
Myungsoo terdiam. Ia tersenyum. Senyum simpul yang sangat manis.
“Gheuraegu.. mianhae karena aku, kau terlambat bangun..” ucap suzy setelah berhasil mengantarkan myungsoo ke ranjangnya. Ia menatap myungsoo yang berbaring di atas ranjang.
“Gwaenchana..” myungsoo masih tidak mau menatap mata suzy dan malah menatap langit langit kamarnya. Suzy tersenyum kecut. Ia hanya memandangi myungsoo yang masih asyik menatap langit langit kamarnya yang berwarna keabu abuan dengan duduk di samping tempat tidur.
Tiba tiba ponselnya berdering. Ia melihat nama penelpon itu dengan perasaan gelisah. Suzy lalu mengangkatnya. Myungsoo yang tersadar lalu melemparkan tatapan dinginnya ke arah suzy. Ia sangat berani menatap suzy dengan tatapan membunuh itu.
“Ah.. ne oppa? Waeyo?” Tanya suzy gugup seraya membalas tatapan myungsoo.
“Eoddie? Apakah kau berada di rumah bocah tengik itu? Kau berniat menepati janjimu huh?! Aku kan sudah melarangmu!”
“N-ne oppa.. oppa sendiri yang menyuruhku mengerjai myungsoo kan? Karena aku kalah maka aku harus-“
“Yak! Siapa suruh kau kalah?! Kau harus pulang dan jangan menemui namja itu lagi!”
“Kheun-kheundae..”
“Ikuti perintahku! Nanti aku yang akan mengurus bocah tengik itu!”
Sudah cukup! Myungsoo muak melihat ekspresi suzy yang ketakutan akibat bentakan itu. Yah, dia tau siapa orang itu. Ia lalu bangkit dari kasur dan langsung menyambar ponsel suzy. Suzy tersentak.
“Yak! Apa yang kau lakukan?!”
Myungsoo tak peduli dengan larangan suzy. Dia sangat marah.
“Yak choi minho-ssi yang terhormat! Apa yang telah kau katakan kepada suzy huh?! Kau sebaiknya menariknya kembali! Kau tidak pantas mendapatkan suzy!”
“Yak jangan sok pahlawan kau namja kutu buku! Kau yang tidak pantas! Kau tanyakan saja padanya siapa yang ia cintai!”
Myungsoo terdiam. Matanya lalu menatap suzy yang menatapnya marah. Bibirnya lalu tersungging ke samping.
“Ckk..Kau akan kalah! Aku akan mengambil apa yang menjadi milikmu karena kau ternyata hanya seorang namja sampah yang tak tau memperlakukan seorang wanita!” Bentak myungsoo membabi buta. Ia bahkan melupakan semua kesakitan badannya termasuk hatinya.
“Yak kau siapa huh?! Beraninya melarangku! Kau mau merebutnya?! Apa aku tidak salah dengar?!”Minho tertawa remeh.
Myungsoo kehabisan kesabaran. Ia melempar ponsel suzy ke ranjang dengan keadaan yang masih bersambung dengan ponsel minho.
Myungsoo menatap suzy sejenak. Mata suzy membulat.
Myungsoo lalu menarik suzy hingga badan mereka berdekatan.
Minho masih berceloteh di ponsel suzy dan dapat didengar oleh mereka karena myungsoo menyalakan loudspeaker ponselnya.
“Yak apa yang-”
Myungsoo mendorong suzy ke kasur hingga badan suzy terhuyung ke belakang. Ia semakin membulatkan matanya ketika myungsoo menindihnya.
“Yak myungsoo-ssi!” Pekik suzy takut. Myungsoo buta. Ia tak peduli dengan teriakan suzy. Ia lalu menutup matanya dan langsung menempelkan bibirnya tepat di bibir delima suzy.
Suzy tak berkutik. Ia hanya diam mematung tanpa bisa membalas ciuman itu. Matanya tak lepas menatap ke arah wajah myungsoo yang begitu dekat dengannya.
“Yak apa yang kalian lakukan huh?!” Suara minho menjadi backsound aksi nekat myungsoo. Myungsoo melumat bibir suzy yang masih tertutup rapat.
