Kalian Suka Baca FF Suzy Berpasangan Dengan Siapa ?? ^_^

Selasa, 26 November 2013

-After The Rain-

  No comments    
categories: 
After The Rain

Title  :  After The Rain

Author  :  ekha_azula

Cast  :  Bae Suzy, Kim Myungsoo

Other Cast  :  Choi Minho

Genre  :  Romance, Sad

Rating  :  G ( General )

PLEASE DON’T BE SILENT READERS

Comment if you have criticisms or suggestions for my fanfiction, and how do you think about this fanfiction

Like if you liked the fanfiction

Happy Reading ^^



Seoul, 16 Mei 2011

Yeoja itu menengadahkan tangannya, merasakan butiran-butiran air yang menetes dengan deras. Senyum tipis terpulas di wajah yeoja itu. Hujan selalu mengajaknya melanglang buana menuju lintas masa lalu.

Tanpa ragu, dan entah karena dorongan apa, ia melangkahkan kaki kecilnya keluar dari emperan toko tempatnya berteduh tadi. Membuat semua orang yang ada disana tidak habis pikir oleh kelakuannya.

Layaknya seorang anak kecil, ia berdiri di tengah hujan, merentangkan tangannya, seolah berkata “Ayo hujan, peluk aku dengan caramu”.

Ia memejamkan matanya, membiarkan tubuhnya basah menggigil di bawah hujan. Dalam heningnya yang ia ciptakan sendiri, sebuah sosok tergambar di hadapannya.  Ia berputar di tempatnya, semakin ia berputar, rasanya sosok itu semakin jelas, kenangan itu semakin nyata, dan yeoja itu terus berputar, berputar layaknya gasing yang sedang dimainkan.

♥ ♥ ♥

Seoul, 10 Maret 2010


Penat. Satu-satunya kata yang bisa menggambarkan keadaannya saat ini. Setumpuk tugas tanpa ampun telah menanti dirinya untuk menyiksanya pelan-pelan. Belum lagi cuaca panas yang terasa menyengat di kulit.

Di ujung jalan yang ia lalui, akhirnya ia putuskan untuk masuk ke dalam sebuah cafe kecil. Sekedar untuk mengistirahatkan dirinya sejenak sambil berharap matahari akan mengerti keadaannya dan sedikit menurunkan suhunya.

Segelas ice krim yang ia pesan, langsung ia serbu begitu saja, rasa panas kali ini betul-betul tidak bisa ia tolerir lagi. Matanya melirik ke arah buku-buku yang tadi ada dalam pelukannya dan kini ia letakkan di atas meja. Di dalam sana, ada berpuluh-puluh soal yang siap menyambutnya dengan senang hati, mengajaknya larut dalam waktu-waktu yang membosankan, bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin bisa membuat kepalanya pecah setiap saat.

“Kenapa seongsaenim harus memberi tugas sebanyak ini dalam waktu yang bersamaan ?!!” tanpa sadar ia mendumel sendiri sambil terus menghabiskan sisa-sisa ice krimnya.

Ia melihat ke arah jam tangan birunya. Jarum panjang dan jarum pendeknya, sedang bersamaan berhenti di angka tiga. Rasanya tidak ingin ia beranjak dari cafe ini, tapi terus duduk disini tidak akan membuat semua pekerjaannya selesai seketika. Ia harus pulang dan mulai mengerjakan soal-soal itu bila tidak ingin esoknya berubah menjadi hari hukuman berjamaah.

Rasa kaget sekaligus kesal bercampur di rona mukanya. Ia masih belum percaya dengan keadaan di hadapannya. Hujan yang entah sejak kapan tiba-tiba turun menggantikan sinar mentari yang tidak sampai setengah jam yang lalu masih gagah menantangnya.

“Hujan ?! Ottohke, bagaimana pulangnya !”

Yoeja itu tahu, mengumpat tidak akan memberhentikan hujan yang entah kenapa semakin bertambah deras saja. Ia melongok ke arah saku seragamnya, hanya tersisa satu lembar won disana. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.

