Kalian Suka Baca FF Suzy Berpasangan Dengan Siapa ?? ^_^

Selasa, 29 Desember 2015

[ TWOSHOOT ] OH NO! – PART 1

  1 comment    
categories: 
Oh No
Title: Oh No | Scriptwriter: magnaegihyun | Genre: Romance, Comedy | Duration: 3.244 words  | Rating: PG | Main Cast: Bae Soo Ji, Kim Myung Soo | Support Cast: Jung Soo Jung, Choi Min Ho,etc | Poster by Author
Soo Ji merupakan sepupu Soo Jung yang tinggal di rumah Soo Jung. Soo Jung meminta Soo Ji untuk menggantikan dirinya pergi ke acara perjodohan yang telah diatur oleh orang tua Soo Jung. Orang yang dijodohkan dengan Soo Jung adalah Kim Myung Soo. Soo Ji diancam Soo Jung akan memberitahukan orang tua Soo Ji di Gwangju kalau Soo Ji pindah jurusan kuliah bisnis ke musik. Lalu apakah Soo Ji mau saja dijodohkan dengan Myungsoo itu? Bagaimana kisah mereka berdua? Check this story out!

Disclaimer: Thanks to bsuji1994 for the request. This storyline is belong to magnaegihyun. The cast is belong to god and their parents. Don’t claim it’s as yours. Hate the cast? Hate the plot? Don’t read and don’t leave a bashing, PLEASE! | Warning for typo(s) and OOC><
*
“Soo Ji-ya! Kau akan langsung pulang ke rumah kan hari ini?”
“Tidak, Soo Jung-ah. Aku harus pergi ke ruang musik menerima hukuman dosen Lee. Kenapa?”
Soo Ji bertanya melalui panggilan itu. Ia membereskan barang-barangnya dengan fokus pada panggilan itu. Soo Ji tampaknya tidak peduli dengan pandangan beberapa teman satu jurusannya yang mencibir melihat kelakuan tak sopannya itu. Ia malah berjalan keluar ruangan kelas dan menuju ruang musik.
“Jangan bilang, gara-gara kau terlambat lagi ya? Huh, selalu saja,” Soo Jung mendesah bosan di balik panggilan.
Soo Ji mendengus,”Jika kau hanya ingin mengejekku, aku akan menutup panggilannya.”
YA! YA! Aku hanya bercanda. Kau dihukum sampai jam berapa?”
Soo Ji mengernyit mendengar suara Soo Jung yang awalnya berteriak kini dimanis-maniskan. Soo Ji menyadari pasti sepupunya ini menginginkan sesuatu darinya. Ia menghela nafas berat dan duduk di salah satu bangku kosong di ruang musik yang ia tuju. Syukurlah, disini kosong sehingga paling tidak ia tak dimarahi karena menerima panggilan seseorang.
“Apa yang kau inginkan, Soo Jungie?”
Soo Ji dapat mendengar suara tawa malu Soo Jung di panggilan itu,”Ah, ketahuan ya? Tapi–bisakah kau menggantikanku di acara pertemuan dengan lelaki pilihan ayah?”
“Apa? YA! Kau kan tahu bagaimana ayahmu, bagaimana bisa kau—“
“Apa kau setega itu padaku, Soo Ji-ya? Kau tahu kan aku menunggu Min Ho oppa. Lagipula jika kau tak suka, kau bisa menolaknya,” Soo Jung mulai mengeluarkan bujukan dan rayuan pada Soo Ji.
“Bukan begitu. Kau kan tahu ayahmu adalah seorang Jung Yun Ho, ia pasti benar-benar marah jika aku menggantikanmu. Memang nama kita hampir mirip tapi wajah kita tidak—“
“Aku sedang dalam persiapan menelepon ibumu, Soo Ji-ya,” Soo Jung pun mulai mengeluarkan kartu trufnya.
Soo Ji terdiam. Ia mengacak rambutnya gelisah. Ia dihadapkan dua pilihan yang sama mematikannya. Yang pertama, ia membantu Soo Jung dan siap-siap dimarahi pamannya. Dan yang lainnya, ia tidak membantu dan siap-siap disuruh pulang ke Gwangju oleh ibunya dengan alasan akan melakukan pemindahan jurusan kuliahnya lagi. Ya tuhan, mengapa hidup ini sulit. Huh, memang dasar Jung Soo Jung!, batin Soo Ji kesal.
“Baiklah. Baiklah. Aku akan pulang jam lima nanti. Memangnya si Min Ho oppamu itu akan pulang nanti dari Osaka?”
