Kalian Suka Baca FF Suzy Berpasangan Dengan Siapa ?? ^_^

Jumat, 25 September 2015

FF Baker’s Dozen (Oneshoot)

  No comments    
categories: 
image\
Title: Baker’s Dozen
Author: @vhyra_pabbo
Genre: Romance, Supranatural, School-Life, etc.
Main Cast: Kim Myungsoo, Bae Suzy
Sub Cast: Choi Minho, Jung Soojung, Kris Wu, Kim Ki Bum, Choi Jinri, Park Jiyeon, OC’s and etc.
Length: Oneshoot
FF By : fhyrafirus.wordpress.com/
Warning: Ini adalah cerita yang saya buat murni dari pikiran saya. Cerita ini hanya fiktif belaka. kalau ada kesamaan tokoh, tempat, dan cerita itu merupakan bukan kesengajaan. Ghamsahamnida~ Bow
Happy Reading!
***
“Tiga… belas…” Suzy membaca pelan tulisan di depannya. Tepat pada torehan di atas sebuah kertas berisi huruf huruf hangul nan rumit. Mata Suzy membelalak melihat angka ‘tiga belas’ pada sobekan kertas putih yang ditulis dengan darah terselip di kertas ujiannya. Yah, ia percaya dengan mitos angka tiga belas yang saat ini beredar luas di Sekolahnya.
Gadis manis berpita biru, Jinri, melirik ke arah kertas Suzy dan seketika ekspresinya berubah gamang.
“Gwaenchana?” Bisik Jinri prihatin.
Suzy menoleh dengan ekspresi hampir menangis. Ia menggeleng.
“Eotthokkae?”
Jinri menunjukkan wajah ibanya. Ia mengangkat tangannya di udara dan berkata ‘fighting’ tanpa suara. Meski wajahnya masih penuh kecemasan.
Suzy sedikit bersemangat, namun hanya sesaat sampai Jiyeon yang turut melirik ke arah kertasnya, tertawa pelan dengan senyum kecut.
“Tamatlah kau… Bae Suzy…” bisik Jiyeon angkuh.
***
Suzy berjalan pulang melewati setapak demi setapak jalan di daerah DeongMon, matanya luruh ke bawah. Airmatanya berjatuhan sedari tadi. Tapi isakan itu tak terdengar. Tangannya hanya meremas kuat tas ranselnya. Seolah olah hal itu bisa mengurangi rasa cemasnya.
Selesai sudah ujian kelulusan hari ini. Ujian yang menentukkan apakah Suzy dapat terbebas dari Dongsang Highschool atau tidak. Kalau tidak, maka ia lebih baik keluar saja dari sekolah terkutuk itu.
Suzy mendengarnya. Yah, desas desus tentang kutukan angka tiga belas di sekolah itu. Kata mereka, setiap murid yang menemukan sebuah sobekan kertas bertuliskan angka tiga belas maka akan mendapatkan kesialan, yang berarti, tidak akan lulus dari ujian sekolah dan akan mendapatkan kesialan kesialan lainnya. Konon, hal itu terbukti nyata sejak tahun 1993, sejak sekolah itu berdiri dan kutukan itu masih belum terpatahkan. Contohnya saja, Choi Minho, murid Dongsang Highschool yang mengikuti ujian setahun yang lalu dan mendapatkan sobekan kertas berangka tiga belas di lokernya. Ia tak bersekolah lagi. Kabarnya, ia menjadi buronan sekarang. Dan masih banyak contoh lain yang terjadi sepanjang tahun.
Sial bagi Suzy.
Suzy menghapus airmatanya tatkala kakinya berhenti di depan sebuah gedung. Gedung yang sangat pas, pikirnya.
Suzy melangkah masuk ke dalam. Tak ada rasa takut meski gedung itu sudah sangat tua. Sarang laba laba dan debu yang setebal buku sejarah tak menghentikan langkahnya. Juga tangga besinya yang mulai lapuk dimakan zaman. Gedung yang diyakini sudah berdiri sejak tahun 1993 dan hanya berlangsung 2 tahun setelah masa kejayaannya. Banyak yang meninggalkan gedung yang merupakan wisma ini setelah isu kutukan itu beredar. Bangunan yang berdiri pada tahun 1993 semuanya dikutuk, kata mereka.
Suzy masih berjalan menaiki setiap anak tangga yang menimbulkan bunyi kresek, hampir roboh. Tapi Suzy sama sekali tak gentar. Ia pasrah dengan nasibnya, toh tujuannya kesini adalah untuk menolak takdir angka tiga belas itu.
Suzy berhenti begitu sampai di lantai paling atas. Atap dengan pemandangan kota Seoul yang gemerlap. Ah ia sampai tak menyadari bahwa matahari sudah bersembunyi, berganti bintang bintang kecil yang tampak cantik itu.
“Kau sama sekali tak cantik, bintang bintang…” umpatnya sambil tertawa mengenaskan. Ia hanya berusaha menghibur diri. Bahwa ada yang lebih menyedihkan darinya. Biarlah ia menghina bintang bintang itu. Ia tak peduli.
