Kalian Suka Baca FF Suzy Berpasangan Dengan Siapa ?? ^_^

Kamis, 28 November 2013

FF (One Day With You ) KyuZy

  No comments    
categories: 
One Day With You
Title  :  One Day With You

Author  :  Ekha_Azula

Cast  :  Bae Suzy, Cho Kyuhyun

Genre :  Romance, Sad

Length  :  One Shoot

Rate  :  G (General )

PLEASE DON’T BE SILENT READERS

COMMENT  if you have criticisms or suggestions for my fanfiction, and how do you think about this fanfiction

LIKE  if you liked the fanfiction

Happy Read ^^





Aku menyelinap di antara tubuh-tubuh manusia lain yang tampak lebih besar dariku. Rasanya aku ingin menyingkir sesaat dari kerumunan keramaian ini. Aku terus berjalan menjauhi panggung utama, namun semakin aku jauh berjalan, suara itu malah terasa semakin jelas menyapa telingaku. Dan harus aku akui, aku sedikit merasa tidak nyaman dengan hal tersebut.



Gateun haneul dareun gos neowahna wiiheomhanikka neo-ye-geseo tteonajuneun geoya Nimiran geul-jae jeomhana bikeobhajiman nae- ga monna sumneun geoya

Janinhan ibyeo-reun sarangye (mallo) keu eotteon- maldo wiiro twehl suneun eopt-da-go

Ama nae insaengye majimag mello magi naeryeo-oneyo ije



Perasaan menyesal menggelayuti hatiku. Tahu ia ada disini, aku tentu akan menolak untuk hadir dalam acara musik kali ini. Aku tidak pernah baik-baik saja bila melihat sosoknya. Tidak memiliki tujuan yang jelas, aku memilih untuk berhenti di sebuah taman dekat parkiran, yang sepi namun terasa tenang.



 Shimjangi meojeun geot man gata jeonjaengi kkeunna-go keu kose eo-reo bu-teun neowahna

Nae meorissok saekyeojin tra-uma i nun-mul mareumyeon chokchokhi giyeokhari nae sarang

(Big Bang – Blue )




Sayup-sayup, angin masih membawa suaranya, meski tidak sejelas tadi. Aku duduk di atas sebuah bangku, tepat di bawah lampu taman, rasanya lebih baik memang bila aku menyingkir saat ini. Lima menit aku lewati hanya dengan diam, bertingkah layaknya orang autis dengan dunia kesendirianku. Aku menghela napasku beberapa kali, untuk memperlancar aliran darahku yang terasa tiba-tiba membeku karena melihat senyumnya tadi.

Aku memejamkan mataku, dan berharap dapat menemukan sebuah rasa nyaman. Namun naas, wajahnya malah tergambar jelas di pikiranku, tentu saja beserta senyumannya, yang dulu atau mungkin sekarang, selalu juara untuk menahan hatiku.

“Ayolah, kisah kalian sudah berakhir empat tahun yang lalu..” desahku masih dengan mata tertutup sambil menggeleng-gelengkan kepala.

“Apanya yang empat tahun ?”

Tubuhku terlonjak kaget, mendapati suaranya terdengar jelas di sampingku. Dengan segera aku membuka mata, dan benar saja, ia sedang duduk di sampingku. Sambil tersenyum dan seolah tanpa dosa, tahukah ia, mengagetkan kesunyian orang pukul sembilan malam seperti ini dapat mengakibatkan serangan bulu kuduk berdiri.

“Oppa…Kyuhyun Oppa ?” panggilku lirih. Aku tadi telah sengaja menghindarinya, dan sekarang ia malah duduk disini.

“Hei Suzy-ah, lama tidak bertemu.” sapanya, masih ramah seperti dulu. Aku hanya bisa tersenyum, karena darahku menjadi beku kembali.

Ia bersiul-siul kecil, lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. “Cess…” Kyuhyun menyalakan rokoknya.

“Kau merokok ?” tanyaku kaget sambil memutar bola mataku. Hei ada apa dengannya hingga seperti ini, pikirku.

Kyuhyun tampak tersenyum, ia menghisap rokoknya, lalu membuang asapnya dari kedua lubang hidungnya, sungguh terlihat mahir.

“Uhuk…uhuk…” aku yang memang tidak bisa terkena asap rokok, langsung merasa sesak dengan asap rokoknya.