“Terima kasih, sayangku Bae Soo Ji! Kau sungguh baik. Ah—Min Ho oppa? Iya, dia akan kembali nanti malam.”
Soo Ji menghela nafas kasar menyadari sepupunya mulai kumat dengan penyakit Choi Min Ho. Memang sih Min Ho itu tinggi, atletis, tampan dan terkenal. Apalagi ia juga seorang atlet serba bisa juga anak orang kaya. Soo Ji harusnya paham mengapa sepupunya itu begitu tergila-gila. Bahkan sepupunya itu mengatakan menunggu cintanya tapi sepupunya dan Min Ho hanyalah teman sejak kecil dan mungkin pernah berciuman saat kecil. Tapi mereka berdua kan belum bertemu secara langsung sekarang. Bahkan hanya Soo Ji yang pernah tidak sengaja bertemu dengannya. Huh, sayang sekali si Choi Min Ho itu memiliki mata besar seperti kodok yang membuat Soo Ji ilfeel.
“Ah ya, Soo Ji. Aku akan menjelaskan pakaian dan lain-lainnya di rumah ya. Jin Ri sudah menjemputku. Sampai jumpa nanti!”
Soo Jung menutup teleponnya tiba-tiba membuat Soo Ji memaki sepupunya itu dalam hati. Iapun memasukkan ponselnya ke dalam tas dan menaruh tasnya di salah satu bangku. Soo Ji kemudian turun ke arah gudang ruang musik. Ia ingat pesan dosennya tadi yang menyuruhnya membereskan gudang. Beruntung, Soo Ji bukanlah gadis yang tak suka bersih-bersih, ya karena ia sudah biasa dihukum karena telat.
Ah tunggu, tadi katanya ada seorang lagi kan yang dihukum? Apa orang itu sudah datang ya?, batin Soo Ji sambil membuka pintu gudang.
Soo Ji mengernyit. Apa-apaan ini. Soo Ji membuka pintu itu dengan biasa namun tidak dapat terbuka. Soo Ji merutuk bahwa pintu itu tidak mungkin terkunci kan. Ia kemudian membuka pintu gudang itu lebih kuat. Aneh, pintu itu masih tidak dapat terbuka. Soo Ji pun mengerahkan seluruh tenaganya membuka pintu itu.
Bruuuk
Baiklah, kali ini Soo Ji benar-benar membisu. Memang keinginannya sejak beberapa menit yang lalu memang terwujud. Ia memang sudah benar-benar mengerahkan kekuatannya untuk membuka pintu itu. Beruntung sih, pintunya tidak rusak hanya saja ini berdampak padanya. Tubuhnya lebih tepat. Ia merasakan lengannya agak nyeri karena terantuk ubin dingin gudang ruang musik ini. Bahkan telapak tangannya juga terantuk sampul buku yang keras.
Itu semua belum apa-apa sebenarnya. Yang sebenarnya adalah, ia jatuh menimpa seseorang. Ia kini benar-benar mendelik. Jelas ia mendelik, bagaimana tidak? Bibirnya dan bibir orang yang ia timpa itu menempel sempurna. Baiklah, Soo Ji perlu mengakui bahwa mata orang ini memang tipenya yang mirip-mirip Jang Woo Young itu. Bahkan mungkin orang ini lebih-lebih tampan daripada Jang Woo Young. Tapi pertemuan pertama mereka tidak harus seperti ini kan. Ini sudah beberapa menit, namun Soo Ji dan orang itu tetap diam. Jadi, pertemuan pertama dengan lelaki idealnya ini dengan berciuman?
Oh gosh, please make me turn back the time!, batin Soo Ji putus asa.
*
Soo Ji menghela nafas berat melihat restoran di depannya ini. Ia baru saja dikirim oleh Soo Jung, sepupunya melalui taksi ke restauran ini. Ia juga harus menerima saja apa yang harus dipakainya. Hingga ia kesini dengan gaun selutut berwarna peachdengan blazer biru laut.
Memang, pilihan baju sepupunya ini memang tidak terlalu buruk. Tapi kini ia lebih khawatir pada apa yang akan didapatkannya nanti dari pamannya itu. Ya tuhan, kenapa hidup ini benar-benar susah!
Soo Ji pun melangkah masuk restoran yang jelas terlihat dari interiornya termasuk restoran elit. Ia masuk dengan rasa percaya diri. Ia mencoba mencari sebuah ruangan yang ia ingat ia dengar dari Soo Jung tadi. Ia tahu bahwa itulah ruangan dimana pertemuan yang dihindari Soo Jung itu diadakan.