Tutt.. teleponnya terputus.
Myungsoo membuka matanya lalu merebahkan dirinya di samping suzy. Ia tersenyum seraya menatap langit langit kamarnya.
Suzy dengan posisi yang sama namun tanpa senyum. Nafasnya tercekat. Ia masih shock.
“Aku.. sudah menyuruhmu pulang kan? Kenapa tetap memaksa untuk menjagaku? Seandainya kau pulang maka hal ini tidak akan terjadi..”
Tak ada jawaban. Myungsoo tertawa lirih.
“Itu akan menjadi hukumanmu karena tak patuh kepada si rangking satu.. bosmu..” ucap myungsoo kemudian. Suzy masih tak bergeming. Pandangannya kosong.
“Sekarang.. kau tak boleh pergi.. karena aku tak akan melepaskanmu lagi..”
“Wae..yo?” Sanggah suzy lirih. Masih dengan posisinya yang tadi.
“Haruskah aku mengatakannya? Apakah semuanya belum cukup jelas?” Myungsoo balik bertanya. Badannya kini berbalik ke samping agar ia bisa menatap wajah suzy dari samping. Ia tersenyum lagi.
“Kau.. tak boleh menyukaiku myungsoo..ssi” suzy menahan airmatanya.
Mimik wajah myungsoo berubah drastis.
“Mwo?! Waeyo?!” Myungsoo bangkit dari perbaringannya dan ikut menarik suzy untuk bangkit. Kini mereka duduk berhadapan di atas ranjang. Mereka bertatapan cukup lama. Myungsoo tak dapat menahan hasratnya dan berniat mencium suzy lagi namun dengan cepat suzy menolehkan wajahnya.
“Aku sudah peringatkanmu untuk tidak menyukaiku..” suzy masih mengalihkan pandangannya. Myungsoo malah menjatuhkan kepalanya ke atas bahu suzy.
“Aku tak mau dengar lagi..” myungsoo makin nekat dengan mendekap suzy ke dalam pelukannya.
“Kumohon..” kristal bening itu nampak tak bisa disimpan berlama lama lagi dan mencelos keluar begitu saja.
“Cukup..” bantah myungsoo.
“Kau tak paham myungsoo-ssi!” Kali ini suzy memberontak dan langsung mendorong myungsoo.
Myungsoo mengerang kesakitan pada punggungnya. Kini ia bisa merasakan nyeri yang amat sangat akibat jatuh dari tangga.
Suzy panik.
“Gwaen..chana?” Suzy berniat memeriksa badan myungsoo namun myungsoo menepisnya.
“Tak usah pedulikan aku!” Ia marah. Marah yang seperti anak kecil. Suzy menahan tawanya. Namun karena tak terkendali ia malah tertawa lepas.
“Waeyo?” Myungsoo mengerucutkan bibirnya.
“Kau seperti anak kecil saja kalau marah seperti itu..” suzy mengakhiri tawanya.
Ting tong!
Pandangan mereka lalu teralih ke arah sumber suara.
Bunyi suara bel rumah myungsoo terdengar begitu cepat seperti seseorang menekannya berkali kali.
“Keluar kau myungsoo!” Teriak seseorang dari luar.
Mereka berdua terperanjat dari kasur.
“Kau di sini saja.. aku yang akan menemuinya” cegah suzy.
“Aniya! Aku yang akan menemuinya” myungsoo berusaha menahan sakitnya lagi. Ia lalu memegang kedua bahu suzy dan memaksanya untuk duduk di ranjang.
“Kheundae..”
Myungsoo buru buru berjalan keluar tanpa harus mendengar bantahan suzy lagi.
Ekspresi suzy terlihat cemas. Ia tahu minho namja yang sangat nekat. Bahkan saat acara penembakan beberap tahun yang lalu juga dengan hasil nekat minho. Minho akan memecat ayah suzy yang notabenenya bekerja di perusahan ayahnya.