“Mianhae…” ujarnya, ia menghisap rokoknya sekali lagi, lalu langsung membuangnya ke tanah dan menginjak puntung rokok itu dengan ujung sepatu kets.

“Jadi Oppa sekarang merokok.” cibirku pelan. Lagi-lagi ia hanya tersenyum. Hingga aku rasanya ingin menutup mulutnya menggunakan plester agar ia berhenti tersenyum dan berhenti membuat degup jantungku menjadi tidak beraturan seperti ini.

“Menurutmu bagaimana penampilanku ?” aku berpikir cukup lama, sejujurnya aku tidak melihat ia sama sekali  bernyanyi bersama bandnya. Aku langsung berbalik menjauh saat aku sadar ia yang akan mengisi acara, aku hanya mendengar suaranya dari jauh.

“Ehm..pilihan lagu yang bagus..” ujarku asal sambil tersenyum ke arahnya, meski aku tahu, senyum ini sama sekali tidak berarti apapun untuknya.

“Biasanya aku dan bandku tidak pernah membawakan lagu slow seperti tadi, tapi aku baru saja putus dengan yeojachinguku, dan dia juga dateng ke acara ini, jadi ya sudah, sekalian saja aku menyanyikan lagu itu.”

“Oh..” sahutku datar, atau lebih tepatnya, aku juga tidak tahu harus menjawab apa. Haruskah aku senang karena ia telah sendiri lagi saat ini ? tentu saja aku tidak mau terlalu melambungkan harapan tinggi.

Kami berdua lalu terdiam. Ia nampak lebih asik bermain-main tanah dengan sepatunya, sementara aku sendiri, hah, seperti yang pernah aku bilang, aku tidak pernah bisa baik-baik saja bila bertemu dengannya, selalu ada yang salah dengan tubuhku.

“Drrtt..drrtt..” aku merogoh tasku, mengambil ponselku yang mungil, lalu membaca pesan masuk.

“Oppa, Mianhae, chinguku sudah menunggu di depan, aku pulang lebih dulu.” pamitku dan langsung pergi meninggalkannya. Kira-kira di langkahku yang ke sepuluh, suaranya memanggil namaku. “Suzy..”

“Ne ?” tanyaku sambil berbalik ke arahnya.

“Besok mau menemaniku ?” tanyanya balik setengah berteriak.

“Kemana ?”

“Pantai.” aku hanya bisa menganggukan kepala, dan aku langsung berbalik lagi memunggunginya, aku tidak mau ia memergoki pipiku yang sedang memerah.

“Akan aku jemput kau jam delapan.” sambungnya lagi. Dan aku terus berjalan menjauh, sambil diam-diam tersenyum, meski separuh hatiku takut, takut setelah kebahagiaan ini, akan ada air mata yang tumpah.

♥ ♥ ♥

Entah telah untuk ke berapa kalinya, aku mematut penampilanku di kaca. Sudah berkali-kali aku berganti pakaian, mulai dari celana pendek, rok mini, tank top, tube top, kemeja over size hingga dress telah aku coba. Padahal aku jelas-jelas tahu, tujuan kami adalah ke pantai.

“Ayolah Suzy, paling Kyuhyun hanya ingin menghibur dirinya yang baru putus dengan yeojachingunya dengan mengajakmu.” gumamku, kali ini sambil mencoba harem pants. Dan tentu saja aku tambah terlihat konyol.

“Teen..teeen..”

“Suzy-ah, temanmu sudah menjemput!” teriakan Eomma dan suara klakson mobil Kyuhyun bercampur, menambah kepanikanku.

Pilihanku akhirnya jatuh, pada sebuah jeans belel tiga perempat, kaos berwarna biru, sandal, dan sebuah tas selempang putih. Aku langsung menghampiri Kyuhyun yang menungguku di depan mobilnya, sambil mengikat rambutku yang panjang secara asal.

“Mian lama..” ucapku langsung. Ia tampak menawan di balik kaos abu-abu yang di tumpuk dengan kemeja biru, celana pendek, serta kacamata hitamnya. Membuatku menjadi sedikit menyesal dengan dandanan asalku ini.