Tok… Tok…
Soo Ji mengetuk pelan pintu di depannya. Selang beberapa detik kemudian, ia membuka pintu itu sambil membungkuk hormat. Ia tersenyum pada orang-orang yang ada di dalam situ. Dua pasang suami-istri dan seorang laki-laki. Soo Ji memicingkan matanya melirik lelaki itu. Ah, jadi ini tunangan Soo Jung. Lumayan juga sih, batinnya.
“Ah, Perkenalkan ini Bae Soo Ji, keponakanku, Jae Joong-ah! Maafkan, anakku ya yang sepertinya terlambat datang.”
Soo Ji membungkuk kembali mendengar ia diperkenalkan. Baiklah, ayah Soo Jung tampaknya belum paham kali ini. Soo Ji kemudian duduk di samping ibu Soo Jung, Go Ara. Ibu Soo Jung ini tersenyum padanya ramah, seperti biasanya di rumah. Soo Ji duduk dengan gugup, bingung bagaimana menyampaikan kenyataan bahwa Soo Jung kabur ke bandara saat ini.
Eomma, dia sepupu calon tunangan hyung kan? Kalau begitu biar aku saja yang dijodohkan dengannya!”
Soo Ji terbelalak mendengar ucapan laki-laki yang ada di depannya itu. Beruntung, ia tidak sedang minum, jika ia sedang minum, pasti ia langsung menyemburkannya. Jadi dia bukan calon tunangan? Adiknya? Ah berarti laki-laki itu lebih muda dari Soo Ji. Soo Ji jadi ingat adiknya di Gwangju.
“Ya ampun, Moon Soo, jangan mempermalukan ayah dan ibu dong. Maafkan aku, Ara-ya. Anakku ini benar-benar tidak sopan,” Ibu lelaki tadi yang duduk di depan bibi Soo Ji, tersenyum minta maaf dengan raut yang benar-benar ramah.
“Ah tidak apa-apa, Jin Hee-ya. Anak muda jaman sekarang memang langsung menyampaikan perasaan tanpa malu ya,” Bibi Soo Ji menjawab dengan sama bercandanya.
“Tidak! Moon Soo tidak boleh dijodohkan dengannya. Aku akan setuju dengan perjodohan ini jika ia tunanganku, eomma!”
Soo Ji jelas refleks menoleh ke arah sumber suara itu. Ia terkejut melihat laki-laki yang berdiri di pintu itu. Lelaki itu tersenyum angkuh ke arah Soo Ji membuatnya ingat. Soo Ji kenal wajah ini. Ia baru tadi siang melihat wajah ini. Oh tidak, ia ingat! Lelaki ini yang tidak sengaja ia cium kan. Ya tuhan, mengapa dunia ini begitu sempit?
*
“Jadi, akhirnya sekarang kau yang harus bertunangan?”
Soo Ji mendengar pertanyaan bodoh Jin Ri yang kini berada di kamarnya bersama Soo Jung. Soo Ji sudah menceritakan ceritanya kemarin dengan lengkap pada sepupunya dan sahabatnya SMA ini. Cerita selengkap-lengkapnya. Mengenai seorang Kim Myung Soo pewaris Grup Taeyang dan bagaimana Soo Ji diperlakukan oleh si Myung Soo itu ketika tanpa keluarga mereka. Juga bagaimana adik Myung Soo itu begitu menginginkan Soo Ji sebagai tunangan. Soo Ji benar-benar sebal. Ia sempat berharap kemarin ketika ibunya ditelepon pamannya, ibunya itu akan menolak pertunangan itu tapi itu semua tidak terjadi. Ibunya malah menyuruh Soo Ji membantu pamannya itu dengan bertunangan.
Soo Jung sedari tadi tertawa menertawai nasib buruk Soo Ji yang membuat Soo Ji ingin memakan sepupunya ini. Beruntungnya, Jin Ri tidak menertawainya juga. Jika saja Jin Ri menertawainya dan Soo Jung bukan sepupunya, dua-duanya itu pasti Soo Ji tendang hingga planet pluto.
“Baiklah, begini saja Soo Ji-ya, kita akan mencari kelemahan Myung Soo kemudian membuatnya membatalkan pertunangan.”
Soo Jung tiba-tiba memberikan pendapatnya setelah puas menertawai Soo Ji. Soo Ji mengernyit melihat kepribadian beberapa dimensi sepupunya ini. Jin Ri pun mengangguk menyepakati. Well, bedanya dengan Soo Jung, Jin Ri mempunyai otak yang cukup -lumayan- lemot.