Suzy kembali melangkah. Dadanya tegap. Ia siap menolak takdir.
Namun, baru satu langkah menuju tiang kematian, sebuah tangan dengan sigap menahan lengannya.
Suzy terpaku. Ia merasa sendirian tadi. Tapi…
“Apa yang akan kau lakukan disini, huh?” Dia berbisik.
Tubuh Suzy sempat menegang lalu kemudian berusaha kuat. Ia berbalik dan langsung melayangkan tangannya ke depan, siap memukul si genit yang berani menahannya. Namun kekuatannya payah. Ia tak bisa mengelak dan malah terhuyung ke pelukan sosok itu. Si tinggi dengan rambut hitam legam. Ia mengangkat bibirnya seakan menang dalam pertarungan.
“Yak, lepaskan!” Teriak Suzy riskan yang juga masih belum melihat jelas sosok itu. Yang pasti, dia seorang pria tampan dengan aroma maskulin yang menyeruak. Suzy dibuatnya mabuk.
“Kau tak boleh bunuh diri hanya karena angka konyol itu, Suzy-ssi…” bisiknya halus, sukses membuat Suzy merinding sejenak lalu kembali tenang. Ia malah merapatkan pelukannya. Ah… hangat sekali.
“Tiga belas…”
Suzy mengerutkan kening mendengarkan gumaman itu.
“Baker’s dozen…”
“Kau hanya perlu menolaknya… putus asa itu tidak menyelesaikan masalah, Suzy-ssi…”
Suzy langsung terperanjat dan refleks mendorong pria itu.
“Myung… soo?”
Pria itu tersenyum hangat lalu tak lama senyumnya berubah menjadi menyeramkan.
Suzy tau pria ini. Kim Myungsoo, pria aneh yang selalu berkeliaran di Dongsang Highschool. Padahal, ia bukan salah satu murid. Pria ini hanya seorang fotografer kurang kerjaan yang selalu mengabadikan setiap sudut sekolah kutukan itu. Sekolah yang baru terkuak kutukannya setelah desas desus itu disebarkan oleh orang tak bertanggung jawab. Suzy mengetahui namanya tak lain karena Jinri menyukai pria ini. Tapi apa maksud perkataan pria ini? Tiga belas… apa?
“Kau menyebut namaku?”
Myungsoo berusaha mendekat namun Suzy malah berusaha mundur.
“Ne… kau sangat terkenal di sekolahku…”
Ia tertawa renyah.
“Waeyo?”
Myungsoo sudah berhenti melangkah karena ia tahu, kalau ia melangkah lagi dan Suzy tetap mundur, maka ajal Suzy sudah dipastikan hari ini. Tempat itu tak memiliki pembatas. Hanya tinggal melangkah saja maka Suzy akan tewas terjatuh dari ketinggian lima puluh meter.
“Kau seorang fotografer kan?”
“Ani…”
Suzy menautkan alisnya. Jadi apa maksud pria ini selalu berkeliaran di sekolahnya dan memotret apa saja di sana?
“Gheurae?”
Bibir Myungsoo terangkat.
“Rahasia”
“Yak apa maksudmu?! Tiga belas dan baker’s dozen huh?! Apa maksudmu?!” Suara Suzy meninggi.
“Rahasia” Myungsoo tersenyum kecil.
Suzy berusaha menahan amarahnya yang akan meledak lima detik lagi. Ia lalu melangkah maju hendak meninggalkan si freak itu.
“Baker’s Dozen… sebuah kutukan… tapi… kenapa?” gumamnya sambil meresapi angin yang menerpa wajahnya. Udara dingin di bulan desember. Ia tak mencoba untuk menahan Suzy lagi.
***
Udara pagi yang menusuk tulang, masuk di cela cela ventilasi ruangan bercat pink-soft itu. Si pemilik masih tertidur pulas bersama piggy di sampingnya. Alarm tak terdengar pagi ini. Sengaja ia mengaturnya agak terlambat karena ia enggan berangkat terlalu pagi hanya untuk melihat pengumuman naas baginya. Ia memilih tak pergi menertawakan rasa malunya. Ia yakin tak lulus. Yah, karena ia percaya dengan kutukan itu. Terlalu percaya malah.
Bertubi tubi pesan yang masuk pun tak didengarnya. Pasti dari teman temannya yang mencela ria karena dirinya tak lulus. Karena kutukan bodoh itu.
Suzy sedikit membuka mata ketika horden kamarnya dibuka lebar oleh eommanya. Meski matanya masih lima watt, tapi ia masih bisa merasakan nada ponselnya berubah. Sepertinya seseorang menelponnya kali ini.
Suzy menarik touchscreen nya yang tergeletak di atas meja lampu tidur. Samar, ia melihat nama Jinri di sana.
“Ne?” Sembur Suzy yang masih berusaha meningkatkan kesadarannya.
“Kau lulus! Kau lulus suzy!” Teriak Suara di seberang. Suzy terperanjat. Ia langsung tersadar seratus persen. Apakah ia tak salah dengar?
“MWO?!” Suzy menelan salivanya. Jantungnya tiba tiba berdegup di atas normal.
“Kau lulus dengan nilai terbaik!”