“Ya sudah ayo naik, nanti kesiangan.” aku mengangguk dan langsung masuk ke dalam mobilnya. Sepanjang perjalanan, kita lebih banyak berdiam diri. Aku lebih tertarik memperhatikan hutan-hutan di kanan kiri jalan yang kita lewati, lagipula aku tidak tahu harus mulai darimana mengobrol dengannya.

“Dulu kita tidak pernah jalan-jalan seperti ini.” ujarnya memecah kebisuan. aku tersenyum tipis, tidak mengerti mengapa ia harus memulai dengan kata ‘dulu’.

“Karena dulu kau backstreet, jadi sulit untuk mengajakmu keluar, lagipula kita masih SMP waktu itu.” tambahnya lagi, masih menyelipkan kata ‘dulu’.

“Padahal dulu aku ingin menghabiskan banyak waktu denganmu.” entah dia sadar atau malah sengaja, kata ‘dulu’ lagi-lagi ada dalam kalimatnya.

“Jadi anggap saja sekarang, kita menebus waktu-waktu yang dulu terlewat begitu saja.”

“Maksudnya ?” tanyaku tanpa bisa menyembunyikan rasa kaget dan bingungku dengan pernyataannya tadi. Tapi bukannya menjawab, ia hanya tersenyum, lalu kembali konsentrasi menyetir.

Seiring semakin menjauhnya perjalanan ini dari kota, pemandangan yang menemanipun semakin indah, tapi itu semua sudah tidak dapat menarik hasratku lagi, aku telah terlanjur di buat penasaran dengan kata-katanya beberapa menit yang lalu.

Setelah hampir satu setengah jam menyusuri jalanan yang tidak familiar untukku, akhirnya mobil Kyuhyun berhenti di pinggir tebing. Ia mengajakku turun dan melewati jalan setapak kecil dari batuan-batuan berwarna putih.

“Oppa yakin ada pantai di tempat seperti ini ?” tanyaku.

“Itu.” Ia yang berjalan di depanku, berhenti dan menunjuk hamparan pasir putih yang indah dan lautan biru yang megah di hadapan kami. Layaknya seorang anak kecil yang melihat sekarung permen, aku langsung berlari ke arah pantai itu, tertawa riang, dan ia hanya tersenyum kecil sambil mengamatiku.

Aku tersenyum sendiri bila ombak menerpa betisku dan membawa pasir-pasirnya yang lembut ke sela-sela jariku. Seolah ini pertama kalinya aku melihat pantai. Sementara Kyuhyun hanya duduk di bawah pohon kelapa yang tampak teduh. Puas bermain air sendiri, aku berjalan ke arah Kyuhyun dan ikut duduk di sampingnya.

“Kau suka chagi ?”

“Cha…Chagi ?” tanyaku bingung, sudah lama rasanya, tidak mendengar suara itu memanggilku dengan ‘Chagi’ sejak empat tahun lalu tepatnya.

“Bolehkan ? atau sudah ada yang lain yang memanggilmu dengan Chagi ?”

“Aniyo, hanya saja sedikit aneh, tiba-tiba…ehm…kau memanggilku seperti itu.” Ujarku ikut terbawa dengannya.

“Jadi kau suka dengan ini ?” Ulangnya lagi.

“Nae Chua, pantai ini neomu yeppo.”

“Hampir semua mantanku yang pernah aku ajak kesini juga menyukainya.” Aku hanya meringis mendengarnya, baru beberapa detik yang lalu ia membuatku tersenyum lebar dengan panggilan ‘Chagi’nya.

“Tapi kau tidak pernah mengajakku kesini.”

“Kan tadi aku sudah bilang, dulu, sulit untuk mengajakmu keluar, lagipula juga dulu aku belum bisa menyetir.”

“Lalu sekarang kau mengajakku kesini ?”

Dia tersenyum tipis ke arahku, bukannya memberiku jawaban, ia malah mengulurkan tangannya, mengajakku berdiri.

“Mau kemana ?”

“Tarawa. Kajja.” ujarnya pendek. Aku menurutinya, aku menyahut tangannya, dan jemarinya mulai menggenggam tanganku, membangkitkan getaran-getaran kecil di dalam tubuhku. Sepanjang jalan aku lebih banyak menunduk, tidak ingin terlihat terlalu gugup di depannya.

