Kalian Suka Baca FF Suzy Berpasangan Dengan Siapa ?? ^_^

Selasa, 29 Desember 2015

[ TWOSHOOT ] OH NO! – PART 2 END

  No comments    
categories: 
Oh No

Title: Oh No | Scriptwriter: magnaegihyun | Genre: Romance, Comedy | Duration: 3.244 words  | Rating: PG | Main Cast:Bae Soo Ji, Kim Myung Soo | Support Cast: Jung Soo Jung, Choi Min Ho,etc | Poster by Author
Previous part: 1
Soo Ji merupakan sepupu Soo Jung yang tinggal di rumah Soo Jung. Soo Jung meminta Soo Ji untuk menggantikan dirinya pergi ke acara perjodohan yang telah diatur oleh orang tua Soo Jung. Orang yang dijodohkan dengan Soo Jung adalah Kim Myung Soo. Soo Ji diancam Soo Jung akan memberitahukan orang tua Soo Ji di Gwangju kalau Soo Ji pindah jurusan kuliah bisnis ke musik. Lalu apakah Soo Ji mau saja dijodohkan dengan Myungsoo itu? Bagaimana kisah mereka berdua?Check this story out!
Disclaimer: Thanks to bsuji1994 for the request. This storyline is belong to magnaegihyun. The cast is belong to god and their parents. Don’t claim it’s as yours. Hate the cast? Hate the plot? Don’t read and don’t leave a bashing, PLEASE! | Warning for typo(s) and OOC><

*
Well, akhirnya Soo Ji dan Myung Soo benar-benar berakhir di penjual samgyeopsal di pinggir jalan dekat apartemen Myung Soo. Bahkan ia tadi sudah memarkirkan mobilnya di tempat parkir apartemen. Lagipula gadis ini bisa dikirim pulang lewat taksi kan? Myung Soo sudah benar-benar ingin tidur di apartemennya malam ini, paling tidak malam ini saja ia bisa tidak bertemu sepupunya yang menyebalkan itu.
“Tambah—tolong tambah lagi!”
Soo Ji itu bergumam tidak jelas sambil menyodorkan gelas kecilnya pada Myung Soo. Entah sudah berapa botol soju yang dihabiskan Soo Ji dan Myung Soo ini. Mereka bahkan sudah memesan samgyeopsal tiga kali. Mungkin keduanya ini memiliki kebiasaan makan malam hari yang sama. Myung Soo pun menuangkan soju lagi ke gelas gadis itu dan gelasnya. Ia benar-benar merasa ringan sekarang.
Myung Soo pun menghabiskan soju di gelasnya itu dan segera menyuapkan beberapa daging terakhirnya. Ia mengucek matanya kemudian dapat melihat bahwa makanan dan minumannya itu sudah habis. Bahkan Soo Ji sudah menghabiskan minuman di gelasnya dan sekarang menelungkupkan wajahnya di meja tampak mengantuk.
Igeo, ajjumoni. Kamsahamnida!” Myung Soo menyodorkan uang pada penjual samgyeopsal itu dan kemudian kembali ke mejanya. Ia membereskan barangnya di meja itu dan mengangkut beberapa barang Soo Ji. Uh, ia tidak mungkin menggendong gadis ini juga kan? Myung Soo pun menggerakkan badan Soo Ji mencoba membangunkannya.
“Ayo pergi!”
Soo Ji menggeliat dan melepaskan tangan Myung Soo dari badannya itu,”Lepaskan—ah!”
Soo Ji bangkit dan berjalan keluar dari tenda penjual makanan itu mendahului Myung Soo. Myung Soo pun hanya mengulum senyumnya dan berjalan mengikuti gadis itu dibelakangnya. Mereka berdua berjalan pelan sambil sempoyongan. Myung Soo bahkan merasa kepalanya itu benar-benar berat kali ini.
Tunggu, gadis itu mau kemana?, batin Myung Soo sadar melihat Soo Ji kini berjalan masuk jalan kecil menuju apartemennya. Myung Soo tentu sadar bahwa di jalan kecil itu, ia tidak akan menemukan taksi kan disana. Myung Soo pun mempercepat jalannya agar menyamai langkah gadis itu.
“Hei, kau tak mau pulang?”
“Hm—menginap saja ya?” Soo Ji melingkarkan tangannya ke lengan Myung Soo membuat Myung Soo kaget. Gadis itu yang mungkin sudah benar-benar mabuk kini menidurkan kepalanya di bahu Myung Soo. Ya tuhan, gadis ini!
YA, sadarlah. Kau tak mungkin tidur denganku kan?” Myung Soo mengeraskan sedikit volume suaranya membuat gadis itu paling tidak sadar sebentar saja.
“—pasti dibunuh—ayah Soo Jung—tolonglah!”