“Mau pulang ?” tiba-tiba seorang namja yang terlihat seumuran dengannya menyapa dan tersenyum ke arahnya. Yeoja itu hanya menganggukkan kepalanya, selain karena masih merasa kesal dengan situasi yang ia hadapi, ia juga masih memegang teguh pesan orang tuanya sejak ia kecil dulu, ‘jangan pernah bicara dengan orang asing yang belum di kenal’.

“Pakai ini saja..” meski tidak di respon dengan sepantasnya, namja itu malah menyodorkan sebuah payung ke arahnya.

“Eh, ehm..tidak usah..” tolak yeoja itu.

“Tidak apa-apa, aku tahu kau lebih membutuhkan. Oh ya, tidak perlu takut, aku bukan orang jahat.” ujar namja itu lagi masih sambil tersenyum.

Yeoja itu memandangi payung yang ada di hadapannya. Ia memang membutuhkan payung itu.

“Sudah ambil saja.” timpal namja itu seolah bisa membaca apa yang ada di pikiran yeoja tersebut.

“Bagaimana cara aku mengembalikannya padamu?”

“Tidak sulit, setiap pulang sekolah aku sering datang kesini.”

“Oh, ya sudah, aku pinjam dulu payungnya.” Namja itu hanya mengangguk sambil menyerahkan payung yang ada di genggaman tangannya. Yeoja itu tersenyum ramah untuk pertama kalinya, lalu ia mulai berjalan menembus hujan.

“Ya, Siapa namamu ?” tanya namja itu setengah berteriak.

“Bae Suzy. Kalau kau ?”

“Kim Myungsoo…”

♥ ♥ ♥

Seoul, 26 April 2010

Sejak hari itu, intensitas pertemuan antara Suzy dan Myungsoo terus berlanjut. Sepulang sekolah mereka selalu berjanji untuk bertemu di cafe. Ada banyak hal yang membuat Suzy merasa cocok mengobrol dengan Myungsoo. Meski baru saling mengenal, tapi rasanya mereka sudah begitu akrab. Canda dan tawa selalu mengiringi obrolan mereka berdua. Mereka benar-benar larut dalam kedekatan yang di awali secara tiba-tiba itu.

Suzy menggigit bagian bawah bibirnya. Hujan turun lagi kali ini, dan ia masih terjebak di teras sekolahnya. Ia melihat jam tangannya, resah. Ia tahu, Myungsoo pasti telah menunggunya di cafe.

“Tidak membawa payung lagi ?” Suzy mendongak dan setengah tidak percaya dengan penglihatannya.

“Myungsoo ?”

“Ne, memang semakin hari aku semakin tampan ya, sampai kau terpesona melihatku.” goda Myungsoo sambil tersenyum jahil.

“Ihh, Kau terlalu percaya diri.” cibir Suzy, meski ia tidak memungkiri juga bahwa namja di hadapannya ini, mempunyai senyuman yang bisa menentramkan hatinya akhir-akhir ini.

“Haha, ya sudah kajja, kau mau pulang tidak.”

“Ne, tapi kenapa kau bisa kesini ?” tanya Suzy penasaran. Mereka berdua mulai berjalan di bawah hujan.

“Firasat saja..” jawab Myungsoo.

“Firasat apa ?”

“Ya kau kehujanan, tidak membawa payung. Lagipula sudah tahu sekarang musimnya tidak bisa di tebak, coba kau menurut kata peribahasa, sedia payung sebelum hujan.”

“Ribet, membuat tasku berat. Aku malah heran denganmu, namja tapi rajin membawa payung..”

“Dasar malas, lebih baik berat sedikit bawa payung daripada kehujanan.”

“Haha biar, paling juga cuma terkena flu kalau kehujanan.”

“Ya sudah mulai sekarang, kalau hujan, aku akan selalu menjemputmu.” ujar Myungsoo spontan, yang tanpa disadari membuat semburat merah jambu di pipi Suzy.