Ia terus menuntunku, kami berjalan melewati pasir-pasir putih, hingga jalan-jalan berbatu yang penuh dengan krikil. Dan sekali lagi aku dibuat terkagum-kagum oleh pemandangan yang ia tunjukkan. Dari tempatku berdiri sekarang, aku bisa melihat deburan ombak yang pecah saat menghantam karam, dengan latar air laut yang tenang.

“Aku selalu mengajak mantanku ke pantai ini, tapi hanya kaulah yang aku ajak ke tempat ini.” Ujarnya nyaring, agar suaranya tidak tenggelam oleh suara ombak yang lebih besar.

Aku menoleh ke arahnya, sungguh-sungguh tidak mengerti apa maksudnya melakukan ini. “Kalau begitu, kenapa kau mengajakku kesini ?”

“Dulu, waktu aku menemukan pantai ini, aku sudah berjanji dengan diriku sendiri, aku akan mengajak yeojachingu pertamaku kesini. Tapi saat kita pacaran, aku belum sempat mengajakmu, karena aku juga tidak tahu bagaimana caranya. Dan sekarang kesempatan itu baru muncul.”

Pengakuan itu tentu saja membuat hatiku bergetar lebih hebat dari sebelumnya. Apakah ia sedang mencoba membuka jalan di antara hubungan ini yang telah lama mati ? Apakah ia sadar bahwa kata-katanya dapat membuatku berharap lebih ? Atau apakah ini hanya sekedar pemenuhan janji pribadinya ? hmm, pertanyaan-pertanyaan aneh langsung menyerbu otakku dengan tiba-tiba.

Tanpa sadar, aku terdiam memikirkan semua itu. Pandanganku mengarah ke laut, namun bukan bayangan airnya yang memenuhi mataku. Aku menjadi terlalu sibuk dengan semua dugaan yang ada.

“Suzy-ah.” panggil Kyuhyun. “Bae Suzy.” Ulangnya lagi.

“Sreett.” ia menarik kuciranku, membuat rambutku menjadi berkibar tertiup angin, dan membawa kembali kesadaranku yang baru saja menghilang tertelan lamunanku.

“Kyuhyun Oppa !” teriakku sambil mencoba merebut kembali kunciran yang kini ia genggam erat di tangan kanannya. Dengan gesit, ia terus menghindarkannya dariku.

“Makanya jangan melamun.” Ujarnya lalu menjulurkan lidahnya. “Ayo kejar aku..” lanjutnya lagi menantangku.

Kami mulai berlari-larian. Dan ini tidak adil bagiku. Ia yang seorang pemain basket di sekolahnya, tentu saja memiliki kecepatan berlari lebih kencang daripadaku, yang selalu berada di urutan paling belakang saat pengambilan nilai lari di sekolah.

Sesekali ia memelankan larinya sambil tertawa melihatku yang semakin kewalahan mengejarnya, namun setiap aku hampir mendekatinya, ia kembali menambah kecepatannya. Rasanya ia memang benar-benar niat membuatku kelelahan.

Setelah hampir dua puluh menit berlari, aku menyerah. Kedua tanganku ku tumpukan di atas lututku, dan aku mulai mengatur nafasku, perlahan-lahan. “Oppa, aku menyerah.” ujarku masih dengan nafas yang tersengal-sengal.

Aku memilih untuk duduk di atas pasir dan meluruskan kakiku. Entahlah Kyuhyun lari kemana, tenagaku telah habis bila harus mengejarnya lagi. Dengan tangan yang aku kepalkan, aku menepuk-nepuk kakiku yang terasa pegal. Setidaknya lukisan alam keindahan laut di depanku ini, bisa mengurangi rasa kesalku.

“Ini.” Kyuhyun menyodorkan kunciran itu tepat di depan wajahku, lantas ia ikut duduk di sampingku. “Pasti masih malas kalau disuruh olahraga” lanjutnya lagi.

“Terserah aku.” Sahutku sewot sambil kembali mengikat rambutku.

Ia terkekeh melihatku. “Haha, ternyata kau masih sama saja.”

“Mwo ?”

“Semuanya.”

‘ya, termasuk rasa sayang aku Oppa’ batinku miris. Ia mengambil beberapa batu kecil di sekitar kami dan mulai melemparkannya ke laut. Aku hanya memandanginya, dia yang sudah banyak berubah.

“Seminggu yang lalu, aku baru saja selesai membaca novelmu.”

“Kau membaca novelku ? Gomawo.” Sahutku senang.