“M-m…mwo?” Ponselnya terjatuh saat belum sempat bertanya lagi. Ia terlalu shock mendengarnya. Apakah ia mulai gila sekarang?
Pertama, ia bukanlah murid cerdas super excellent ala Albert Einstein. Ia bahkan tak pernah mendapatkan rangking. Bagaimana bisa ia mengalahkan 365 murid Dongsang Highschool yang ia yakini berisi beberapa manusia manusia jenius? Sedangkan dirinya? Lupakan!
Kedua, bukankah ia mendapatkan sebuah sobekan yang berisi kutukan? Mengapa kutukan itu tak bekerja padanya?
Suzy lalu menampar dirinya sendiri. Sangat keras hingga membuat pipinya memerah.
Suzy meringis!
Auw!
Senyum perlahan mengembang di bibirnya.
Apakah kutukan itu mulai berbalik sekarang?
Atau…
Ada yang iseng menyelipkan kertas tak berdosa itu?
***
Suzy berjalan malu malu di sepanjang koridor. Mereka terus menatap Suzy seolah olah dirinya adalah objek sensual yang tak patut dilewatkan. Wajah kagum mereka tersirat makna bahwa Suzy adalah orang yang benar benar beruntung. Lucky person yang ‘mungkin’ telah mematahkan kutukan itu.
Perasaan sungkan itu akhirnya berubah menjadi bangga. Ia menegakkan bahunya dan berjalan santai sekarang.
Di ujung sana, Jinri menyambutnya dengan senyum sumringah. Ia tak sungkan menghamburkan pelukannya begitu Suzy sampai.
“Chukkkkae!!!!” Teriak Jinri membabi buta.
“Chukkaaaaee!!!” Jeritnya lagi sambil mengguncang guncang tubuh Suzy.
“Ne…” desah Suzy bahagia.
“Ada yang mencarimu…” bisik Jinri kemudian.
Jinri lalu bergeser sedikit dan tampaklah tiga pemuda tampan dan satu wanita cantik yang masing masing tak diketahuinya.
Suzy terperangah. Ada apa ini?
“Naega Choi Minho…” ucap si pria jangkung dengan mata besar.
“Aku Jung Soo Jung…” kali ini si wanita dingin bermata rusa yang berujar.
Suzy makin tak mengerti.
“Namaku kris wu…” lagi, si jangkung dengan rambut blonde spike nya.
‘Tampan…’ tak sadar Suzy bergumam dalam hati.
“Dan aku adalah Kim Ki Bum…”
“Eh?” Suzy menoleh dan menatap penuh tanya ke arah Jinri.
“Kami adalah bagian dari korban kutukan yang masih hidup sampai sekarang…” tutur mereka bersamaan.
Suzy melongo. Bukankah Choi Minho jadi buronan sekarang? Kenapa dia malah menampakkan dirinya ditengah khalayak ramai begini?
“Choi-” mulut Suzy langsung bungkam begitu Soojung meninju wajahnya. Suzy jatuh tersungkur.
Bruakkk!
Pingsan hanya sekali pukul.
Jinri dan semua yang ada disana dibuatnya tersentak.
“Yak!” Pekik Jinri yang membuat Soojung mengeluarkan pistol.
“Diamlah nona manis… aku kesini bukan untuk berurusan denganmu…” ucap Soojung tajam nan dingin.
Jinri tak berkutik. Jantungnya seperti dipompa lebih cepat. Apa yang sebenarnya terjadi?!
Minho lalu mengangkat Suzy ala bridal. Soojung masih mengarahkan pistolnya ke Jinri yang sontak membuat semuanya takut.
“Bawa dia!” Pinta Soojung kemudian.
Doaaar!
Jinri pingsan di tempat. Bukan karena peluru menembus jantungnya. Melainkan karena mendengar suara pistol yang membuatnya shock.
Untung saja, Soojung hanya menembak tembok di samping Jinri.
***
Lamat lamat, mata Suzy menangkap beberapa sosok di depannya. Mereka tampak menatap Suzy dengan ekspresi yang berbeda beda. Namun, aura membunuh salah satu dari mereka membuat Suzy melebarkan mata.
Suzy baru saja terbangun. Sekitar sejam yang lalu, ia berada di sekolah dan sekarang keadaan telah berubah.
Ia melihat ke depan dan tampak empat manusia berdiri dengan gaya berbeda bersama lampu bohlam kuning redup yang merusak mata.
Suzy melirik ke arah Minho sekilas. Mata besar sayunya menatap ke arah Suzy. Terlihat sangat lelah. Suzy lalu beralih ke Soojung. Matanya tajam. Sarat dendam. Suzy jadi takut.
“Waeyo?” Tanya Suzy ragu. Ia lalu merasakan nyeri luar biasa yang menyerang wajahnya. Ouch! Pipi Suzy memar!
Suzy juga merasakan tubuhnya tak bisa digerakkan. Ternyata ia sedang terikat kuat di atas kursi kayu. Hanya mulutnya yang bebas berkoar.
Soojung meringis lalu tertawa kejam. Di tangan kanannya bertengger pistol yang tadi sempat ia patik.
