Kalian Suka Baca FF Suzy Berpasangan Dengan Siapa ?? ^_^

Selasa, 29 Desember 2015

FF ONESHOOT "SHADOW"

  No comments    
categories: 



Cast                 : Bae Soo Ji a.k.a Suzy
                          Kim Myungso
Genre              : Romance, Sad.
Length             : Oneshoot
Disclaimer       : All cast milik Tuhan, agensi dan fans masing-masing. NO BASHING!

Anneyong Chingudeul, eonnideul dan saengdeul sekalian. Author gaje kembali dengan FF MyungZy. Kenapa Pairnya MyungZy? Soalnya lagi jatuh cinta sama MyungZy couple (meskipun author juga tak masalah dengan pair yang lain hehehe). FF ini tercipta dari MV Jiyeon T-Ara Never Ever, author miris waktu denger dan liat MV ini pertama kali, nadanya terdengar begitu menyedihkan dan menyayat (meskipun sebenarnya ga tau arti lagunya apa), jadi author mencoba membuat ceritanya (versi pemikiran dan tebakan author sendiri). Oh ya karena Oneshoot jadi alur ceritanya langsung ke intinya, ke klimaks, jadi mian kalo agak gaje dan sulit untuk dimengerti :)

Attention, tulisan yang bercetak miring itu flashback alias bayangan dari masa lalu.

So, Happy reading and Check This Out!


Hujan.

Gadis itu mendesah panjang. Terasa dingin sekali. Ribuan tetes hujan yang turun deras diluar seakan masuk dan menusuk kulit putihnya kemudian menelusup kedalam tulang-tulangnya dengan dinginnya. Ruangan ini sebenarnya cukup untuk membuatku merasa hangat dari udara dingin kota Seoul. Tapi ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang lebih hangat daripada penghangat ruangan yang sudah terpasang disini.
Gadis itu beringsut, membalik badan dan meringkuk diatas ranjang empuk dengan seprai abu-abu gelapnya. Kembali mendesah panjang.

Dia tak disini.

,” Kau tak bisa tidur, Suzy-ah?”

Suara serak namja itu yang terjaga dari tidurnya masih terdengar jelas di telinganya. Bahkan mata hitam namja itu, yang berusaha menahan kantuk masih terasa begitu nyata menatap Suzy.

Biasanya, namja itu langsung terbangun begitu Suzy bergerak tak nyaman diatas tempat tidur. Terlebih disaat hujan turun cukup deras seperti saat ini. Meskipun ia baru terlelap beberapa jam setelah seharian penuh berkutat dan dilelahkan dengan pekerjaannya seharian penuh.

,” Kemarilah.”

Suzy beringsut, mendekat. Kemudian nemaja itu membawa Suzy kedalam pelukannya. Membiarkan gadis itu berbantalkan lengannya. Seketika, Suzy langsung merasakann kehangatan menjalar diseluruh tubuhnya. Ia terkadang tak mengerti, mengapa ia selalu merasa hangat dalam pelukan namja ini, padahal sedari tadi ia bergerak tak tenang dalam tidurnya karena merasa kedinginan meskipun ia sudah meringkuk di balik selimutnya yang tebal.
Suzy menenggelamkan kepalanya semakin dalam di dada namja itu. Semakin terasa hangat.

,” Mengapa kau tidak menghidupkan penghangatnya? Lihatlah, kaklmu begitu dingin.”

,” Pelukanmu sudah lebih dari cukup untuk menghangatkanku.” Suzy membalas memeluk namja itu.

Namja itu terekeh ,” Kau beruntung mempunyai suami sepertiku, Suzy-ah. Setidaknya kau bisa mengurangi biaya untuk penghangat dan selimut.”

,” Seharusnya kau yang beruntung memiliki isteri sepertiku, Myungsoo-ssi. Aku tidak pernah menuntut meski kau tak pernah mau menyalakan penghangat dan hanya memiliki 2 selimut didalam lemari. Padahal aku paling benci dingin.”