“Nah, yang pertama mari kita mencari nama Kim Myung Sep—ah maaf Myung Soo maksudku- di internet!”
Soo Ji mengangguk-angguk mendengar rencana Soo Jung itu. Jin Ri pun langsung melakukan rencana itu. Ia mengambil tabnya kemudian mengetikkan nama Kim Myung Soo di mesin pencari internet. Well, nama lelaki itu cukup terkenal ternyata. Soo Ji dan Soo Jung mendekati Jin Ri dan mulai ikut membaca beberapa artikel terkait dengan si Myung Soo itu.
Sukses, ketiganya menganga membaca artikel itu dengan wajah kaget dan juga sebal. Bagaimana mereka tidak sebal? Di situ, hanya dijelaskan bahwa Myung Soo adalah pewaris Grup Taeyang yang berbakat, bahkan memiliki grup band rock dan sifat misterius juga tampan.
Aissh, Jinjja! Yang benar saja, memangnya ada orang sesempurna itu?” Soo Ji mencibir tak percaya setelah membaca artikel itu.
Jin Ri memandang Soo Ji dengan pandangan aneh,”Kurasa kau benar-benar beruntung bertunangan dengannya, Soo Ji. Ia jauh lebih sempurna daripada tunanganku.”
Soo Jung menghela nafas berat melihat Soo Ji mendelik mendengar ucapan Jin Ri,”Jin Ri-ya, tentu saja si hitam Jong In lebih buruk daripada Tuan Kim Myung Soo ini. Tapi jika Soo Ji tidak suka dengannya dan sikap Myung Soo buruk pada Soo Ji, kita harus membantu Soo Ji menghindar juga kan?”
“Terima kasih, Soo Jung.”
Soo Jung tersenyum menghadap Soo Ji,”Kurasa kau harus bersikap seadanya ketika bertemu dengannya dan paling tidak cari tahu siapa teman dekatnya. Jika tahu, aku akan membantu mengorek informasi tentangnya!”
“Oh jadi sekarang kau sudah bertunangan ya, sepupuku?”
Seorang laki-laki bermata besar menyandarkan tubuhnya di ranjang minimalis dalam sebuah ruangan serba hitam. Ia tersenyum menggoda pada orang berkemeja lengan panjang warna putih yang sedang duduk di kursi. Dari gaya duduknya saja, siapapun yang melihatnya pasti tahu jika ialah pemilik ruangan ini. Kontras dengan ruangannya, orang itu mendengus mendengar godaan si lelaki bermata besar.
“Diamlah, Choi Min Ho! Huh, seperti kau tidak senang saja kemarin dijemput seseorang,” si pemilik ruangan itu membalas godaan Min Ho.
Min Ho menoleh dan memicingkan matanya pada pemilik ruangan itu. Min Ho tak tampak sebal ataupun tak suka mendengar godaan itu. Ia lebih terlihat seperti memikirkan sesuatu mengenai pemilik ruangan itu. Entahlah, apa itu bagus atau tidak, yang jelas Min Ho kini tersenyum menggoda kembali.
“Kau menyukai tunanganmu seperti aku menyukai penjemputku ya, Myung Soo?”
“Ti—tidak! Aku hanya mengerjainya karena ia mencuri ciumanku.”
Myung Soo, si pemilik ruangan menjawab dengan kaget dan malu. Min Ho semakin tersenyum menggoda melihat raut Myung Soo. Beberapa detik kemudian seusai Myung Soo menyelesaikan ucapannya, mata Min Ho membulat. Jelas Min Ho kaget, ia merasa telinganya salah dengar tadi. Apa? Jadi Myung Soo dan tunangannya sudah berciuman? Ya ampun, ia yang sudah mengenal penjemputnya belasan tahun saja pernah menciumnya dulu bukannya sekarang. Dan wow, Myung Soo benar-benar beruntung, batin Min Ho.
“Kalian baru bertemu tapi sudah sejauh itu? WOW!” Min Ho mengacungkan jempol pada Myung Soo dengan senyum takjub.
Myung Soo pun mendengus,”Dia yang tiba-tiba jatuh di atas tubuhku. Aku juga tidak memintanya…”
Min Ho pun tiba-tiba bangkit dari kegiatan tidur-tidurannya di atas ranjang dan menghadap Myung Soo,”Kau kan bisa membalasnya jika kau sedang mabuk!”