♥ ♥ ♥

Seoul, 18 Mei 2010

Hari ini hujan lagi, padahal Suzy dan Myungsoo telah berjanji untuk menghabiskan hari minggu mereka dengan berjalan-jalan berdua. Tapi hujan yang dengan teganya menahan mereka, membuat mereka berdua akhirnya memilih untuk menjalani sisa hari ini dengan hanya duduk mengobrol di cafe.

“Baru tiga bulan aku mengenalmu, tapi rasanya aku sudah mengenalmu sejak tiga tahun yang lalu, hahaha..” celetuk Suzy.

Myungsoo hanya tersenyum mendengar itu, ia selalu suka bila melihat tawa menghiasi wajah manis Suzy.

“Padahal sebelum-sebelumnya, aku tidak mudah dekat dengan orang yang baru pertama kali aku kenal. Tapi waktu aku berbicara denganmu, rasanya berbeda.” lanjut Suzy lagi.

“Berbeda apanya ?”

“Aku juga tidak tahu, yang jelas beda saja, rasanya sangat nyaman.”

“Aku juga nyaman berbicara denganmu. Kau selalu bisa membuatku tertawa, membuatku tersenyum, membuatku merasa bahagia.” pujian dari Myungsoo membuat Suzy ingin melayang rasanya.

“Kau bisa saja. Kenapa hari ini harus hujan ? Kita jadi tidak bisa jalan-jalan.” ujar Suzy sambil melemparkan pandangannya ke luar jendela, memperhatikan rintik-rintik air yang terus menderas.

“Memangnya kau tidak suka dengan hujan ?”

“Kalau hujan air tidak, tapi kalau ada hujan uang, aku pasti suka.”

Myungsoo hanya terkekeh mendengar ucapan polos Suzy, reflek ia mengacak-acak rambut Suzy.

“Myungsoo, berantakan.” protes Suzy sambil merapikan rambutnya dengan jari-jarinya.

“Haha, mianhae. Aku suka dengan hujan.”

“Jeongmal ? Waeyo ?”

“Rahasia, haha..”

“Sekarang kau suka rahasia-rahasiaan denganku. Oh iya, aku mau tanya tentangmu, selama ini sepertinya lebih sering aku yang cerewet, sekali-kali gantian kau yang bercerita banyak.”

Myungsoo memang telah menjadi pendengar sekaligus tempat sampah yang baik bagi Suzy. Mulai dari mantan namjachingu, sekolah, rumah hingga artis-artis idolanya, semua pernah Suzy ceritakan pada Myungsoo.

“Memang kau mau tahu tentang apa ? Bukankah aku sudah pernah bercerita. Aku suka basket, suka main gitar, suka….”

“Suka menonton bola, suka membaca komik, suka pelajaran fisika, tulisanmu seperti cakar ayam, kau tinggal dengan halmeonimu, dan kau punya sahabat yang bernama Choi Minho.” potong Suzy cepat.

“Haha, Itu kau sudah hafal.”

“Tentu saja, setiap aku bertanya padamu, kau selalu menjawabnya seperti itu. Memangnya tidak ada yang lain yang bisa aku tahu tentangmu.”

Myungsoo menatap Suzy sambil tersenyum, ia menyentuh dagu Suzy dengan jari-jarinya, untuk beberapa detik mereka menjadi saling bertatap-tatapan.

“Kadang kau tidak perlu mengupas sesuatu terlalu dalam, karena saat kau menemukan isinya tidak sesuai dengan apa yang kau mau, yang kau dapatkan hanya rasa menyesal dan waktu yang terbuang sia-sia.”

Rasanya sedikit sulit bagi Suzy mencerna kata-kata itu. Tatapan mata Myungsoo yang sayu namun teduh telah membuat jantungnya berdetak beribu-ribu kali lebih cepat.

“Mianhae.” ujar Myungsoo yang baru sadar, dengan posisi tangannya yang masih menyentuh dagu Suzy. Suzy hanya menggeleng, ia masih mencoba menetralkan desiran darahnya yang mengalir lebih cepat.