Yah, saat itu ayah suzy tak punya pilihan lagi untuk bekerja di tempat lain karena cidera kakinya akibat kecelakaan beberapa tahun yang lalu yang menyebabkan eomma suzy meninggal dan menyebabkan kerusakan pada saraf kaki ayahnya sehingga tak dapat digerakkan. Dan hanya perusahaan ayah minho lah yang mau menerima pekerja cacat seperti ayah suzy akibat usulan minho. Walaupun kerjanya hanya duduk di kursi roda dengan melakukan aksi pada surat surat yang diberikan padanya. Ayah suzy memang sangat ahli dalam hal marketing dan kebetulan ayah minho memiliki perusahaan di bidang penjualan barang. Sangat klise bukan?
Dengan tangan gemetar, suzy membuka pesan singkat yang baru saja dikirim minho padanya.
Namja itu akan habis. Tenang saja, perjanjian kalian akan segera berakhir.
Badan suzy gemetaran. Ponselnya terjatuh. Tanpa babibu lagi, kakinya langsung berlari menuju pintu utama.
Setelah ia sampai, ia tak melihat siapapun.
Pikirannya kacau.
‘Apakah minho membawa kawanannya untuk menghambisi myungsoo?’ Kalimat itu langsung saja terlintas di benaknya.
Oh shit! Ini tidak boleh terjadi!
***
Suzy berjalan tidak karuan sambil terus menekan nomor ponsel minho. Namun tak diangkat jua. Jangan sampai keadaan myungsoo tambah parah karena dipukuli oleh kawanan minho.
“Ayo angkat..angkat..” suzy bergumam tidak sabar. Ia kesal setengah mati kepada minho.
“Oh shit!” Umpatnya pada ponselnya. Minho tak juga mengangkat teleponnya.
Suzy sekarang bingung. Ia sudah berjalan terlalu jauh.
Dirogohnya kembali ponselnya yang ditaruh didalam tas salempangnya. Ia berniat menelpon minho lagi.
Tekan 1 untuk pesan suara.
Suzy menekan digit satu di ponselnya lalu mulai berbicara.
“Bisakah kau kemari menjemputku? Aku tersesat..”
suzy mematikan sambungannya. Ia sengaja tak memberitahukan tempatnya agar minho menelponnya. Sembari menunggu panggilan minho, Ia lalu duduk di dekat etalase toko mainan seraya memperhatikan jalanan dengan perasaan campur aduk.
***
“Yak sudah kubilang jauhi suzy! Kau harus membatalkan perjanjian itu arra?!” Teriak minho tepat di gendang telinga myungsoo. Myungsoo yang terkapar dengan penuh darah yang keluar dari mulutnya hanya bisa pasrah. Bayangkan saja, myungsoo yang notabenenya sedang sakit akibat jatuh dari tangga malah dipukuli keroyokan oleh orang orang yang memakai balok kayu.
Sungguh! ia merasa seakan mau mati.
“Jangan kira aku bisa lupa begitu saja terhadap apa yang kau lakukan pada suzy sewaktu dirumahmu. Aku tau kau pasti melakukan sesuatu!” Minho menendang badan myungsoo yang terkapar.
“Kenapa tak bisa berbicara? Jawab aku hei pahlawan kesiangan!” Seru minho sarkatis. Namun myungsoo tetap terdiam.
Ia lalu merogoh sakunya yang sedari tadi bergetar dengan wajah kesal karena terus diganggu. Namun ekspresinya segera berubah ketika melihat nama suzy tertera di sana.
Ia mendengar pesan suara suzy. Nampak dari ekspresinya bahwa ia panik. Ia lalu bergegas menyuruh kawanannya untuk meninggalkan myungsoo di gudang itu.
Myungsoo menutup matanya perlahan. Semilir angin membuat tubuhnya meremang.
‘Siapapun tolong aku!’ Batinnya.
***
“Eoddiga?!” Tanya minho panik sambil fokus menyetir.
“Di toy square. Kau kemanakan myungsoo huh?! Aku harus menemuinya! Dia baik baik sajakan?!” Suzy mengeluarkan semua kekesalannya.
“jangan kemana mana. Kau tak akan menemuinya”
Baru saja suzy mau protes namun minho telah memutuskan sepihak.
“Yak minho-ya!” Teriaknya pada ponsel yang ia genggam.