Myungsoo mengerling jahil ,” Bagaimana kau perlu penghangat dan selimut jika ada aku yang lebih bisa menghangatkanmu.” Bisiknya dengan nada menggoda ,” Bagaimana kalu kita tingkatkan kehangatannya?” tangannya mulai bergerak nakal. Ia mengangkat tubuhnya. Sedikit menindih Suzy.

,” Yaak, Oppa.” Suzy agak gugup, bergeser sedikit di bawah berat badan Myungsoo yang menimpanya. Meskipun ini hal yang wajar karena mereka sudah mengucap janji pernikahan mereka 6 bulan yang lalu.

Myungsoo tersenyum lebar dan menurunkan wajahnya, mendekat kearah wajah Suzy yang memejamkan matanya seraya menahan nafas.

,” Hahahahaha.” Tawa Myungsoo meledak. Suzy membuka matanya gusar, menatap sebal Myungsoo yang jatuh terguling di ranjang seraya memegang perutnya.

,” Yaak Kim Myungsoo!!!!!!”

,” Kau lucu sekali, Suzy-ah.” Tawanya masih terdengar meskipun sedikit lebih terkendali ,” Yaak, mengapa kau memejamkan mata seperti itu? Kita sudah 6 bulan menikah, tidak salah bukan jika kita melakukan itu? Kau tidak ingin memiliki Suzy junior atau Myungsoo junior, Chagi?”

,” Oppa!!” pekik Suzy menahan malu seraya melempar bantal kearah Myungsoo yang kembali tenggelam dalam tawanya.

Gambaran Suzy yang merona dan Myungsoo yang menyeringai nakal kemudian kembali memeluknya dari belakang, menjadi bayangan tersendiri yang semakin lama semakin memudar dalam pandangan Suzy yang perlahan mulai terisak pelan.

Tak ada namja itu disini.

Perlahan tangan Suzy menyentuh permukaan seprai disampingnya. Beringsut dan meringkuk seolah namja itu memeluknya seperti biasa. Membiarkan aroma Myungsoo yang masih tersisa diatas sperei itu. Ini nyata, bahkan langit kini seakan mengejeknya dengan hujan yang turun padahal matahari bersinar cerah. Namja itu tak disini lagi, membuat kehampaan didalam hatinya.

Ia sungguh membenci ini…

Ruangan ini menjadi begitu sepi, bahkan detak jam dindingnya tak lagi terdengar karena. Entah karena kehabisan baterai atau bahkan jajm dinding itu turut merasakan kehilangan yang sama dengan dirinya? Entahlah.

Suzy memaksa tubuhnya untuk bangun dan menyeret langkahnya tanpa gairah menyusuri kenangan yang tertinggal di ruangan ini. Hingga langkahnya terhehnti di dapur apartemen mereka yang kosong. Ia berdiri disana dalam hening. Memandang peralatan masak yang tampak tertata rapi dan bersih.

,” Apa yang sedang kau lakukan, Chagi?”

Kenangan itu datang lagi. suara Myungsoo yang baru selesai mandi menyapanya.

Saat itu, Suzy sedang sibuk dengan kocokan telur ditangannya. Hanya menatap sekilas Myungsoo ,” Kau sudah selesai mandi? Segeralah memakai pakaianmu.”

Mata Myungsoo melebar tak percaya ,” Kau memasak?” ia mendekat ,” Kau mau membuat omelet?”

Suzy menggeleng ,” Rahasia. Nanti kau juga akan tahu.” Ia kembali sibuk memanaskan Teflon, memutar kecil apinya ,” Jaa, segeralah berganti pakaian. Bukankah kau bilang ada meeting pagi ini?”

,” Suzy-ah…”

Suzy menoleh, tahu-tahu Myungsoo sudah memeluknya dari belakang ,” Aku tak salah memilihmu, Chagi.” Bisiknya lembut.