*
“Baiklah… Tahap pertama membuat seorang lelaki tidak suka padamu…,” Soo Jung berjalan mondar-mandir di depan Soo Ji yang menopang dagu sambil melirik cara jalan Soo Jung.
Soo Ji mendengus,”Huh, memangnya kau berpengalaman?”
Soo Jung berhenti dari kegiatan mondar-mandirnya. Ia menoleh menghadap Soo Ji dan menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan kiri. Soo Ji mengangkat alisnya. Soo Jung mengeluarkan sebuah buku, buku yang tampaknya benar-benar tidak berarti bahkan membosankan. Sebuah buku dengan judul ‘Panduan Berkencan bagi Wanita’. Soo Ji tertawa tanpa suara melihat sampul buku itu. Soo Jung tak mempedulikan tawa Soo Ji dan berjalan mondar-mandir kembali dengan wajah sok.
“Kita harus menunjukkan jati diri kita seburuk-buruknya. Tidak perlu berpura-pura, masing-masing orang pasti memilikinya. Buat lelaki itu merasa kurang nyaman…”
Soo Ji tersenyum berterima kasih dengan canggung pada Myung Soo, tunangan yang paling tidak diinginkannya itu setelah Myung Soo membukakan pintu mobil untuknya. Ini suda ketiga kalinya ia disuruh berkencan bersama Myung Soo sejak pertemuan pertama. Tak lupa, ia juga selalu berangkat ke kampus bersama Myung Soo setiap hari. Jika saja Jung Yun Ho bukan ayah Soo Jung yang otomatis merupakan pamannya, ia pasti akan mencekiknya karena kesal. Apalagi, Go Ara, bibinya itu benar-benar menyebalkan. Bagaimana bisa akhir minggu kemarin, ia dikirim ke rumah Myung Soo untuk membantu ibu Myung Soo menyiapkan makanan dan bahkan berbelanja? Soo Ji sudah benar-benar kebal rasanya diejek Myung Soo dengan ucapan bahwa Soo Ji benar-benar menyukainya lah atau Soo Ji benar-benar cari muka lah. Dasar lelaki bodoh. Jika Soo Ji tidak disuruh, tentu Soo Ji lebih baik tidur di rumah ataupun menyelesaikan pekerjaannya daripada bertatap muka dengan Myung Soo.
“Jangan menggodaku, aku tak akan terpesona,” Myung Soo berkata pendek saat ia mulai naik mobil duduk di sebelah Soo Ji.
Soo Ji mencibir tanpa suara mendengar ucapan Myung Soo itu. Lihat, siapa sih yang mau menjadi tunangan orang dingin dan kejam seperti itu, batin Soo Ji sebal. Padahal, Soo Ji hanya melirik Myung Soo yang berjalan memutar menuju tempat duduk sopir di mobilnya dan ia tersenyum berterima kasih tadi… Tunggu, menggodanya dengan senyum itu? Huh, mungkin ia harus jujur pada ibunya ya, jika ia benar-benar membenci tunangannya ini. Semua ini kan harusnya Soo Jung yang melakukan. Ah, ia ingat ucapan Soo Jung minggu lalu. Membuat lelaki ini tidak nyaman? Kencan beberapa hari yang lalu saja Soo Ji sudah membuat lelaki itu malu di tempat rekreasi dan banyak hal lainnya. Lelaki itu malah senang dan cuek-cuek saja.
“Oh ya, kita kemana?”
“Aku ingin ke Namsan Tower. Bisakah?” Soo Ji menjawab sambil menatap lurus ke depan.
Myung Soo pun menjalankan mobilnya dalam diam. Ia tampak tidak peduli pada bagaimana tempat yang ditujunya. Tapi ada yang muncul di pikirannya bahwa tempat itu memang salah satu tempat kencan yang banyak dikunjungi. Mungkin menurutnya Soo Ji menginginkan itu. Tidak, sebenarnya pikiran Soo Ji yang kini melayang-layang adalah beberapa ide aneh dan iseng. Tanpa sadar, Soo Ji tersenyum menertawakan idenya itu. Sedang Myung Soo memicingkan mata melihat ekspresi Soo Ji itu.
“Ngomong-ngomong, mengapa kau meminta perjodohan itu? Kau menyukai tunanganmu?” Min Ho, sepupu Myung Soo menopang dagu menghadap Myung Soo.