“Kau sungguh beruntung…” ucapnya kesal lalu tangannya yang berpistol mengarah ke wajah Suzy.
Mata Suzy melebar.
“Wae-”
“Kau tak mengerti karena kau tak merasakannya!” Sela Soojung emosi dengan tangan yang semakin erat menggenggam pistol.
Suzy menoleh ke arah Minho, meminta penjelasan. Namun pria itu hanya tersenyum kecut. Suzy mulai frustasi. Apa yang sebenarnya terjadi? Adakah seseorang yang bisa menjelaskannya?
“Nona Suzy yang cantik… kau kah orang itu? Orang yang akan mematahkan kutukan tiga belas?” Tanya Kibum dengan pisau tajam yang ia elus ditangannya.
Suzy makin membelalak. Jantungnya kembali berdegup kencang.
“Kau… terlalu cantik untuk dieksekusi…” Kris menyentuh dagu Suzy dengan tatapan ‘sayang sekali, barbie ini harus…’.
Eksekusi?!
Suzy mulai kehilangan konsentrasi. Keringat dingin perlahan menetes dari pelipisnya.
“Tapi sebelumnya… kita harus melakukan upacara sebelum pengeksekusian agar mantra untuk mematahkan kutukannya berhasil” sanggah Soojung lalu menurunkan pistol. Yah, tadi Soojung hanya menakut nakuti.
“YAK KALIAN MAU APA?!” Teriak Suzy menggila tatkala Kris dan Minho mendorong Suzy yang masih duduk di atas kursi dengan kondisi terikat.
“Jangan mempersulit ini nona cantik… kalau ini berhasil, maka kau telah menyelamatkan banyak nyawa…” Kris menarik dagu Suzy lalu membuang wajahnya lembut.
Suzy kalut. Emosinya sudah tak tertahankan lagi.
“Jadi nyawaku tak berarti? Begitu huh?” Gumam Suzy dengan kepala tertunduk.
“Bukan begitu nona cantik… kheundae… kaulah orang yang tepat untuk mantra ini…” Kris tersenyum manis seakan tak ada yang terjadi.
“YAK KALIAN SEMUA IBLIS!” Teriak Suzy membabi buta. Airmatanya mulai mengalir. Membanjiri wajahnya yang kini tampak berantakan. Rambutnya acak acakan serta memar yang makin memerah di pipinya.
Soojung tertawa renyah diikuti oleh Kibum yang mengayun ayunkan pisau stainless steel. Sedangkan Minho dan Kris memilih bungkam.
“KALIAN IBLIS! AKU BAHKAN TAK TAU APA YANG SEDANG TERJADI DAN KALIAN MALAH SEENAKNYA MEMPERLAKUKANKU SEPERTI BINATANG!” Bentak Suzy. Matanya memerah kini. Emosinya benar benar tak terkendalikan lagi. Ia lalu mengguncangkan tubuhnya sekuat tenaga.
PLAK!
Minho menampar wajah Suzy yang sontak membuat gadis itu terdiam. Suzy shock setengah mati.
Soojung menatap puas pemandangan tadi. Kibum tak kalah senangnya. Sedangkan mimik Kris langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Ia lalu melepaskan semua ikatan Suzy tanpa kata.
“Yak apa yang kau lakukan Kris?!” Bentak Soojung dengan tangan yang mengarah ke arah Kris.
“Kalian sudah keterlaluan…” balas Kris pelan. Ekspresinya datar.
“Kenapa… tiba-”
“Kalian tak mengerti! Aku akan baik baik saja jika Soojung memukulnya sekali! Kheundae! Wae Minho-ah wae?! Kau memukulnya lagi?!” Kris memotong ucapan Soojung dengan berani. Semua dibuatnya tersentak.
“Bukankah sudah aku katakan bahwa wanita ini adalah adikku?! Adik yang satu rahim denganku! Walaupun kami memiliki ayah yang berbeda!”
Suzy terkesiap.
“Apakah kalian tahu bagaimana perasaanku ketika tahu bahwa kalian mengincar Suzy? Aku tentu saja tak akan membiarkan hal itu terjadi…”
Suzy perlahan melangkah mundur begitu ikatannya terlepas.
Kris mengeluarkan pistol yang berada di balik jasnya.
“LARI SUZY!” Teriak Kris yang tak sempat mengangkat pistolnya.
Doar! Doar! Doar!
Tiga timah panas sukses menembus tubuh Kris. Tiga benda itu berhasil melumpuhkan pria tinggi itu. Ia tersungkur dengan darahnya membasahi lantai semen yang dingin. Perlahan tapi pasti, matanya mulai tertutup rapat.
Mulut Minho ternganga lebar. Namun Kibum malah tertawa.
“Penghianat… aku tahu kalau itu akan terjadi… Ne… pistol ini untuk mengeksekusi pecundang sepertimu… Kris Wu…” ucap Soojung enteng.
“Kau pantas mati…” tambah Kibum.
“Sial! Dia kabur!” kesal Soojung seraya membanting kursi di depannya.
Mata Minho masih terbuka lebar menatap zat kental berwarna merah yang melumuri sahabatnya. Ia tak percaya. Ia benar benar tak percaya.