,” Oppa.” Suzy berjingat ,” Kalau kau terus memelukku seperti ini, aku khawatir kau tidak bisa menyantap sarapanmu pagi ini.”

,” Aku sudah  menyantap sarapanku.” Bibirnya mulai bergerak menciumi leher putih Suzy yang terbebas dari rambut panjangnya yang pagi itu di gulung keatas.

,” Oppa.” Suzy mendesah geli ,” hentikan itu, Oppa, atau kau tidak akan mendapatkan jatahmu selama seminggu.” Ancam Suzy.

Myungsoo menyeringai ,” Biarlah, yang penting pagi ini aku akan menikmati santapanku.” Ia memeluk pinggang dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain menarik dagu Suzy hingga wajah gadis itu menegadah. Matanya menatap lekat mata hazel Suzy yang kini terfokus pada mata hitam Myungsoo.

Perlahan Myungsoo mencodongkan wajahnya lebih dekat. Kemudian,

PLAAK

Suzy tertawa kecil. Sementara Myungso meringis mengusap kepalanya yang dipukul sumpit oleh Suzy.

,” Suzy-ah.”

Suzy terperanjat melihat Myungsoo begitu kesakitan. Padahal ia hanya memukulnya pelan tadi ,” Mianhe, Oppa.” Ia mengelus kepala Myungsoo ,” Appo?”

Myungsoo mengangguk seraya memasang wajah merajuk. Suzy mendekat dan ikut mengusap kepala Myungsoo merasa bersalah. Tetapi sedetik kemudian dengan gerakan tiba-tiba tangan Myungso menarik tangannya hingga tubuhnya terhuyung kedepan, dan dengan cepat Myungsoo mencium singkat bibir Suzy.

,” Yaak, Kim Myungsooo!!!” umpat Suzy kesal sementara myungsoo sudah menjauh masuk kedalam kamar dengan kekehan senang dibibirnya.

Bayangan Myungsoo yang setengah berlari menuju kamar saat itu seakan mampu menembus tubuh Suzy yang terpaku. Perlahan gambaran dirinya yang melotot sebal sekaligus menahan malu juga perlahan lenyap.

Seketika rasa sakit kembali menghujam benaknya.

,” Oppa, aku merindukanmu…” bisiknya lirih. Mata hazelnya kini berkaca-kaca, meneteskan sebutir airmata yang meluncur menghantam permukaan lantai. Sepi. Ia jatuh bterduduk, bersandar pada pantry dapur. Terdengar isakannya yang menyedihkan.

Tiba-tiba terdengar pintu terbuka pelan disusul derap kaki yang melangkah masuk.
Seakan ia kembali menemukan kekuatannya. Ia bangkit. Berharap namja itu yang datang kembali.

,” Aku tahu kau masih disini.”

Suzy melengos kecewa. Bukan Myungsoo yang datang. Melainkan namja berwajah lonjong dengan alisnya yang hitam.

,” Kau harus pergi, Suzy-ah.”

,” Aku tidak bisa pergi. Aku akan menunggunya.” Balas Suzy dingin dan parau.

,” Aku tahu ini sulit bagimu, Suzy-ah.” Namja itu mendekat ,” Tapi kau tidak bisa terus menerus tinggal.”

Suzy hanya terdiam. Memandang kosong dinding dapur.

Hening beberapa saat. Terdengar namja itu menghela nafas panjang ,” Mianhe Suzy-ah, tapi kau harus tahu. Ini juga berat untuknya.” Namja itu kembali diam ,” Ia masih mencintaimu, sampai kapanpun akan mencintaimu, Suzy-ah. Tapi ku harap kau mengerti dengan keadaan ini.”
Suzy tak membalas. Ia tahu, sangat tahu kalau Myungsoo masih mencintainya. Hanya ia tak mengerti dengan keadaan yang tengah menimpanya.
Kembali hening. Namja itu sudah pergi. Sedikit berat ia kembali melangkahkan kakinya, menyusuri setiap sudut ruangan, membiarkan kenangan itu menusuk-nusuk benaknya.