“Dan rasanya aku tahu kisah yang ada di dalam novel itu.” aku langsung membeku mendengar ucapannya.

“Mungkin aku terlalu percaya diri, tapi tokoh utama namja di novel itu, terlihat sepertiku.” sambungnya lagi. Aku hanya bisa menggigit bagian bawah bibirku.

“Apa itu cerita kita ?” ia melihat ke arahku, tapi aku malah membuang pandanganku ke arah lain. Berharap aku menemukan penyangkalan untuk ini semua.

“Ada satu kalimat yang entah kenapa terngiang di pikiranku, kalimat waktu tokoh utama yeoja melihat di balik hujan, mantannya dengan yeoja lain. Aku adalah orang yang akan selalu mencintainya…”

“Dari tempat dimana aku berada, di balik ke bahagiannya, di atas segala penyesalanku” aku memotong kata-katanya, dan melanjutkan kalimatnya.

“Jadi ?”

“Apanya yang jadi, aku rasa tanpa perlu aku cerita, kau pasti sudah bisa menebak sendiri.” sahutku, mencoba memberanikan diri menatap matanya. Lagi-lagi ia hanya tersenyum ke arahku.

“Sebesar apa ?” meski pertanyaan ini terdengar aneh, namun aku merasa tahu kemana ia menggiring pembicaraan kami.

“Nan Mollayo. Tidak sebesar, sampai aku rela mati atau akan mati berdua denganmu. Tapi aku cukup mampu, untuk selalu ikut tertawa di saat melihat kau bahagia dengan orang lain.”

“Sejauh ini ? Setelah empat tahun ?”

“Silahkan kau tertawa, tapi aku bahkan masih ingat tanggal jadian kita, kapan kau pertama kali memanggilku chagi, momen-momen kecil kita berdua, sampai pesan romantis darimu untukku.” tahu sudah tidak ada celah untuk menghindar, aku rasa ini saat yang tepat untuk memberitahunya semua.

Aku menghela nafas sejenak. “Mianhae, Jeongmal Mianhae karena aku terus-menerus hidup di dalam kenangan kita.”

Ia menghampiriku, dan merengkuh kepalaku agar bersandar di dadanya. “Aku sudah berubah. Aku bukan Kyuhyun empat tahun yang lalu”

“Arraso, seandainya aku juga bisa berubah seperti itu.” bisikku. Suasana langsung berubah seketika. Pantai yang sepi, angin yang kencang, ombak yang menderu, menjadi latar yang terlalu sempurna, untuk percakapan yang harusnya di lakukan empat tahun ini.

“Dulu, Nae neomu saranghae. Dan aku masih tidak mengerti, bagaimana kau lebih percaya dengan kata-kata orang lain, daripada aku. Kau melepasku begitu saja, Kau tahu ? Itu menyakitkan.”

“Mianhae.” ujarku.

“Kita berpisah, dan kita tidak pernah menjadi baik-baik. Saat itu aku berusaha, berusaha untuk meyakinkan diri kalau aku bisa tanpamu, dan ternyata aku bisa, aku bisa berubah.” lanjutnya lagi. Kami berdua sama-sama memandang ke arah lautan lepas.

“Sampai kau datang lagi, untuk meminta maaf. Kau pasti masih ingat dengan jelas, bagaimana saat itu aku menolak kehadiranmu. Aku tahu, tindakanku terlalu pengecut saat itu, dan alasanku terlalu dangkal, aku dendam denganmu, dan aku ingin kau merasakan apa yang aku rasakan karena ulahmu.” aku benar-benar hanya bisa mendengarkan ceritanya dalam kebisuan ini.

“Dan akhirnya aku sadar, kalau seperti itu hanya akan membuat sampah di hatiku. Akhirnya kita menjadi teman, tapi seperti yang aku bilang, aku sudah berubah, begitupun dengan semua rasa itu. Aku tidak munafik, ada waktu-waktu dimana aku bisa tersenyum sendiri saat aku mengingatmu, yeojachingu pertamaku, cinta pertamaku.”

“Waktu aku sedang menemani dongsaengku ke toko buku, aku melihat novelmu, dan aku bangga, orang yang aku kenal sekarang menjadi terkenal. Jujur, aku tidak suka membaca novel romance yeoja seperti itu, tapi entah kenapa, aku langsung tertarik dengan kata-kata yang ada di cover belakang novel itu.”