Kakinya melemas. Ia jatuh bersimpuh di hadapan tubuh yang kini kaku itu.
“Mianhae…” bisiknya pelan.
***
Suzy berlari tanpa arah sembari menangis. Airmatanya tak hentinya merembes keluar. Ia baru mengetahui hal ini. Tentang ibunya yang ternyata memiliki dua suami. Tentang suami pertama ibunya yang ternyata memiliki anak laki laki tampan yang sudah sebesar itu. Ia sangat tersentuh begitu tahu ternyata Kris terlibat dalam geng yang ‘entah apa namanya’ itu hanya untuk menyelamatkannya. Sekarang, semuanya sudah terlambat.
Kris pergi begitu saja. Tanpa ada kata perpisahan yang berarti.
***
“Yak! Kau akan selalu beruntung!”
Suara itu membuat Suzy berhenti berlari. Ia menghapus kasar airmatanya dan menoleh ke samping.
Suzy merengut. Si pria aneh lagi.
“Uljimma…”
Suzy memalingkan wajah sembabnya tanpa mau menjawab apapun.
“Biar kuceritakan beberapa hal yang kutahu…”
Suzy masih enggan menoleh namun telinganya ia pasang sebaik mungkin.
“Kau mungkin akan kebingungan mengenai misteri kutukan itu… tentang bagaimana bisa kutukan itu malah berbaik hati membuatmu menjadi orang beruntung…”
Suzy mulai tertarik hingga sedikit demi sedikit menghadapkan wajahnya ke arah Myungsoo.
“Kau sama sekali bukanlah makhluk spesial yang sudah ditakdirkan untuk beruntung mendapatkan kutukan… hanya saja…” Myungsoo tersenyum ganjil.
“Kau sedang berhadapan dengan orang yang membuat kutukan itu…”
Suzy tergemap. Apa?! Apakah ia tak salah dengar?!
“M-mwo?” Suzy melangkah mundur. Ia menggeleng tak percaya.
Ekspresi Myungsoo mulai terlihat aneh dan menyeramkan.
“Dan… orang yang membuat kutukan itu… mencintaimu…” bisiknya menggoda. Langkah Suzy terhenti begitu tembok di belakang menyapa punggungnya.
Hap!
Myungsoo berhasil membuat Suzy menjadi sulit bergerak.
“Lihatlah!” Myungsoo mengeluarkan puluhan foto yang berada di dalam tasnya hingga jatuh terhambur ke atas tanah.
“Ini hanya satu persen dari ribuan foto yang aku punya…” Myungsoo lagi lagi tersenyum aneh.
Mata Suzy membelalak melihat foto foto dirinya yang tercetak disana. Ia sempat melihat tanggal yang ada di foto itu. Yah, tanggal dimana pertama kali ia memasuki jenjang SMA di Dongsang Highschool. Apakah pria ini gila?
“Wae?” Tanya Myungsoo pada dirinya sendiri karena melihat Suzy begitu ketakutan hingga pertanyaan ‘wae’ yang hendak keluar dari bibirnya tertelan begitu saja.
“Kau tahu tentang kutukan tahun 1993?”
Suzy tak menjawab dan malah menunduk.
“Tahun dimana ibuku di hakimi…”
“Saat itu umurku sudah lima tahun… sedikit lebih tua darimu, kan?”
Suzy mendelik ngeri melihat perubahan mimik Myungsoo.
“Saat itu ibuku difitnah dengan menuduhnya telah membuka bisnis prostitusi…”
“Mereka menuduh ibuku karena saat itu banyak anak anak yang diculik…”
“Hanya karena aku lahir tanpa ayah dan karena ibuku sering bermain dengan anak anak di desa…”
“Tanpa adanya bukti kuat…”
“Mereka bahkan menuduh ibuku ingin menjualku…”
“Juga menuduh ibuku adalah seorang penyihir…”
“Lalu mereka… membunuh ibuku…”
“Dengan cara… tak berprikemanusiaan…”
“Mereka membakarnya hidup hidup… seperti penyihir yang dieksekusi mati…
“Kheundae… eommaku bukanlah penyihir…”
“Sayang sekali, mereka tak tahu… bahwa sebelum dibunuh… ibuku mengutuk semua orang yang terlibat dengan melakukan persembahan kepada setan…”
“Dia tidak mengutuk tahun itu… melainkan mengutuk orang orangnya… orang orang yang dengan biadap menuduhnya… menghakiminya… dan ibuku juga mengutuk keturunan orang orang itu…”
“Padahal ibuku hanya korban dari pemerkosaan…”
“Dia butuh perlindungan kan?” Myungsoo membelai rambut panjang Suzy dengan sorot mata tak biasa.
“Aku lalu tinggal dipanti asuhan dan bertemu Kang Rian. Gadis itu secantik dirimu… dia sangat mirip denganmu…”
“Tapi dia mati karena terkena kutukan…”
“Kutukan yang ibuku buat…”
“Yah… Rian adalah anak dari orang yang telah dikutuk ibuku…”
“Kedua orang tuanya mati karena kutukan…”
“Lalu Rian di buang ke panti asuhan..”