Terdengar pintu terbuka pelan.

,” Sudah kukatakan aku tidak akan pergi..”

Suzy tercekat, tak mampu melanjutkan kata-katanya. Matanya melebar sempurna menatap sosok Myungsoo yang berjalan pelan memasuki apartemen mereka. Gurat tampan masih terlihat jelas diwajahnya walau terlihat kuyu dan sinar matanya memudar.

,” Oppa.” Suzy memanggil lirih tanpa mendekat. Ia begitu ingin memeluk namja itu saat ini, tapi kakinya seakan terpaku diatas lantai, berat untuk melangkah. Ia tak bisa.

,” Mianhe.” Sebuah kalimat meluncur lirih dari bibir merah Myungsoo yang bergetar pelan. Kedua matanya terpejam menahan tangis dan sakit. Seakan ada luka ketika ia mengucapkan kata itu ,” Mianhe Suzy-ah.”

,” Kau tidak perlu meminta maaf, Oppa. Ku mohon, berhentilah mengucapkan kata itu.” suara Suzy terdengar lirih. Rasa sakit itu kembali menghujam, member rasa ngilu didalam hatinya.

,” Seharusnya aku tidak melakukan hal bodoh itu dan membuatmu pergi.” perlahan airmata mulai menetes di pipinya yang putih pucat.

,” Mengapa kau begitu terluka, Oppa? Ini bukan salahmu.” Suzy menghela nafas panjang seiring tetes yang mengalir dari pelupuk matanya ,” Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu, Oppa.”

Myungsoo terdiam. Membekap mulutnya sendiri dengan tangannya, mencoba menahan agar isak tangisnya tidak keluar dan terdengar menyedihkan.

,” Mianhe, Oppa. Aku tidak pernah berharap seperti ini.” Suzy menghela nafas panjang. Tak ingin menangis lagi meskipun airmatanya seolah tak bisa berhenti mengalir ,” Aku tak pernah ingin pergi meninggalkanmu seperti ni.”

,” Suzy-ah, aku merindukanmu. Sangat merindukanmu.” Terdengar lirihanya yang menyayat ,” Aku tak tahu, bagaimana aku harus menjalani ini semua tanpamu…”

Myungsoo terus saja menangis. Segera Suzy berlari memeluk namja yang ia cintai itu. Tetapi ia hanya memeluk udara kosong. Ia tak mampu meraih tubuh namja itu kedalam pelukannya. Ia kembali tersadar pada kenyataan yang ada. Namja itu tak mungkin bisa mendengarnya apalagi melihatnya. Termasuk Hoya – namja yang tadi datang –. Sejak awal, namja itu hanya berbicara pada dirinya sendiri, pada ruangan kosong, bukan padanya.
Ia merasa kakinya begitu lemas. Merutuk kebodohannya yang melupakan kenyataan bahwa dirinya saat ini hanya bayangan, tidak nyata lagi. Kenangan pahit itu kembali muncul. Pertengkarannya dengan Myungsoo malam itu.

,” Kau darimana, Suzy-ah.”

Suzy terkejut. Tak seperti biasanya namja itu suda ada di apartemen mereka dibawah pukul 10.

,” Aku dari bertemu temanku di luar.” Jawab Suzy setenang mungkin. Melempar tasnya keatas sofa ,” Kau mabuk, Oppa?”

,” Teman? Cih.” Myungsoo menyeringai tak membalas pertanyaan Suzy ,” Teman laki-lakimu – Namjachingu – yang bernama Lee Hyun Woo itu kah?”
Mata Suzy terbelalak mendengar ucapan Myungsoo ,” Dia hanya rekan kerjaku, Oppa.”