Soo Ji bergumam dengan ekspresi memohon pada Myung Soo. Huh, baiklah kali ini saja Myung Soo akan mengalah. Soo Ji pun kin semakin mengeratkan pelukan di lengan Myung Soo. Myung Soo pun memilih pasrah saja. Keadaaan ini membuatnya dan Soo Ji tampak seperti sepasang kekasih. Myung Soo pun menuntun Soo Ji memasuki lift menuju apartemennya di lantai enam. Beruntungnya, suasana di gedung apartemennya ini sepi, paling tidak ia tidak perlu takut ketahuan orang lain. Bukannya malu ketahuan bersama Soo Ji, ia hanya takut pasti orang lain akan salah paham padanya.
Uh, mengapa ponselnya ini terus bergetar sih. Ini pasti ulah sepupunya itu. Iapun segera mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Setelah itu, ia bersusah payah mengetikkan pesan untuk sepupunya tersayang itu dan segera keluar lift mendengar tanda bahwa ia sudah sampai di antai enam. Ia segera menyeret Soo Ji menuju pintu di depan apartemennya kemudian mengetikkan password apartemennya itu.
To : Min Ho
Aku tidur di apartemen dan tunanganku ini menginap. Gadis ini benar-benar mabuk dan tidak mau pulang. Huh, benar-benar merepotkan.
*
Min Ho oppa : Apa yang kau lakukan Soo Jung-ah?
Soo Jung tertegun membaca pesan aplikasi chatting di ponselnyandari Min Ho, orang yang disukainya selama ini. Ya tuhan, mimpi apa dia semalam? Ini adalah pertama kalinya ia menerima pesan terlebih dahulu dari Min Ho. Biasanya, ialah yang selalu mengirim pesan dulu. Soo Jung pun melupakan kegelisahan yang tadinya menghinggap di hatinya dan mulai mengetikkan balasan dengan ceria untuk Min Ho.
Soo Jung : Aku menunggu sepupuku pulang, oppa.
Soo Jung : Tumben oppa malam-malam mengirim pesan?
Soo Jung tersenyum senang melihat ada pemberitahuan bahwa pesannya itu sudah dibaca. Iapun menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang sepupunya itu. Ia melanjutkan kegiatan makan es krimnya sambil menunggu balasan dari Min Ho-nya itu.
Min Ho oppa : Wah, aku juga menunggu sepupuku. Tapi ia ternyata tidur di apartemennya dengan tunangannya.
Min Ho oppa : Tidak apa-apa, hanya ingin mengirim pesan padamu saja.
Soo Jung membelalak membaca balasan dari Min Ho. Sebenarnya ia tidak terlalu mempedulikan pesan yang pertama. Tapi, pesan keduanya itu… Min Ho ingin mengirim pesan padanya? Ya ampun, ia benar-benar harus memamerkannya pada Soo Ji besok. Mulai besok, sepupunya itu tidak akan bisa lagi mengejeknya bahwa hanya ia yang ingin mengirim pesan pada Min Ho, tapi ternyata Min Ho juga ingin kan. Ah, tunggu, lalu Soo Jung harus membalas apa sekarang. Ah… tadi kata buku panduan berkencan, ia harus menjagaimagenya di depan laki-laki kan? Berarti ia harus cuek dan mengomentari pesan yang pertama itu.
Soo Jung : Hah? Sepupu oppa benar-benar dewasa ya. Ia bahkan tidur bersama tunangannya.
Min Ho oppa : Ke ke ke. Kurasa sepupuku tidak seberani itu. Seorang Kim Myung Soo pasti hanya membiarkan tunangannya tidur di ranjangnya dan ia akan tidur di sofa.
Soo Jung tertawa sendiri membaca balasan Min Ho itu. Tunggu, tunggu, sepertinya ada yang aneh. Soo Jung membaca kembali pesan Min Ho itu dengan teliti. Dan berhasil, ia menemukan keanehan itu. Ia kini ingat nama yang disebutkan Soo Ji beberapa hari yang lalu. Jadi, jadi, sekarang Soo Ji menginap di apartemen sepupu Min Ho? Si Kim Myung Soo?
Soo Jung : Oppa, apa benar Kim Myung Soo itu sepupumu? Kim Myung Soo, anak Kim Jae Joong? Anak pertama dari pemilik Grup Taeyang?”
Min Ho oppa : Loh, bagaimana kau bisa tahu? Ya, ibuku adalah adik ayahnya, mengapa? Kau mengenalnya?
Soo Jung mengerjapkan matanya. Ia menggerakkan bibirnya gelisah mengetahui kebenaran itu. Ia merasa isi perutnya kini jungkir balik tidak karuan. Ya tuhan, apa sih yang dipikirkan Soo Ji? Bisa-bisanya ia mau diajak tidur dengan Kim Myung Soo yang katanya ia benci itu? Oh tidak, bagaimana ini?