Myungsoo menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Suzy.
Suzy semakin menunduk. Ia menelan salivanya gugup begitu hening mendominasi.
Myungsoo merengkuh wajah Suzy dan mengangkatnya hingga pandangan mereka sejajar. Matanya memerangkap Suzy. Tak bisa lepas.
“Aku tak biasanya banyak bicara…”
Myungsoo tanpa sungkan langsung melumat bibir Suzy.
Suzy membuka mata lalu kembali menutup matanya. Ia tak bisa berbuat apa apa. Hidupnya ada di tangan pria sinting ini sekarang. Ia harus bersabar sebelum melakukan ‘sesuatu’ padanya. Sesuatu yang akan…
“Yak… apa yang kalian lakukan?”
Myungsoo menghentikan kegiatan menciumnya. Ia berbalik dan mendapati Minho, Soojung dan Kibum sedang menatap mereka dengan ekspresi berbeda beda. Soojung mendecak. Kibum tersenyum muak. Dan Minho berwajah sayu, penuh kesedihan.
Suzy yang hendak menjauh dari jangkauan secepat kilat ditahan oleh Myungsoo.
“Tenanglah… kau makin beruntung jika bersamaku…” dengan enteng Myungsoo malah tersenyum menatap ketiga manusia haus darah itu.
“Serahkan Suzy pada kami… ini demi kebaikan semua orang…” ucap Soojung malas.
“Ck… kalian sudah salah paham tentang kutukan tiga belas itu” Myungsoo menggeleng merendahkan.
Tangan Soojung mengepal. Mimiknya berubah kesal. Ia lantas mengeluarkan pistol dari sakunya.
“Kubunuh saja kau!” Pistol itu sudah condong ke wajah Myungsoo.
“Ck…”
Doar!
Doar!
Doar!
“Meleset!” Myungsoo menghempaskan pistol Soojung yang tampak sudah kehabisan peluru. Kibum tak tinggal diam. Tanpa basa basi, ia langsung menodongkan pisaunya ke depan. Begitupun dengan Minho, ia mengayunkan linggis di tangannya.
Sreet!
Sreeet!
Darah langsung menyembur dari tubuh Soojung.
Ternyata Myungsoo dengan sigap membuat Soojung menjadi tameng.
Kibum membelalak tak percaya. Pisaunya tepat tertancap di punggung Soojung. Minho malah biasa saja. Padahal linggisnya sukses menghantam kepala Soojung.
Myungsoo tertawa keras.
Suzy berteriak histeris. Makin lama tubuhnya makin melemas tatkala melihat tubuh Soojung yang kini terjatuh ke tanah dengan darah segar memenuhi tubuhnya yang tampak menggeliat kesakitan. Matanya terbelalak lebar. Darah terus mengalir dari kepalanya.
Dan Soojung pun mati di tempat.
Myungsoo menangkap tubuh Suzy yang hampir pingsan karena shock melihat adegan demi adegan berdarah.
Minho tersenyum menatap tubuh kaku Soojung. Linggisnya ia buang begitu saja lalu berbalik hendak meninggalkan tempat itu. Namun, Kibum masih terdiam di tempat, menatap tubuh Soojung yang terlentang dengan mata terbuka.
Kibum berjongkok, mencoba menutup mata Soojung dengan sapuan kecil. Ia lalu menarik pisau yang masih tertancap di punggung Soojung dengan wajah datar.
“Keinginan Soojung hanya ingin mematahkan kutukan tiga belas!”
Myungsoo menoleh ke arah Kibum bersama Suzy dipelukannya yang masih tampak nanap.
“Kau pikir siapa yang yang mengatakan kepada kami tentang cara menghilangkan kutukan itu?!”
Myungsoo tersenyum licik.
“Ne! Kaulah yang mengatakan kepada kami untuk membunuh Suzy karena Suzy adalah satu satunya orang yang tak terkena kutukan itu!”
Suzy yang mendengarnya sontak memberontak tapi Myungsoo malah makin mempererat pelukannya. Suzy lagi lagi tak bisa lepas.
“Kheundae wae?! Kenapa kau malah melindungi jalang itu hah?!”
Hening beberapa saat sampai Kibum mulai melangkah maju.
“Kau tahu kalau kami masih menderita sampai sekarang!”
Myungsoo tak bergerak sesenti pun padahal Kibum sudah mendekat bersama pisau berlapis darahnya.
“Kalian bodoh…”
Langkah Kibum terhenti. Matanya tajam menusuk. Aura membunuh itu masih belum pudar dari jiwanya.
“Kalian bodoh karena menuruti orang yang mengutuk kalian…” Myungsoo tertawa puas.
Kibum tersentak.
“YAK KAU!”
“Kalian sudah dikutuk sejak tahun 1993 karena orang tua kalian… dan angka tiga belas itulah awal malapetaka kalian…”
“Hebat sekali karena keturunan orang tua kalian… orang orang yang telah menghakimi ibuku… bersekolah di sekolah yang sama…”
“Bagaimana dengan Suzy?! Kenapa dia sangat beruntung?!”
Myungsoo hanya tersenyum simpul tanpa mau menjawab apapun.