,” Rekan? Yaa Bae Suzy, sudahlah kau tak perlu menutupinya dariku. Rekan kerja? Kau fikir aku bodoh? Aku bisa membedakan antar rekan kerja dengan rekan selingkuhan.” Cibir Myungsoo meninggi menuding tajam Suzy ,” Yaa, kau itu sudah resmi menjadi milikku, Bae Suzy. Kau tidak bisa pergi dengan lelaki manapun tanpa izinku. Aku memberimu kesempatan untuk bekerja bukan untuk merayu namja lain.” Racaunya seraya menenggak habis kaleng beernya dan melemparnya kasar ke lantai.

,” Kau fikir aku tak tahu kalau setiap malam kau diantar pulang oleh namja sialan itu, huh?” suaranya kian meninggi.

,” Dia berbaik hati menawarkan diri untuk mengantarku pulang, Oppa. karena dia tahu, suamiku tidak punya cukup waktu untuk menjemput isterinya.” Balas Suzy dingin dan tajam.

Myungsooo hanya mendengus ,” Aku memang suami yang tidak baik untukmu, Suzy-ah. Baiklah, kau bisa pergi dengan namja itu. dia tentu bisa menjagamu lebih baik.” Suaranya kembali meninggi ,” Kkhaaa…. Pergilah sesuka hatimu. Aku tidak peduli.”

,” Oppa..” suara Suzy bergetar ,” Kau jahat Oppa.” Suzy terisak pelan kemudian berbalik menutup pintu apartemen keras.

Beberapa saat hanya ada Myungsoo yang tampak terkulai, terjatuh disamping sofa menangis keras selepas kepergian Suzy. Sementara dibawah sana, dijalan besar depan apartemen mereka terdengar suara klakson yang memekik keras disahut decitan roda yang beradu dengan aspal kemudian suara dentuman yang cukup keras disusul suara jeritan beberapa orang yang menggerombol disatu titik dibalik keremangan malam.

Terdengar pintu apartemennya diketuk keras, tak sabar ,” Myungsoo-ssi.” Seseorang yang ia kenal sebagai tetangganya berteriak dari luar memanggil namanya ,” Myungsoo-ssi.”

Tapi Myungsoo sudah tidak memiliki cukup kekuatan untuk menyahut ataupun melangkah. Tubuhnya terasa begitu berat untuk beranjak.

,” Myungsso-ssi, kau harus segera keluar. Isterimu….” Suzra itu masih berteriak-teriak dari luar, menggedor keras pintu apartemen ,” Isterimu sekarat!!!!”

Sayangnya saat itu Myungsoo sudah kehilangan kesadarannya.

,” Mianhe, Suzy-ah. Jeongmal Miianhe.” Lirih Myungsoo lagi. sementara Suzy sudah tidak mampu membalas. Semua yang ia lakukan sudah percuma. Ia hanya roh yang raganya telah tertimbun didalam tanah. Tubuhnya yang berdiri menatap nanar Myungsoo saat ini hanyalah bayangan dari kumpulan memori separuh jiwanya yang masih enggan meninggalkan dunia. Masih bertahan untuk dapat melihat namja yang amat dicintainya.

,” Ku mohon, Oppa, jangan menangis. Jangan mengucapkan kata-kata itu.” Airmata Suzy meluncur deras ,” Aku mencintaimu, Oppa. Sungguh mencintaimu. Aku berusaha keras untuk tinggal. Aku benar-benar tak bisa meninggalkanmu, pergi darimu…” nafasnya tersengal dalam tangis.

,”Aku belum bisa menerimanya, Suzy-ah. Mengapa kau pergi mendahuluiku.” Tangisnya mereda ,” Tapi aku harus bisa melepasmu saat ini Suzy-ah. Bukan karena aku tidak mencintaimu. Aku akan selalu mencintaimu.” Isakan pelan masih terdengar di sela suara Myungsoo. Matanya begitu sembab dan memerah saat ia bangkit ,” Tapi untuk saat ini mungkin perpisahan ini menjadi yang terbaik hingga nanti kita akan bersatu lagi.”