“Kau tahu rasanya menyesal ? Jika tidak, percayalah padaku, jangan pernah mencoba untuk melakukan kesalahan, apalagi sampai melepaskan ia yang kau sayang, begitu saja.” lagi-lagi aku memotong kata-katanya, lagipula itukan novelku, tentu aku juga tahu, kalimat apa yang ia maksud.

“Ya, kata-kata itu. Tanpa pikir panjang, aku langsung membeli novelmu, dan aku langsung membacanya. Sepanjang membaca novel itu, aku bahkan merasa bisa menebak bagian bab berikutnya, aku tahu, ada adegan makan sate ikan di pinggir jalan berdua setelah latihan drama di sekolah, aku tahu, ada surprise ulang tahun dengan memakai tepung, dan aku juga tahu, bagaimana cara mereka putus, tanpa perlu aku membaca novel itu sampai selesai. Hebat kan aku?” aku hanya tersenyum simpul menanggapinya.

“Tiba-tiba kemarin, aku melihatmu di antara orang-orang yang datang. Dan aku memang sudah mempunyai rencana sebelumnya, aku ingin kita bertemu, aku ingin kita membahas ini. Cerita kita memang sudah selesai, tapi terlalu banyak bagian gantung yang kita biarkan begitu saja.”

“Seharian ini kita bersama, seharian ini aku berusaha untuk melihatmu dari mata  yang sama seperti empat tahun lalu. Tapi itu ternyata tidak semudah yang aku kira. Aku bisa saja kembali denganmu, tapi aku tidak bisa, kembali menjadi Kyuhyun yang dulu.”

Entahlah, tapi aku merasa setuju dengan ucapannya. Keadaan kembali hening beberapa menit. Aku mengangkat wajahku, melihat ke arahnya, tampaknya ini bagianku untuk berbicara.

“Kau orang pertama yang aku ijinkan untuk masuk dan memenuhi relung-relung hatiku, dan kau juga orang pertama yang memberi tahuku, rasanya sakit, sakit karena aku terlalu dalam mencintai seseorang.”

“Aku tahu, kesalahan ini bermula dariku. Aku bersedia kembali dan memperbaiki semuanya, kalau itu memang bisa. Tapi seperti yang kau bilang, kau sudah berubah, dan aku bahkan tidak mengenalmu yang sekarang seperti apa. Aku takut, takut sebenarnya Kyuhyun yang aku sayang, adalah Kyuhyun yang empat tahun lalu, bukan Kyuhyun yang saat ini duduk di sampingku.”

“Dan untuk semua perasaan ini, aku siap. Siap untuk melepaskanmu, siap untuk melepaskan semua harapanku…aku siap…”

“Aku sadar, kalaupun kita kembali bersama, mungkin perasaan itu hanya akan menjadi sesuatu yang semu. Aku sadar, cinta kita tidak lagi sama. Kita bukan lagi siswa SMP yang melihat cinta sebagai sesuatu keinginan untuk terlihat lebih dewasa. Kita berdua sekarang jelas-jelas tahu, cinta lebih kepada kebutuhan untuk saling mengisi satu sama lain.”

“Kau satu-satunya yang aku sayang, sejauh ini. Empat tahun, dan aku tidak pernah lagi menjalani hubungan yang terasa sama atau malah lebih dari milik kita. Tapi aku tidak akan memaksakan apapun, aku juga tidak akan membebanimu dengan perasaanku, aku tahu, ini saatnya aku melepasmu…” Kyuhyun meraba rambutku, lalu mengusapnya pelan, dan sejurus kemudian ia mengecup ubun-ubunku.

“Mianhae Suzy-ah.”

“Kau sama sekali tidak bersalah.”

“Aku sudah mencoba, tapi tidak bisa, aku ingin, kalau aku kembali menyayangimu, aku mencintaimu sesempurna dulu, tanpa cela sedikitpun, aku tidak ingin hanya memberimu sekedar rasa sayang. Gomawo untuk semua pengertianmu.” Aku hanya mengangguk. Diam-diam aku sedang menahan air mataku, bagaimanapun aku ini yeoja, mahluk yang akan menumpahkan segala yang ia rasa melalui cairan bening itu.