Myungsoo mengalihkan pandanganya ke arah lain. Melihat Suzy tadi, membuat sudut-sudut tubuhnya bagai di penuhi rasa bahagia yang selama ini belum pernah ia rasakan. Rasa yang mengikat hatinya, dan membuatnya ingin selalu melihat tawa Suzy yang menentramkan.

Entah kenapa, rasa kikuk langsung menyeruak di tengah-tengah mereka. Myungsoo memilih untuk mengetuk-ngetukkan jari jemarinya di atas meja. Sementara Suzy memilih untuk bersenandung kecil.

“Suzy-ah.”

“Myungsoo…”

Dalam waktu yang hampir bersamaan mereka sama-sama menoleh dan memanggil satu sama lain. Suzy dan Myungsoo tertawa sendiri menyadari tingkah mereka.

“Kau dul…”

“Myungsoo, hidungmu berdarah.” sela Suzy langsung mengangsurkan tisu ke arah Myungsoo.

Aliran darah kental turun perlahan dari kedua lubang hidung Myungsoo, membuat Suzy tidak mengerti apa yang harus ia lakukan sekarang.

“Kau sakit ?” Myungsoo hanya menggeleng, ia masih mencoba untuk menghentikan laju darahnya.

Suzy merasa tidak puas dengan jawaban Myungsoo, ia meletakkan telapak tangannya di atas kening Myungsoo. “Badanmu panas.”

“Aku tidak apa-apa Suzy-ah.” ujar Myungsoo meyakinkan sambil tersenyum, meski darah itu belum juga berhenti mengalir.

♥ ♥ ♥

Seoul, 23 Agustus 2010

Setengah berlari, langkah kaki Suzy terburu-buru. Gara-gara ada tambahan pelajaran, ia menjadi sedikit terlambat untuk menemui Myungsoo hari ini. Baru ia sampai di depan gerbang sekolahnya, sebuah mobil audi berwarna merah berhenti tepat di hadapannya.

“Kau Bae Suzy ?” tanya pengemudi mobil tersebut.

“Ne, nugu ?”

“Choi Minho imnida, Chingu Myungsoo.”

“Waeyo ?”

“Kau harus ikut aku sekarang, penting. Ppali masuk mobil.” perasaan tidak enak langsung menyerang tepat mengenai saraf Suzy. Ia merasa telah terjadi suatu hal buruk pada Myungsoo. Tanpa bertanya lagi ia langsung masuk ke dalam mobil Minho dan membiarkan Minho membawanya ke tempat, yang mungkin saja ada Myungsoo yang sedang menunggunya.

Rasa tidak enak itu semakin menyiksa, ketika Minho memarkirkan mobilnya di sebuah Rumah sakit. Tidak ingin banyak mengira-ngira, Suzy pasrah mengikuti langkah Minho menyusuri koridor-koridor rumah sakit yang kali ini terasa begitu panjang.

Minho berhenti di depan sebuah ruangan, ia menatap Suzy lirih. “Apapun yang kau lihat di dalam, kau harus kuat.” Suzy hanya mengangguk, langkahnya terasa berat dan hatinya merasa takut ketika Minho mulai membuka pintu tersebut.

“Myungsoo.” sesosok tubuh lemah dengan berbagai macam selang yang terpasang di tubuhnya itu, menoleh ke arah Suzy, dan seperti ciri khasnya, ia tetap saja tersenyum.

Suzy merasa terpaku di tempatnya, ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Minho yang berdiri di sampingnya, meraih tangannya dan menggandengnya mendekati ranjang Myungsoo.

Suzy menatap Myungsoo nanar. Rasanya baru kemarin namja itu menemani harinya. Ingin rasanya Suzy bertanya, tapi suaranya tercekat, entah hilang kemana.

“Leukimia stadium akhir.”  ujar Minho seolah bisa membaca apa yang ada di dalam pikiran Suzy. Membuat Suzy merasa di jatuhkan ke jurang terdalam mendengarnya.

“Tinggalkan kita Minho.” desah Myungsoo pelan.