“Yak bicaralah brengsek!”
“Rahasia” Myungsoo terkekeh.
Kibum mendesis lalu menhunuskan pisaunya ke depan. Tapi, Myungsoo berhasil menghindar dengan beban Suzy dipelukannya.
“Jadi untuk apa kau menyuruh kami untuk membunuh Suzy huh?!” Bentak Kibum frustasi.
“Untuk menghilangkan kutukan kalian…”
“LALU KENAPA KAU MELINDUNGINYA BRENGSEK!”
“Kalian salah paham… Bukankah aku mengatakan bahwa seseorang harus mati? Maksudku… cara untuk terlepas dari kutukan itu adalah… mati… kalian yang terkutuklah yang mati, bodoh! Bukan Suzy ku yang beruntung ini!”
Tubuh Kibum seperti dilempar ke jurang. Matanya melebar. Teramat terpukul.
“Lihat! Soojung sudah terbebas… hanya tinggal kau dan Minho…” Myungsoo kembali tertawa.
“Dan satu lagi… Suzy mendapatkan peringkat teratas karena aku menukar kertas ujiannya… karena aku tahu, Suzy tak sepintar itu…”
Kibum jatuh terduduk. Pisau di tangannya terlepas.
Myungsoo tersenyum merasakan bajunya basah karena tangis Suzy. Tangannya tanpa sadar mengelus punggung Suzy.
Suzy tahu sekarang bahwa ia bukanlah korban kutukan.
Tapi…
Tunggu dulu,
Bukankah Kris adalah saudaranya?
Berarti…
Myungsoo berbohong?
***
Suzy berjalan turun dari tangga begitu mendengar suara bel. Sudah jam 9 malam dan tak ada siapapun dirumah. Ia berfikir bahwa eommanya sudah pulang dari kantor.
Langkah langkah kecilnya makin melambat begitu pintu sudah mulai terlihat. Ia tersenyum lalu menatap ke arah monitor.
Senyumnya memudar karena melihat tak ada siapapun.
“Yak nugu?” Ucap Suzy pada interkom yang terpasang di pintu.
“Paket!”
“Bisakah kau memperlihatkan wajahmu?”
Hening.
Suzy melangkah mundur dengan wajah yang mulai panik. Si pengirim paket tak juga bersuara.
Lalu tak lama kemudian terdengar suara bising di luar yang membuatnya makin ketakutan.
Suzy yang hendak berlari ke kamar sontak berhenti tatkala terdengar suara dari interkomnya.
“Annyeong Suzy-ssi… kau selamat sekarang…”
Suzy mengenal suara itu. Sangat mengenalinya.
“Sekarang… bisakah kau keluar dan memeluk penyelamatmu ini?” Terdengar suara tawa mengerikan.
Suzy lalu memutar badan dan berjalan perlahan menuju pintu. Di depan monitor, sudah berdiri Myungsoo dengan pisau penuh darah di tangannya. Dia sedang tersenyum sambil memamerkan pisaunya itu.
“Ayo keluarlah! Kau aman sekarang…”
Dengan ragu, Suzy menekan password lalu menggapai gagang pintu. Ia lalu membukanya perlahan.
Suzy tersentak begitu melihat seseorang yang tergeletak tak berdaya di samping Myungsoo, dengan darah segar yang membanjiri perutnya juga lehernya yang hampir terputus.
Suzy hendak menjerit kencang namun Myungsoo langsung mendorong Suzy masuk agar tak menimbulkan keributan yang bisa mengundang banyak orang.
Suzy seratus persen ketakutan sekarang. Myungsoo memberikan isyarat agar tenang dan Suzy hanya bisa menurut.
Myungsoo lalu berlari mencari sesuatu yang bisa membungkus mayat di luar. Setelah didapatnya, ia keluar lalu memasukkan mayat berjenis kelamin pria itu ke dalam plastik hitam besar. Setelahnya, ia membuang mayat tersebut ke tempat pembakaran sampah yang ada di rumah Suzy.
Suzy tak mampu berkata kata. Sesadis itukah Myungsoo?
“Pria itu Kim Kibum… dia kubunuh karena dia ingin membunuhmu…” ungkap Myungsoo setelah duduk santai di ruang tamu bersama air putih di tangannya.
Suzy hanya diam tanpa kata. Ia masih shock.
“Aku tak mengerti mengapa Kibum mau membunuhmu lagi… jadi lebih baik kumusnahkan sebelum ia memusnahkanmu… hmm… kau aman sekarang…” Myungsoo terkekeh.
Suzy merengut dalam hati, semudah itukah kau mengambil nyawa orang lalu kau tertawa di sini seperti tak ada yang terjadi?
Suzy yakin, Myungsoo adalah psikopat.
Tapi berkat Myungsoo, Suzy selamat. Betul betul dilema.
Suzy semakin lama semakin gelisah. Sudah hampir jam sepuluh namun eommanya belum juga pulang. Ia takut dengan pria dihadapannya ini. Ia harus membuat alasan agar ia pulang sebelum eommanya datang.