Soo Jung : Oppa, bisakah mengirimkan alamat apartemen Kim Myung Soo? Tunangan sepupumu itu sepupuku. Aku tak mungkin bisa membiarkan mereka melakukan hal yang aneh.
Min Ho oppa : Tenang, Soo Jung-ah. Sepupuku itu tak akan berani. Ia pasti dibunuh ayahnya jika melakukan hal seperti itu.
Min Ho oppa : Ah ya, katanya sepupumu itu mabuk.
Soo Jung cukup bersyukur membaca pesan balasa Min Ho itu. Tapi ia kembali waswas membaca pesan terakhir Min Ho itu. Bukannya waswas pada Soo Ji tapi sebenarnya pada sepupu Min Ho itu. Ia sadar bahwa Soo Ji memiliki kebiasaan mabuk yang buruk. Bahkan Soo Jung ingin mencekik gadis itu jika kebiasaan itu kumat.
Soo Jung : Oh tidak, kasihan sepupumu itu, oppa! Soo Ji memiliki kebiasaan mabuk.
Min Ho oppa : Benarkah? Ah, Myung Soo juga punya kok.
Soo Jung : Soo Ji akan meminta bir kalengan dan meminta orang yang bersamanya itu menghabiskan bir itu. Kemudian ia juga tidak mau orang yang bersamanya itu tidak tidur memeluknya. Gadis itu benar-benar kekanakan.
Soo Jung mengetikkan jawaban itu dengan cepat. Ia benar-benar kasihan pada sepupu Min Ho kalau begitu. Pasti tunangan Soo Ji itu sangat direpotkan oleh permintaan Soo Ji. Tunggu, berarti kini Soo Ji dan tunangannya itu sekarang tidur satu ranjang dan berpelukan dong. Well, itu pasti sangat menyenangkan untuk menggoda Soo Ji besok dengan hal itu. Soo Jung segera membuyarkan lamunannya mendengar ada pesan baru dari Min Ho.
Min Ho oppa : Wah, itu benar-benar lucu. Kalau sepupuku pasti akan membebaskan bebannya. Ia pasti membalas dendam pada orang yang bersamanya. Ah ya, kata sepupuku, sepupumu pernah menciumnya ya? Pasti jika sepupuku mabuk, sekarang ia akan balas mencium sepupumu.
“Ayo—tidur—“
Myung Soo memejamkan matanya mencoba meringankan kepalanya yang kini benar-benar terasa satu ton ini. Ia dapat mendengar ucapan Soo Ji ini padanya. Ya ampun, gadis ini benar-benar ya. Memang sih, gadis ini benar-benar menggemaskan ketika ia meminta Myung Soo mengambil bir kalengan dan kemudian menyuruh Myung Soo menghabiskannya.
“Tidur—tidur—“
Bahkan suara gadis ini benar-benar lucu bagi Myung Soo. Gadis ini terdengar sedang melakukan aegyo padanya. Myung Soo benar-benar sudah tidak kuat kali ini. Ia benar-benar ingin tidur di ruang tamu ini saja. Kepalanya benar-benar berat dan rasanya ia sudah lelah.
Ya ampun, Myung Soo benar-benar ingin menendang keluar gadis ini lama-lama. Bagaimana tidak? Gadis ini sekarang kembali memeluk lengannya dan menggerak-gerakkan badannya seolah mengajaknya berpindah tempat dari ruang tamunya ini. Myung Soo pun mencoba melepaskan pelukan gadis ini. Ya, namun tidak berhasil, karena gadis ini semakin mempererat pelukannya. Bahkan ia sekarang menarik-narik Myung Soo agar berdiri.
“Ayo—ayolah,” Gadis itu kini berkata dengan nada manis sambil menunjukkan senyum merayunya pada Myung Soo.
Entah karena Myung Soo sudah benar-benar lelah menghadapi gadis ini atau ia sudah luluh pada ekspresi gadis ini, Myung Soo pun dengan patuh berdiri. Ia juga diam saja ketika ia diseret masuk ke kamar oleh gadis ini. Myung Soo sebenarnya hanya membatin dalam hati bahwa setelah gadis ini ketiduran, ia pasti bisa kembali ke ruang tamu dan tidur dengan nyaman di sofa.
Gadis itu kini berhasil sampai di ranjang dan naik untuk tidur. Myung Soo pun tersenyum melihat tingkah gadis itu. Iapun membenarkan letak selimut dan menyelimutkan tubuh gadis itu sepenuhnya. Ia kemudian mengucek matanya sebentar dan berniat berbalik untuk kembali ke sofanya. Tapi hal itu gagal dilakukannya, Soo Ji malah menarik tangannya lagi. Myung Soo kini menatap Soo Ji yang matanya terbuka sempurna. Ya, meski Myung Soo tahu walau gadis itu membuka matanya, kesadaran gadis iu belum pulih sepenuhnya.