Myung Soo mengalihkan pandangan dari layar laptopnya menghadap Min Ho,”Lalu, mengapa kau meminta teman masa kecilmu itu menjemputmu? Jika seperti itu, berarti kau juga menyukainya kan?”

“Ti—tidak! Aku hanya ingin bertemu dengannya. YA, jangan mengalihkan pembicaraan!”

Myung Soo mendengus,”Itu alasanmu? Kurasa alasanku tak jauh berbeda denganmu. Aku ingin melihat gadis yang menciumku itu lagi. Apa itu salah?”

Min Ho menggerakkan kepalanya gelisah tampak sedang memikirkan sesuatu. Myung Soo yang melihat ekspresi sepupunya itu, mulai kembali menghadap laptopnya, mengerjakan sesuatu dengan serius. Ia menggerak-gerakkan pointer tampak sedang memindah-mindahkan sesuatu. Ia kemudian menoleh dengan raut kesal merasakan sepupunya itu menggerak-gerakkan bahunya.

“Jangan katakan, keinginan kita melihat gadis-gadis itu berarti lain…”

Ajjumoni, kami pesan naengmyeon dua ya.”
Myung Soo benar-benar tidak habis pikir pada gadis di depannya ini. Ia sudah mengantarkannya ke tempat yang diinginkannya dan ia malah pergi ke tempat yang berbeda dari bayangan Myung Soo. Setelah turun dari mobil, gadis ini menyeret Myung Soo dengan semangat ke penjual naengmyeon yang cukup jauh dari tempat parkir itu membuat Myung Soo benar-benar tidak habis pikir menghadapi gadis ini.
“Jadi, kau pergi kesini hanya ingin makan naengmyeon?” Myung Soo berkata dingin mendengar balasan ‘baik, nona’ dari si penjual untuk Soo Ji.
Myung Soo dapat melihat gadis yang baru saja mengeluarkan ponsel dari tas yang dibawanya itu menoleh dengan pandangan tajam padanya,”Keunde, wae? Apa itu tidak boleh?”
“Ah, terserahlah! Kau benar-benar menghina Namsan tower, kau tahu? Bisa-bisanya kau memilih kedai naengmyeon ini bukannya Namsan towernya.”
Soo Ji mengerjapkan matanya lalu berkata pendek,”Oh, kau ingin ke Namsan tower bersamaku ya? Baiklah, setelah makan saja ya.”
Myung Soo terperangah mendengar jawaban gadis itu. Heol, selain ceroboh gadis ini juga terlalu percaya diri ya. Aigoo, batin Myung Soo dengan menghela napas berat. Iapun memilih menopang dagunya menunggu pesanan gadis itu datang. Mungkin ia lebih baik diam saja daripada berdebat dengan gadis itu.
Tak lama kemudian, pesanan Soo Ji datang. Myung Soo mendengus dalam hati melihat Soo Ji benar-benar senang pesanannya itu sudah sampai. Bahkan ia segera meletakkan ponselnya yang sebelumnya dipegang dan diutak-atik olehnya. Myung Soo pun memilih diam dan mengambil sumpit di hadapannya kemudian memakan naengmyeonnya dalam diam.
Myung Soo benar-benar mendengus ketika menghabiskan makanannya ini. Sejujurnya ia tidak terlalu suka dengannaengmyeon tapi ia benar-benar lapar sehingga pilihannya hanyalah menghabiskan makanan di depannya ini. Huh, seharusnya ia tadi makan di rumah saja. Jika di rumah tentu saja ia bisa meminta dibuatkan tteokgakbi yang jelas-jelas lebih disukainya dibanding ini.