***
“Ayo pulang!” Minho menarik suzy yang memasang ekspresi marah.
“Kau harus jawab dulu pertanyaanku!”
“Ne, mwo?” Sahut minho malas.
“Apa yang telah kau lakukan pada myungsoo huh? Kau tak taukan kalau dia habis jatuh dari tangga? Kau tidak memukulnya kan?”
“Aku memukulnya” minho langsung menarik suzy masuk.
“Mwo?! Neo micheosseo?! Dia bisa mati kalau kau..” suzy menutup mulutnya tak percaya. Airmatanya lagi lagi menetes ketika membayangkan keadaan myungsoo. Oh tidak! Kumohon!
“Dia tak akan mati.. tenanglah..” balas minho santai.
“Yak! Kau brengsek! Kita.. putus!” Akhirnya kalimat yang selama ini dipendamnya keluar begitu saja dengan leluasa. Minho me-rem mendadak mobilnya. Ia lalu memakirnya di sisi jalan.
“Apa yang kau katakan? HUH?!” Minho memukul stirnya emosi.
“Kita.. putus..” isak suzy. Dia menangis karena myungsoo, bukan karena keputusannya.
“Putus?” Minho bergumam sendiri.
“Kau tahu? Aku menyuruhmu ke sini agar kau tidak menghabisi myungsoo. Tanpa kutanyapun kau pasti sudah menghajarnya. Aku tau siapa kau minho-ya..” suzy membuka seatbealt nya lalu berniat membuka pintu. Namun minho dengan sigap menahan tangan suzy.
“Ayahmu dipecat!”
Suzy masih menangis dengan ekspresi tertahan. Ia lalu tersenyum. Berusaha tersenyum lebih tepatnya.
“Silahkan..” suzy menghempaskan tangan minho lalu bergegas keluar dan memberhentikan taksi.
“SIALAN!” Suara teriakan minho menggema di dalam mobil itu.
***
Suzy berniat kembali ke rumah myungsoo. Namun suara ambulance yang melewatinya membuatnya membatalkan niat. Ia merasa yang berada di ambulance itu adalah myungsoo.
“Ikuti ambulance itu pak!” Pinta suzy pada sopir taksi.
***
Suzy berlari disepanjang lorong rumah sakit dengan tergesa gesa. Airmatanya masih mengalir. Entah mengapa hatinya sakit melihat myungsoo disakiti oleh mantan namjachingunya. Dan, ia merasakan hal berbeda saat myungsoo menciumnya saat itu. Sangat berbeda ketika minho menciumnya.
Karena terlalu terburu buru, kaki suzy tersandung sehingga badannya terhuyung ke depan.
Brukk!
Ia jatuh tepat mengenai wajahnya. Ia bangkit dan meringis. Ia sangat ingin menangis saat itu. Dan, ia sekarang tahu bagaimana sakitnya terjatuh, seperti myungsoo. Ia kini mendapatkan balasan.
Suzy terisak di lantai tempatnya terduduk. Wajahnya memar.
“Cengeng..”
Suara seseorang membuat suzy mengangkat wajahnya menghadap orang yang tega mengatainya.
Dengan mata yang masih sembab dan berlinang airmata, suzy menatap namja di hadapannya.
Namja itu lalu menarik suzy agar segera berdiri.
“Gwaenchana?” Tanya namja itu.
Suzy masih menatap namja itu intens dengan airmata yang masih mengalir.
“Gwaen..chana?” Dengan suara bergetar suzy malah membalasnya dengan pertanyaan yang sama.
Ia melihat wajah namja itu penuh perban. Dan terlihat kalau ia baru saja menjalani serangkaian pengobatan.
‘Kenapa cepat sekali pengobatannya? Aku mengira yang berada di dalam ambulance itu adalah myungsoo’ batin suzy.
Myungsoo hanya tersenyum tanpa mau menjawab pertanyaan suzy. Ia lalu menarik suzy ke dalam sebuah ruangan.
“Tapi sebelumnya, lukamu harus di obati dulu..” ucap myungsoo kemudian.
***
Myungsoo menyuruh suzy duduk di atas ranjang putihnya.