“Tidurlah—temani aku…”
Mata Myung Soo membulat sempurna meski ia tahu matanya pasti tidak sebulat sebenarnya. Apa maksud perkataan gadis ini. Myung Soo pun sadar bahwa pasti gadis ini masih belum sadar. Iapun dengan sabar melepaskan pegangan Soo Ji itu. Kemudian ia menyalakan lampu di meja samping ranjangnya mencoba memberi penerangan sedikit di kamarnya ini.
Baiklah, kali ini Myung Soo benar-benar tidak habis pikir pada gadis di depannya ini. Gadis ini sekarang malah menarik Myung Soo hingga ia jatuh ke ranjang. Sekarang, gadis ini setelah Myung Soo jatuh, bukannya mengusir malah memeluk Myung Soo sambil memejamkan matanya.
“Jangan pergi…,” gumam Soo Ji semakin mengeratkan pelukannya dan menarik Myung Soo semakin dekat. Kini jarak wajah keduanya benar-benar dekat. Mungkin sepanjang lima senti? Ah entahlah, yang jelas ia dapat merasakan nafas gadis itu dan memandang wajah tanpa cacat gadis di depannya itu.
Ya tuhan, maafkan aku, Myung Soo membatin sambil memejamkan matanya kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu menghapuskan jarak antara keduanya.
*
Soo Ji menyingkirkan rambutnya yang ia rasakan menutupi wajahnya. Ia benar-benar gerah pagi ini. Entahlah, ia seperti merasakan sinar matahari mengenai punggungnya. Padahal seingatnya ranjangnya tidak pernah terkena sinar matahari karena letaknya yang membelakangi.
Soo Ji pun pelan-pelan membuka matanya. Aneh, ini pasti aku masih bermimpi bukan? Aku tak mungkin tidur dengan lelaki ini kan? Bahkan sekarang wajahnya begitu dekat, ya meski memang sih, lelaki ini sangat tampan kali ini. Lagipula, Soo Ji juga tidak mengenal kamar ini. Ini bukan kamarnya dan lagi aromanya benar-benar berbeda dengan kamarnya atau kamar Soo Jung maupun kamar Jin Ri.
Soo Ji pun kembali memejamkan matanya. Ia mencoba menghilangkan mimpinya ini. Ah, tunggu sepertinya mimpinya ini akan hilang sesaat lagi. Ia kini dapat mendengar langkah seseorang mendekati tempatnya tidur. Iapun menggaruk lehernya yang tidak gatal menyiapkan dirinya untuk bangun.
“MYUNG SOO!”
“SOO JI!”
Soo Ji yang mendengar teriakan pada waktu bersamaan itu segera membuka matanya selebar-lebarnya. Ia kini sadar bahwa ia memang benar-benar berada di tempat yang ia kira mimpi itu. Jika begitu, berarti Soo Ji benar-benar tidur dengan lelaki itu? Kim Myung Soo? Tunangannya yang sangat menyebalkan itu? Ya tuhan, apa yang sudah dilakukan Soo Ji kemarin.
Soo Ji pun bangkit dari posisi tidurnya. Matanya kembali membulat melihat ibunya dan ibu lelaki itu berdiri berdampingan. Bahkan mereka juga memasang ekspresi yang sama, yaitu ekspresi ngeri bercampur murka. Soo Ji merutuk dalam hati melihat ibunya itu. Oh tidak, yang benar saja! Ia mungkin lebih bersyukur jika yang memergokinya itu ibu Soo Jung. Ia kenal betul ibunya yang memiliki watak hampir sama dengan ayah Soo Jung. Ya ampun masalah apa lagi ini yang sudah Soo Ji buat?
Soo Ji melirik lelaki yang tidur di sampingnya ini dengan kesal. Lelaki itu malah membuka matanya dengan malas-malasan. Ia juga masih sempat menggeliat dan melemaskan otot tangannya. Lelaki itu sekarang berbalik mencoba mencari tahu siapa yang mengganggu tidurnya. Lelaki itu bahkan memasang ekspresi ingin marah,”Siapa yang—“
“Sini, cepat! Dasar anak nakal!” ucapan lelaki itu langsung terpotong bentakan ibunya sendiri yang kini menyeretnya keluar dari kamar itu dengan jeweran di telinganya.
“I—ibu… Sa—sakit…”
Jin Hee mendengar keluhan anak sulungnya yang kini mengaduh sakit sambil mencoba melepaskan jewerannya. Huh, bagaimana Jin Hee tidak kesal, anak sulungnya ini benar-benar mempermalukannya. Dengan mata kepalanya sendiri, Jin Hee melihat anaknya ini tidur dengan calon tunangannya. Mungkin jika ia memergokinya itu tidak akan menjadi masalah, tapi ini apa? Ia memergokinya dengan ibu si tunangan yang pagi tadi datang ke rumahnya menanyakan alamat apartemen anaknya.