“Kau… boleh pulang… aku sudah ingin tidur…” pinta Suzy halus. Sebisa mungkin tak menyinggung perasaan pria gila ini.
Myungsoo mengangkat alisnya, sepertinya ia terkejut.
“Waeyo? Bukankah kau sudah tinggal sendirian sekarang?”
Deg!
Tubuh Suzy mendadak kaku.
‘Sudah?’
“Ibumu sudah kubunuh saat di perjalanan tadi… karena aku ingin tinggal bersamamu di sini dan melindungimu dari kutukan itu…” Myungsoo tersenyum lalu meletakkan gelas yang sudah kosong ke atas meja. Menyemarakkan keheningan yang tiba tiba itu.
“Bukankah aku selalu melindungimu dari kutukan itu?”
‘Benar, kan? Aku masih terlibat dalam kutukan itu dan akan selalu terlibat…’
“Yak! Aku tak mau kehilangan Rian untuk yang kedua kalinya… kau adalah Rian… Bae Suzy…”
‘TIDAK!’ Suzy berteriak dalam hati. Tanpa sadar, airmatanya mulai mengalir. Ia benar benar ketakutan.
Dasar pria biadap! Bahkan eommanya…
Yah, iya tahu, eommanya sudah pasti terlibat dalam peristiwa kelam tahun 1993 itu karena dia dan Kris turut dikutuk. Tapi…
“Ah… kalian benar benar mirip… jangan jangan kau adalah Rian yang bereinkarnasi huh?” Myungsoo tertawa seolah olah hal itu benar benar lucu.
Suzy lalu menyipitkan matanya yang masih basah. Di belakangnya, ada sebuah benda mengilap yang tergenggam. Benda alumunium yang sangat tajam. Ia mengambilnya dan menyembunyikannya ketika Myungsoo meminta diambilkan air putih. Benda untuk berjaga jaga. Tapi, sepertinya ia harus menggunakannya. Benar benar menggunakannya.
Bayangan bayangan percakapannya bersama Minho tadi pagi terus terngiang ngiang di kepalanya.
“Myungsoo adalah anak si pengutuk. Dan eommanya menaruh kutukan itu pada Myungsoo. Selama Myungsoo masih hidup… semua yang dikutuknya akan selalu mendapatkan kutukan. Jadi… bunuhlah dia saat kau berada di sampingnya…”
‘Baiklah… aku akan membunuhmu!’
Suzy melangkah perlahan menuju Myungsoo.
Entah mengapa, senyum Myungsoo mendadak berganti menyeramkan membuat Suzy makin was was.
“Buang pisaumu Suzy-ah… kalau kau ingin selamat…”
Suzy berhenti melangkah. Pisau ditangannya terlepas begitu saja. Ia terpaku ditempat.
“Kau tahu? Balas dendam adalah virus. Virus menyerang mangsanya dan menciptakan virus yang baru. Dendam menyerang mangsanya dan menciptakan dendam lain yang berbeda. Aku rasa kau sedang dendam padaku, kan?”
Pilihan satu satunya hanya diam. Suzy memilih tak bersuara sepatah katapun. Ia tahu, pria ini sudah gila. Ia bisa melakukan hal hal diluar nalar tanpa rasa bersalah karena dendamnya yang tak juga padam. Dan yah, Suzy tahu, dendam itu panas, dan akan terus menghanguskan
segalanya sampai tak ada yang
tersisa.
“Yak… aku lelah…” gumam Myungsoo kemudian.
“Sangat lelah melihatmu menderita…”
“Tapi… kutukan selamanya menjadi kutukan… eommaku yang membuatnya… jadi, tak ada yang bisa kulakukan selain melindungimu…”
***END***
Absurd? Iya-_-
Oke, ini ff terabsurd dari semua ff absurd yang pernah saya buat dan dengan songongnya saya malah menekan tombol post! /Digebukin/
Oke terserah saya, sekalipun umpatan dan hujatan, akan saya terima dengan lapang dada /sok tegar/ abis udah kelamaan di draft tapi ga diposting posting. Ada pepatah mengatakan “dibuang sayang, dimakan jadi racun, tapi kalo dipanasin kayaknya masih bisa dimakan” jadi inti dari pepatah ga ada hubungannya sama sekali. Dan pepatah itu cuma bikinan saya doank. Thanks/plak/
Sip, school in obsessions bakal aku lanjutinnnnn! /Antusias sendiri/
Kayaknya ada yang ga ngeh di dada gitu kalau ff chapter ga diselesein, jadi berpikir untuk kembali dilanjutin meski yakin komentersnya bakal berkurang drastis atau mungkin juga ga ada. Tapi rasa ganjel itu harus dimusnahkan jadi yah aku lanjutkan lagi meski hanya sampe lima chapter. Kerangkanya dari chapter tiga sampe lima udah dibuat, tinggal dikembangin jadi cerita. Yosh! Part 3 bakal aku post besok.
Okay, segitu dulu.
Ada pertanyaan?
/plak/
Ghamsahamnida buat readers setia blog ini T.T /comot tisu tetangga/
Bow~
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

JANGAN LUPA RC YA ^o^

JANGAN LUPA RC YA ^o^
Baca , Komen :D