“Bisakah kau makan pelan-pelan?” Myung Soo menegur Soo Ji yang makan dengan berantakan.
“—ni—nak,” jawab Soo Ji dengan mulut penuh.
Myung Soo mengernyit mendengar jawaban Soo Ji yang benar-benar tidak dimengertinya. Myung Soo menyodorkan tisu di atas meja pada Soo Ji sambil mencoba lebih sabar menghadapi sikap Soo Ji yang benar-benar lucu di hadapannya. Gadis ini sungguhmenggemaskan.Ya tuhan, dimana lagi Myung Soo dapat menemukan gadis ajaib seperti ini?
“Terima kasih,” Soo Ji tersenyum manis setelah mengusap beberapa noda makanan di sekitar mulutnya.
Ya tuhan, enyahkan pikiran anehku ini. Mengapa rasanya jantungku berdebar-debar sekarang?
“Apa kita harus membeli gembok dan memasangnya seperti mereka?”
Soo Ji bertanya polos pada Myung Soo yang sekarang menguap bosan. Myung Soo hanya mengangkat bahu menanggapi pertanyaan itu. Soo Ji yang awalnya masih tampak bersemangat itu kini mengendalikan sikapnya sedikit dan mendekati Myung Soo.
“Kau benar-benar bosan ya?” Soo Ji mengajukan pertanyaan dengan ragu-ragu.
Myung Soo mengerjapkan matanya mendengar pertanyaan Soo Ji itu. Ia hampir saja menganga dan terpesona dengan tingkah Soo Ji itu. Beruntungnya, ia masih belum terlambat untuk mengendalikan ekspresinya itu. Ia kembali memasang ekspresi biasanya,”Tidak kok. Jika kau masih ingin melanjutkannya aku tidak apa-apa kok.”
“Tidak. Kurasa kita bisa pulang saja jika kau benar-benar lelah,” Soo Ji mengelak dan mulai berjalan mendahului Myung Soo menuruni tangga.
Myung Soo mengikuti gadis itu di belakangnya dengan ragu-ragu. Pikiran Myung Soo benar-benar penuh kali ini. Entahlah banyak pikiran aneh yang menghinggapi otaknya ini. Uh, harusnya ia tak berpikiran aneh seperti ini. Mungkin ini efek begadang dengan Min Ho semalam ya. Sepupunya itu seenaknya saja membuat pikiranna penuh dengan tebakan-tebakan mengenai apa alasan Myung Soo memilih bertunangan dengan Soo Ji.
Myung Soo akui sebenarnya ia menguap tadi bukan karena bosan ataupun lelah. Ia hanya termasuk tipe orang yang mudah menguap apalagi ia lapar. Ya memang sih sore tadi ia dan Soo Ji sudah makan naengmyeon tapi Myung Soo memiliki kebiasaan makan malam hari sehingga perutnya kini keroncongan. Ah, haruskah aku mengajak gadis ini makan?”
“Soo Ji-yaa!”
“Eum?” Soo Ji berbalik menghadap Myung Soo.
Baiklah, mungkin kali ini Myung Soo benar-benar menyerah pada perutnya yang memalukan ini. Biar sajalah gadis ini mengetahui kebiasaan Myung Soo. Lagipula ia kan tunangan Myung Soo, gadis ini tak mungkin mengatakan kebiasaan ini pada orang lain kan?
“Maukah kau menemaniku makan samgyeopsal?”
-TBC-
Hope you like it~ GIVE ME YOUR COMMENT!

1 komentar:

JANGAN LUPA RC YA ^o^

JANGAN LUPA RC YA ^o^
Baca , Komen :D