 Jin Hee tentu menganga ketika wanita itu tiba-tiba bertanya seperti itu. Beruntung setelah pertanyaan tiba-tiba itu, wanita itu mengakuia namanya Jung Young Joo alias adik Jung Yun Ho sekaligus ibu dari Soo Ji, tunangan anaknya. Iapun dengan berbaik hati menawarkan untuk mengantarnya. Bahkan ia juga bertanya dengan sopan mengapa wanita itu ingin pergi ke apartemen anaknya.
Ia syok mendengar ucapan wanita itu bahwa sekarang anaknya dan tunangan anaknya itu tidur di sana. Wanta itu juga mengaku bahwa kedatangannya ini hanya untuk membicarakan sesuatu dengan tunangan anak sulungnya. Jin Hee pun bersyukur bahwa wanita ini setidaknya tidak berniat untuk memergoki anaknya dan tunangan anaknya yang tidur bersama. Perasaan lega itu langsung hilang ketika ia dan wanita itu memasuki apartemen itu. Beruntungnya, Jin Hee mengetahui password anaknya yang pelupa itu.
Ketika baru sampai, Jin Hee dapat melihat ruang tamu anaknya itu begitu berantakan dengan bekas bir kaleng yang sudah diminum di mejanya. Sialnya juga, Jin Hee tidak menemukan anaknya dan tunangan anaknya itu di manapun. Akhirnya iapun menemukan anaknya itu tidur di atas ranjanganya dengan memeluk tunangannya.
“Kim Myung Soo, apa kau tahu betapa malunya ibu sekarang?” Jin Hee mengucapkan perkataannya dengan nada dingin setelah ia melepas jeweran di telinga anaknya itu.
Anaknya itu mengerucutkan bibirnya sebal. Ya Jin Hee akui anaknya ini benar-benar tampan, tapi tetap saja menyebalkan karena anaknya ini berani melakukan hal seperti ini apalagi di depan calon mertuanya. Anaknya itupun dengan mencibir menjawab pertanyaan Jin Hee,”Itu kan salah ibu sendiri yang langsung masuk tanpa ijin. Lagipula, aku tidak melakukan apapun kan? Aku hanya tidur satu ranjang, itu saja!”
Jin Hee mendelik mendengar bantahan anaknya itu,”YA, tapi tetap saja, mengapa kau tidur di ranjang juga, anak nakal? Kau tahu ibu benar-benar malu pada Young Joo-ssi!”
“Apa? Siapa? Dia kan pasti hanya event organizer yang ibu sewa, mengapa harus malu?”
Jin Hee dapat melihat anaknya itu kini membenarkan tatanan rambutnya yang sempat berantakan. Ia tampak benar-benar tidak merasa bersalah. Ya tuhan, apa salah Jin Hee dulu? Mengapa ia melahirkan anak yang begitu santai menghadapi masalah? Mungkin karena hati Jin Hee sudah benar-benar kesal, ia memukul lengan anaknya.
“Siapa yang kau bilang event organizer hah? Dia itu calon mertuamu, anak nakal!”
Anaknya itu kini mengerjapkan matanya mendengar ucapan Jin Hee,”Ca—calon mertua? Maksud ibu, dia ibu Soo Ji?”
Young Joo menatap tajam anak gadisnya di depannya ini. Ia benar-benar tidak habis pikir melihat anaknya yang satu ini. Bagaimana bisa anaknya ini tidur bersama dengan tunangannya satu ranjang? Bahkan, dua minggu lalu anaknya ini memohon-mohon padanya untuk tidak ditunangnkan. Tapi, sekarang apa? Anaknya ini sudah berani tidur bersama?
“Aku benar-benar tidak mengerti dirimu, Bae Soo Ji,” Young Joo memecah keheningan antara dirinya dan anaknya itu dengan gumaman dingin.
Soo Ji, anaknya itu menunduk tanpa berani menatap balik Young Joo menjawab dengan suara pelan,”Ma—maafkan aku, ibu.”
“Sebenarnya ibu tak terlalu marah mengenai masalah ini. Lagipula ibu dulu juga pernah tidur bersama dengan ayahmu sebelum menikah. Tapi—ini undangan apa?”
Soo Ji yang mendengar ucapan ibunya melunak sejenak berani mendongak menatap ibunya. Tapi itu tak berlangsung lama, ia kini mengerjapkan matanya terkejut. Ia benar-benar tak menyangka bahwa ibunya memegang undangan yang tak pernah ia sangka sampai di tangan ibunya. Ya tuhan, keberadaan itu benar membuatnya lebih khawatir akan nasibnya daripada kejadian memalukan tadi.
“I—ibu, aku bisa menjelaskan—“ Soo Ji menjawab terbata-bata.