“Siapa orang baik yang menolongmu?” Tanya suzy penasaran. Ditatapnya myungsoo yang malah membaringkan badannya di kasur sementara suzy masih duduk di atas kasur.
“Entahlah.. tiba tiba saja ada ambulance yang datang. Sangat tepat waktu”
Suzy yang duduk membelakangi myungsoo seketika tersentak ketika sebuah lengan memeluk perutnya erat. Myungsoo melingkarkan kedua lengannya dengan posisi masih berbaring. Ia menutup matanya damai.
“Sarangheo.. suzy-ah..”
Tubuh suzy menegang. Ia tak bereaksi atau berkata apapun.
Myungsoo lalu bangkit dari tidurnya. Ia berdiri dihadapan suzy yang masih duduk di tepi ranjang dengan ekspresi tak terjelaskan.
Myungsoo berjongkok. Ditatapnya pemilik wajah ayu di depannya sejenak. Ia lalu memajukan wajahnya ke wajah suzy sampai tak ada ruang lagi.
“Sarangheo..” bisiknya. Bibirnya lalu melumat bibir suzy lembut. Suzy sempat terkejut, namun karena terbawa suasana ia malah memegang tengkuk myungsoo dengan kedua tangannya dan memperdalam ciuman mereka.
‘Aku tak perlu menjawab apa apa kan? Ini sudah menjawab semuanya’ batin suzy.
‘Kau akan sibuk nanti dengan pertanyaan pertanyaan yang akan kuajukan padamu myungsoo-ah.. karena aku sangat penasaran denganmu..’
***
“Ayah tidak bisa memecat tuan bae. Kinerjanya sangat baik di sini. Kalau dahulu kau memintanya sebelum aku sangat suka padanya mungkin aku akan mengabulkannya. Tapi sekarang.. mianhamnida minho-ah..”
“Yak ahbouji! Ahbouji tega padaku eoh?!” Pekik minho tak terima.
“Mianhamnida minho-ah..” tuan choi berusaha menenangkan anak sulungnya agar tenang. Namun minho tak peduli.
Minho marah. Ia membanting apa saja yang ada dihadapannya. Ia lalu pergi dengan perasaan hancur.
Semua yang dipaksakan memang tidak baik. Dan akhirnya terjadilah hal yang sangat ia takutkan. Suzy meninggalkannya.
Siapa sangka cinta membuatnya buta. Semua orang bisa melakukannya kan? Melakukan hal paling bodoh di dunia ini saat patah hati? Yah, akhirnya minho melakukannya.
***
“Annyeong! Aku jinri. Choi jinri. Minho yeodongsaeng..” ucap yeoja berparas manis itu kepada kedua pasangan yang memakai plester di keningnya—myungsoo dan suzy.
“Aku yang menelpon ambulance untukmu myungsoo-ssi. Saat itu aku melihatmu terkapar di gudang dekat rumah kami. Jadi aku memanggil ambulance.. maafkan atas segala kesalahan oppaku ne?” Ucap jinri tulus. Ia lalu menaruh seikat mawar putih itu di atas makam seseorang yang bernisankan nama namja bermarga choi.
Myungsoo tersenyum.
“Gomawo.. jinri-ssi. Aku memaafkannya..” myungsoo dan suzy ikut menaruh tulip merah yang dibawanya ke atas makam namja bermarga choi itu. Disana tertulis choi minho. Mereka lalu menangkupkan kedua tangannya berniat memanjatkan doa untuk namja malang itu.
***
“Kalian sangat kompak yah.. sakitpun bersama” jinri menunjuk luka luka yang ada di wajah kedua pasangan itu seraya tertawa. Mereka bertiga memutuskan berjalan bersama setelah meninggalkan pemakaman.
Myungsoo dan suzy yang saling rangkul merangkul itu saling pandang lalu sontak tertawa. Tawa mereka memecah keheningan sore yang basah itu.
***END***

Monggo RCL yah readerdul :):)
Ghamsa~bow :D
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

JANGAN LUPA RC YA ^o^

JANGAN LUPA RC YA ^o^
Baca , Komen :D