Saat itu Suzy mulai menyadari alasan mengapa ia belum beranjak pergi. Bukan hanya karena setengah jiwanya menolak pergi, tetapi Myungsoo juga belum bisa merelakannya. Dan saat ini, sepertinya Myungsoo sudah mulai mencoba melepaskannya. Tu pertanda waktunya didunia akan benar-benar berakhir. Ia tak bisa tinggal lebih lama lagi. Tapi ia tak ingin pergi begitu saja. Ia tak ingin menyerah dengan keadaannya. Setidaknya ia ingin Myngsoo mendengarnya meskipun sangat kecil kemungkinannya.

,” Oppa…” ia memanggil. Sekali, Myungsoo bergeming.

,” Oppa..” panggilnya lagi, dan Myungsoo hanya diam menyeka airmata dan kemudian melangkah tertatih keluar.

,” Myungsoo Oppa..” Aku mulai putus asa ,” Myungsoo Oppa..”

Tiba-tiba langkah Myungsoo terhenti. Tertegun didepan pintu tanpa menoleh ,” Oppa, maafkan aku.” Sebuah senyum terulas dibibirku saat kau membalikkan badanku, menatap kaget keberadaan Suzy disana.

,” Suzy-ah.. kau..”

,” Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri, Oppa. Aku tidak bisa pergi jika kau melepasku dengan kesedihan. Tersenyumlah.”

,” Suzy-ah.” Sudut bibir Myungsoo terangkat memulas senyuman yang Suzy rindukan ,” Sarangheyo, Suzy-ah.”

,” Aku juga mencintaimu, Oppa. Sampai kapanpun aku akan mencintaimu.” Perlahan tubuh Suzy menghilang ditembus cahaya matahari yang masuk melalui jendela apartemen. Hujan diluar sudah berhenti,” Kau harus bahagia, Oppa.”

,” Suzy-ah…” Myungsoo mendekat, memeluk tubuh Suzy yang semula hanya udara kosng kini seakan menjadi raga untuh. Ia bisa merasakan hangat pelukan Myungsoo diseluruh tubuhnya.

,” Aku bersyukur aku bisa melihatmu dan merasakan hangat pelukmu sebelum pergi.”

Myungsoo memeluk erat Suzy, seakan tidak akan melepaskannya.

,” Aku harus pergi, Oppa.”

Myungsoo menggeleng keras sementara tubuh Suzy perlahan semakin menghilang ,” Aku akan ikut denganmu, Suzy-ah. Tolong bawa aku bersamamu.”

Suzy tersenym menggeleng ,” Kau harus melepaskanku dengan segenap cinta di hatimu, Oppa.” Suzy menahan tangis. Tubuhnya terasa begitu ringan

,” Aku tidak akan pergi, aku selalu dihatimu dan selalu menjadi bayanganmu.” Ujarnya seraya tersenyum.

,” Aku selalu mencintaimu, Suzy-ah. Selalu dan selamanya.”

Hanya itu kata yang keluar dari bibir Myungsoo sebelum cahaya putih yang silau menyelimuti tubuh Suzy dan membawanya pergi.

,” Kau selamanya dihatiku, Suzy-ah.”

END

Mianhe, endingnya menyesakkan *bahkan yang nulis berusaha nahan nagis gitu ngebayangin tulisannya sendiri* #Plaak Author lagi dalam mood yang sad akhir-akhir ini, hehe jadi kebawa ke FF deh. Mianhe nee.... *Aegyo*
tinggalkan jejak RCL jangan lupa.. Gomawo #BOW
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

JANGAN LUPA RC YA ^o^

JANGAN LUPA RC YA ^o^
Baca , Komen :D