Young Joo menatap anaknya itu dengan pandangan murka,”Menjelaskan apa lagi? Menjelaskan bahwa kau menipu ibumu dengan jurusan kuliahmu? Ibu benar-benar tak mengerti dirimu, Soo Ji. Ibu sudah berbaik hati tidak mengirimmu ke Jepang bersama ayahmu tapi sekarang apa?”
“A—aku—tidak mengerti pelajaran di jurusan bisnis, ibu. Aku hanya tak mau ibu malu bahwa anaknya ini memiliki nilai jelek. Ja—jadi aku pindah jurusan.”
Young Joo memejamkan matanya sejenak mencoba menurunka emosinya, iapun mencoba melunakkan suaranya,”Ibu sebenarnya tidak memaksamu masuk jurusan itu. Tapi mengapa kau tidak jujur pada ibu dan mengatakannya? Ibu benar-benar merasa seperti orang bodoh saat ditanyai pamanmu ataupun calon mertuamu tadi.”
Soo Ji kembali menundukkan kepalanya mecoba meminta maaf dengan tulus,”Ma—maaf…”
“Permisi, bisakah kita bicara sebentar.”
Ucapan Soo Ji terpotong dengan ucapan ibu Myung Soo yang terdengar sambil mengetuk pintu kamar itu. Soo Ji dan ibunya pun refleks menoleh. Kemudian ibu Soo Ji pun membukakan pintu kamar itu. Soo Ji menahan tawa melihat ekspresi Myung Soo yang tampak cemberut ketika ia diseret ibunya lagi ke kamarnya ini.
Ibu Myung Soo tersenyum minta maaf,”Aku benar-benar minta maaf kelakuan anakku ini yang memalukan ini, Young Joo-ssi. Nah, dan kurasa apakah kita perlu mempercepat pernikahan keduanya jika seperti ini?”
Ibu Soo Ji tersenyum ramah membalas ucapan ibu Myung Soo,”Ah begitu ya. Kurasa aku setuju saja…”
Soo Ji dan Myung Soo melongo mendengar ucapan ibu-ibunya itu. Myung Soo yang sebelumnya menatap keduanya dengan pandangan mengantuk kini benar-benar cengo. Sedang Soo Ji tampak sedang berpikir sebentar mendengar ucapan ibunya dan ibu Myung Soo ini. Ja—jadi ia dan Myung Soo akan segera menikah?
“IBU!”
“IBU!”
Soo Ji dan Myung Soo berteriak bersamaan ketika mereka benar-benar sadar ucapan kedua ibunya itu. Kini berganti pula ekspresi yang dimiliki mereka dan ibu mereka. Ibu mereka yang sebelumnya urka kini tersenyum senang dan berbeda dengan keduanya yang benar-benar tidak habis pikir pada kedua ibu mereka ini.
“Sudahlah. Ini adalah pilihan terbaik. Selain itu, ini juga untuk mencegah terjadinya sesuatu bukan… Nah, Myung Soo-ya, cepat mandi dan ayo pulang bersama ibu. Kita perlu berbicara pada ayahmu. Young Joo-ssi, Soo Ji-ya, aku pamit dulu ya,” Ibu Myung Soo pergi dengan senyum manisnya kemudian keluar kamar menarik anaknya itu.
Kini tinggal Soo Ji dan ibunya di kamar itu. Soo Ji kini benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi sekarang. Padahal seminggu yang lalu ia sudah merencanakan membuat Myung Soo membatalkan pertunangan mereka. Ia rasa sekarang ia tidak bisa mundur.
“Well, ibu rasa ibu sudah menemukan hukuman yang benar padamu. Cepat bereskan dirimu, kita akan menjemput adik dan ayahmu di bandara!” Young Joo berkata dengan senyum menyeringai pada anaknya itu.
Soo Ji memandang ibunya dengan ekspresi cemberut,”Ah, ibu…”
*
“Jadi, kau benar-benar harus menikah dengannya?”
Soo Jung bertanya pada Soo Ji yang kini memasang wajah terluka dan malas. Soo Jung paham bahwa Soo Ji sudah benar-benar tidak bisa menghindar lagi. Apalagi, kini ibunya sudah memergoki kepindahan jurusannya. Bahkan orang tua Soo Ji dan orang tua Myung Soo sudah makan malam bersama kemarin dan bahkan menentukan tanggal pernikahan keduanya. Mungkin ini memang benar-benar takdir seorang Bae Soo Ji, batin Soo Jung kasihan.
“Padahal aku baru saja ingin memberikan tahap kedua dan terakhir untuk membuat lelaki benci pada perempuan lagi,” hibur Soo Jung.
Soo Ji menoleh dengan mencibir pada Soo Jung,”Huh, ini sih karena bukumu itu. Setelah aku melakukan tahap pertamanya, aku malah jadi menikah dengannya. Jangan-jangan kau salah membeli buku. Buku itu benar-benar pembual.”
YA, buku ini memang benar, Soo Ji. Buktinya aku dan Min Hooppa sekarang semakin dekat.”