Setelah empat tahun, aku hanya mencintainya, untukku sendiri secara diam-diam. Hari ini aku berikrar untuk melepaskannya, untuk membebaskannya dari belengguku, karena aku tahu, bukan aku lagi yang bisa membuat dunianya berwarna, karena aku tahu, bunga yang telah layu tidak akan pernah segar kembali, seperti juga cinta ini.

Ia berdiri dan menyodorkan tangannya ke arahku. “Mau pulang sekarang ?”

Aku menerima tangannya, dan mengangguk. Kami kembali ke mobil, dan kembali berdiam diri. Separuh perjalanan, nampaknya ia mulai jengah dengan keadaaan ini, ia mulai mengutak-atik radionya, mencari saluran yang bisa di tangkap mobilnya di tengah tempat sepi ini.

Dan entah sebuah kebetulan, atau mungkin memang kehendak nasib. Sebuah lagu mengalun, memenuhi mobil ini, ikut mengisi perjalanan pulang kami.





Jakku nunmuri heureumyeon ajik mot ijeotdan yaegijyo

Dareun sarami sirheumyeon geudael mot ijeotdan yaegijyo

Kkwae oraen sigani heulleo ijeotda malhago sipeotjiman, Geuge anijyo



Hamkke geotdeon georireul uyeonhi jinasseo

Hamkke geotdeon moseubi tto nun apeseo beonjyeosseo

Dasin igoseul jinaji marayaji saenggakhaesseo Apeumeul gamdanghal jasini eobseo

( JYP – If )



Aku melirik ke arahnya, dan tampaknya ia pun mengerti dengan maksudku. Kyuhyun tersenyum tipis, begitupun denganku.

♥ ♥ ♥

Mobilnya berhenti tepat di depan rumahku. Aku tersenyum ke arahnya, dan bergegas segera turun dari mobil. “Gomawo untuk hari ini.”

Tanpa menoleh, aku berjalan cepat ke dalam rumah. Aku ingin segera masuk ke kamar, dan memeluk bantalku, menumpahkan semua air mata yang sejak tadi masih aku tahan. Ketika tiba-tiba sebuah tangan menarik tanganku hingga berbalik, dan langsung mendekapku bersama tubuhnya.

Kyuhyun memelukku. Tanpa kata-kata, ia terus mengeratkan pelukannya. Sesuatu yang bahkan dulu tidak pernah kami lakukan, namun meski baru pertama, rasanya tetap hangat untukku.

“Waeyo ?” tanyaku pelan.

“Mianhae.” bisiknya. “Anggap saja ini pelukan persahabatan dariku.” sambungnya lagi.

Aku hanya tersenyum, toh aku juga menikmati ini. Akhirnya Kyuhyun melepaskan pelukannya, ia tersenyum ke arahku, dan mengacak sedikit poniku.

“Kalau begitu aku pulang, setelah ini kita bisa kan menjadi sahabat seperti dulu lagi ?” tanyanya. Aku hanya tersenyum, Kyuhyun melambaikan tangannya sambil menjauh, dan kembali ke mobilnya. Aku sendiri juga langsung masuk ke dalam rumah, seiring dengan suara mobilnya yang mulai menghilang.

Terlihat Eomma dan Appa sedang duduk di ruang keluarga, wajah mereka tampak agak berbeda. Aku duduk di samping Eomma.

“Waeyo Eomma ?” tanyaku penasaran.

“Appa dipindah tugaskan ke London, Suzy-ah, kau ingin ikut pindah, atau…”

“Ne, Eomma aku ikut pindah.” jawabku cepat sebelum Eomma menyelesaikan bicaranya.

“Yakin ? Tidak sayang dengan sekolahmu, tinggal setahun lagi.” ujar Appa.

Aku hanya menggeleng. “Aku ingin ikut pindah. Ya sudah, aku lelah, ingin ke kamar.” pamitku langsung berlari ke kamar.

Di atas ranjangku, aku memeluk diriku sendiri dengan kedua tanganku, merasakan aroma tubuh Kyuhyun yang masih terasa jelas di tubuhku. Setitik air mataku mengalir dari ujung-ujung mata.

“Mianhae Oppa, aku tidak seberani yang kau kira, aku takut untuk benar-benar melepasmu, aku takut, nae neomu saranghaeyo.”


 - The End -
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

JANGAN LUPA RC YA ^o^

JANGAN LUPA RC YA ^o^
Baca , Komen :D