Minho mengangguk sekilas, kemudian ia keluar dari kamar itu. Suzy menarik kursi dan duduk di samping Myungsoo.

“Kenapa kau tidak pernah cerita ?” tanya Suzy akhirnya, mampu bersuara.

“Aku..tidak mau..membuatmu kecewa..”

“Harusnya kau bilang, aku cerita semuanya padamu.”

“Mianhae..”

“Tidak ada yang perlu dimaafkan. Kau cepatlah sembuh, biar kita bisa ke cafe lagi berdua, kalau kau sakit, siapa yang akan menjemputku waktu hujan, kau cepet sembuh ya, harus sembuh..” tanpa Suzy inginkan air matanya mulai menetes perlahan.

“Jangan..menangis..” ujar Myungsoo sambil berusaha mengangkat tangannya yang lemah untuk menghapus air mata Suzy.

Suzy menunduk, ia benar-benar tidak sampai hati melihat kondisi Myungsoo seperti ini. Ada rasa takut kehilangan yang menyeruak dalam hatinya dan menguasai jiwanya sekarang.

“Na neomu saranghae, Bae Suzy.” ucap Myungsoo pelan. Suzy menatap Myungsoo, ia tahu ada ketulusan disana.

“Nado, neomu sarangahe. Jadi kau tidak boleh meninggalkanku, arachi.”

Meski kata-kata ‘leukimia stadium akhir’ yang Minho ucapkan tadi masih terasa terngiang-ngiang di kepala Suzy, tetap saja Suzy ingin meyakinkan hatinya untuk berkata demikian.

Myungsoo hanya tersenyum, meski tipis, tapi tetap senyumnya yang mampu menyejukkan hati. Membuat batin Suzy semakin miris.

“Kau mau tahu kenapa aku suka hujan ?”

“Waeyo ?”

“Karena..hujan..sudah..mempertemukanmu..denganku…karena…hujan…menyimpan…cerita…kita…berdua..” ujar Myungsoo dengan nafas tersengal-sengal dan kata yang di ucapkan satu-satu. Detik itu juga tangis Suzy semakin menderas, diikuti dengan hujan yang kembali membasahi bumi.

♥ ♥ ♥

Seoul, 16 Mei 2011

Suzy masih terus berputar di tempatnya, meski hujan benar-benar telah membuat dirinya basah kuyup. Ia tidak peduli, ia ingin mengenang Myungsoo. Seperti yang Myungsoo katakan, hujan menyimpan cerita mereka berdua. Dan saat ini, untuk sejenak, Suzy ingin mengenangnya.

Myungsoo koma setelah itu, dan seminggu kemudian, ia meninggalkan Suzy menuju keabadiannya yang sejati. Ada saat-saat dimana Suzy benar-benar terpuruk setelah itu. Tapi kini, ia hanya ingin mengingat Myungsoo dengan senyumnya, seperti saat ini.

Setelah merasa cukup, Suzy berhenti dan melihat sekelilingnya. Suzy masih saja malas bila harus membawa payung. Meski ia tahu, Myungsoo tidak akan datang lagi untuk menawarkannya payung dan menemaninya berjalan menembus hujan. Tapi ada alasan lain di balik itu. Suzy yakin, sejauh apapun jarak mereka saat ini. Myungsoo pasti akan selalu bersamanya.

Dan untuk itu semua, Suzy tahu pasti, Myungsoo dan hujan, sesuatu yang tidak akan dapat ia pisahkan. Myungsoo dan hujan, adalah bagian kepingan hidupnya yang indah sekaligus pedih. Myungsoo dan hujan, adalah waktu yang akan ia kenang suatu saat nanti. Myungsoo dan hujan, adalah ia dan kisahnya.

“Kau dan hujan, selalu membuatku bahagia…” bisik Suzy, sambil berjalan di antara rinai-rinai hujan, di antara rintik-rintik yang mengabadikan sejuta kenangannya bersama Myungsoo.


-The End
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

JANGAN LUPA RC YA ^o^

JANGAN LUPA RC YA ^o^
Baca , Komen :D