“Huh, memangnya sudah jadian?” balas Soo Ji ketus.
Soo Jung mengerucutkan bibirnya,”Ya, belum sih… Ih, kau kenapa tidak mendukungku sih? Eh… ada panggilan dari Kim Myung Soo!”
Soo Ji diam memandang layar ponselnya. Entah mengapa, ia merasa aneh pada jantungnya sekarang. Selalu, selalu seperti ini saat ia melakukan hal yang ada hubungannya dengan Kim Myung Soo. Entahlah, apa yang terjadi padanya, ia benar-benar tak mengerti. Seperti ada detakan yang aneh yang terjadi pada jantungnya dan anehnya itu jika ada Kim Myung Soo atau bahkan ketika ia menerima telepon ataupun pesan dari Myung Soo.
YA, kenapa kau melamun? Lihat, panggilannya sudah mati. Siapa tahu penting, kau kenapa sih, Soo Ji?”
Soo Ji mendengar teriakan panik Soo Jung menyadarkannya bahwa layar ponselnya kini sudah hitam lagi menunjukkan bahwa panggilan itu sudah ditutup. Ah, lebih tepatnya tidak diangkat oleh Soo Ji. Soo Ji merutuk dalam hati apa sih yang terjadi padanya. Padahal ia sebelumnya tidak pernah seperti ini pada Myung Soo.
“Apa kau baik-baik saja, Soo Ji-ya?” Soo Jung menggerakkan tubuh Soo Ji pelan sambil menatap Soo Ji dengan khawatir.
Soo Ji mengerjapkan matanya,”Entahlah… Jantungku berdetak cepat, Soo Jung-ah.”
“Apa? Jangan bilang kau sudah jatuh cinta pada Kim Myung Soo?”
Soo Ji menoleh mendengar ucapan Soo Jung. Apa? Ia jatuh cinta? Tidak, tidak, tidak. Itu tidak mungkin kan. Soo Ji menggelengkan kepalanya,”Hah, jangan bercanda. YA, jangan kira aku bisa jatuh cinta pada lelaki itu.”
Soo Jung memandang tajam Soo Ji,”Tapi—kau merasakan hal yang sama seperti aku pada Min Ho oppa. Kurasa kau suka padanya deh.”
Soo Ji membisu mendegar ucapan itu. Tidak, ia sebenarnya tidak boleh menyalahkan Soo Jung. Mungkin apa yang dikatakan Soo Jung benar. Tapi, percuma kan jika hanya Soo Ji yang menyukai jika lelaki itu tidak. Apalagi Soo Ji pernah mendengar bahwa lelaki itu memiliki banyak penggemar di kampusnya. Ya tuhan, jadi sekarang Soo Ji sudah seperti Soo Jung yang selalu membicarakan Min Ho? Oh tidak, apa memang semua perempuan merasakan ini seperti Soo Jung pada Min Ho atau kakak Soo Jung, Soo Yeon pada suaminya, Dong Hae. Lalu sekarang Soo Ji juga merasakannya untuk Kim Myung Soo? Oh tidak, ini memalukan.
*
Myung Soo membasahi bibirnya gelisah. Ia benar-benar gelisah malam ini. Bahkan ia sekarang tidak berada di kamarnya seperti biasanya. Ia biasanya main PSP dengan Min Ho yang lebih sering menggodanya. Tapi entahlah, ia tidak benar-benar mood bermain sejak sore tadi. Ia merasa cukup syok setelah mendengar ucapan Soo Ji sore tadi di depan rumahnya.
Gadis itu yang biasanya ke rumahnya untuk bertemu ibunya tadi menemuinya.Tak perlu berbohong, Myung Soo merasa senang mengetahui itu. Ya, Myung Soo tahu bahwa ia benar-benar aneh belakangan ini. Ia selalu menantikan pesan, panggilan atau kedatangan Soo Ji. Ia benar-benar bersikap aneh seperti Min Ho yang menunggu balasan pesan chatsepupu Soo Ji.
“Sebenarnya, apa alasanmu menginginkan dijodohkan denganku, Myung Soo-ssi?”
Pertanyaan yang disampaikan dengan polos sore tadi oleh Soo Ji masih diingat dengan benar oleh Myung Soo. Ya, mungkin pertanyaan ini benar-benar membuat Soo Ji penasaran dari dulu. Tapi mungkin, Soo Ji belum berani, namun ini sudah harus Soo Ji ketahui jawabannya mengingat mereka akan menikah segera. Sayangnya tadi, ia hanya membisu karena ia sendiri tidak mengerti mengapa dirinya seperti itu.
“Bukannya tak sopan, tapi lebih baik kita membatalkannya saja. Kurasa kita akan membuat orang lain salah paham. Jika kau benar-benar tak mempunyai alasan yang bagus, batalkan saja ini.”
Baiklah, Myung Soo akui, ia ingin menolak rencana pembatalan pernikahannya itu. Tapi saat itu entah mengapa bibirnya terkunci rapat. Apalagi ia memang belum memikirkan alasan apapun yang bagus. Ia tidak bisa mengatakan alasannya dulu yang hanya ingin mengerjai gadis itu. Ia rasa alasan itu sudah benar benar tidak berlaku.
“Baiklah aku jujur, aku menyukaimu, Myung Soo-ssi. Perasaan ini bukan saat pertama kita pertama bertemu datangnya, aku baru merasakannya akhir-akhir ini. Dan jika kau tidak menyukaiku, aku tak akan memaksa. Mari kita batalkan saja.”
Jujur, mendengar perkataan itu, Myung Soo benar-benar benci dirinya sendiri. Gadis itu bahkan bisa menentukan perasaannya sedangkan Myung Soo tidak. Myung Soo bahkan mendengar perkataan itu merasakan hal aneh. Jantungnya berdetak sungguh cepat tanpa bisa ia atur.
“Ah, tampaknya kau tak dapat menentukannya sekarang ya. Baiklah aku akan menunggu jawabanmu hingga tengah malam. Jika kau tetap diam, aku akan langsung menelpon ibuku untuk membatalkannya. Orang tua kita tak akan memaksa jika kita jujur.”
Baiklah, Myung Soo benar-benar bimbang sekarang. Ini memang masih jam delapan malam jelas masih jauh menuju tengah malam. Ia kini berada di dalam mobilnya sejak sejam yang lalu masih berhenti di depan rumah Soo Ji—ah lebih tepat rumah paman Soo Ji. Bahkan sejak tadi ia menatap ponselnya hampa. Layar ponselnya masih menyala menunjukkan pesan yang sudah diketiknya untuk Soo Ji. Pesan itu berisi bahwa ia memberitahukan bahwa ia di depan rumah Soo Ji dan mohon Soo Ji untuk cepat keluar. Pesan itu hanya ia ketik dan belum ia kirim pada Soo Ji.
Myung Soo pun menghela nafasnya berat. Ia mengklik perintah kirim dan tak lama ada pemberitahuan bahwa pesan itu sudah sampai. Iapun keluar dari mobilnya setelah memasukkan ponselnya ke saku celananya. Ia menatap gerbang rumah itu yang sekarang masih tertutup. Yang jelas sekarang ia berdoa bahwa Soo Ji akan segera membuka gerbang itu.
“Ah, Myung Soo-ssi, apa kau sudah menemukan alasannya?”
Myung Soo benar-benar bersyukur bahwa beberapa menit kemudian ia melihat Soo Ji keluar dari gerbang itu. Perlu Myung Soo akui bahwa gadis itu tampak begitu menawan meski ia hanya memakai baju santainya yang terdiri atas celana pendek dan kaus. Apalagi rambut gadis itu tergerai indah. Ya ampun, jantung Myung Soo kini benar-benar berdetak cepat. Mungkin sekarang darahnya sekarang terkumpul di pipinya hingga ia merasa panas.
“Jika kau menyuruhku keluar hanya untuk hal tidak berguna seperti ini, aku lebih baik segera menghubungi ibuku untuk—“
“Tidak—aku juga menyukaimu,” Myung Soo berkata cepat sambil memandang gadis itu tajam.
Kini Myung Soo dapat melihat gadis itu mengerjapkan matanya terkejut,”A—apa?”
“Bae Soo Ji, mari kita menikah.”
Myung Soo merasakan mungkin kini pipinya bersemu merah seperti anak SMA yang baru saja merasakan cinta pertama. Entahlah, mungkin ini benar-benar cinta pertamanya atau bukan, ia tidak ingat. Yang ia ingat hanyalah seorang Bae Soo Ji akan menjadi istrinya dalam waktu dekat.
“Bolehkah aku memelukmu—“
Drrt.. Drrt..
Soo Ji mengerjapkan matanya mendengar getaran ponsel. Ia menatap saku celana Myung Soo yang menunjukkan bahwa ponselnya benar benar bergetar. Myung Soo merutuk dalam hati malu. Ia kemudian melirik Soo Ji yang juga tampak kaget dan juga syok. Keduanya kemudian tertawa kecil bersamaan. Baiklah, siapapun yang mengiriminya pesan kali ini, ia akan meracuni makanannya besok. Bisa-bisanya orang ini mengganggu momennya dengan Soo Ji.
From : Min Ho
Selamat atas jadiannya, sepupu. Ingat, kau harus mengganti warna rambutmu ya. Kau menyatakan lebih dulu daripadaku kan? Ah, kata Soo Jung, Soo Ji sempat bingung keluar dengan baju apa untuk menemuimu loh. Well, congrats, my bro~
-END-
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

JANGAN LUPA RC YA ^o^

JANGAN LUPA RC YA ^o^
Baca , Komen :D