Kalian Suka Baca FF Suzy Berpasangan Dengan Siapa ?? ^_^

Jumat, 25 September 2015

[ONESHOOT] PANDORA BOX

  No comments    
categories: 
Pandora box

TITLE : Pandora Box | Main cast : Bae Sooji, Kim Myungsoo | Other cast : Jung Soojung, Kim Sohyun, Yoo Seunghoo, Lee Hyunwoo | OC : Lee Hanna, Kim Minseok | Genre : Sad, Romance | Lenght : Oneshoot | Rating : PG 17 | Author : IRZ
Sorry for Typo’s and Happy Reading ^w^

FF BY : https://myungzyfanfictionland.wordpress.com
Myungsoo POV
Siang berganti malam, hal itu terus menerus terulang tiap waktunya dan tiap waktu itu pun aku selalu teringat padamu. Hey, Tokki apa kau tengah memikirkanku juga? 
Hah… andai saja nasibku sama seperti Epimetheus yang selalu bersama Pandora kemanapun dia pergi…
Bagaimana rupa mu sekarang? Apa secantik Pandora kah? Aku rindu mata bulan sabitmu itu Tokki… sayang, hanya 3 bulan ya? Benar-benar 3 bulan yang amat berarti bagiku karena bersamamu…
Aku rindu padamu Tokki…
Ku lipat suratku serapi mungkin dan seperti biasanya aku akan memasukan surat itu ke dalam kotak berwarna emas yang kami namai Kotak Pandora. Hahh… 10 tahun lamanya aku selalu melakukan hal ini entah mengapa. Tokki nan pabo saram, geutchi?
Kurebahkan tubuhku ke ranjang dan segera ku tarik selimutku. Aku tak boleh terlambat di hari pertama di sekolah baruku.
“Oppa, apa kau sudah tidur?” tanya Sohyun, ku hidupkan kembali lampu dan tersenyum padanya. Sohyun pun masuk ke kamarku sembari menggaruk tengkuknya, aigoo… benar-benar lucu yeodeongsaengku ini.
“Pr lagi? Sekarang apa? Biologi, fisika?” tanyaku, Sohyun menggeleng.
“Ani, sekarang Sejarah. Arrghhh… kepalaku mau pecah belajar mitologi Yunani! Sebenarnya apa untungnya belajar sejarah negara orang, ck” gerutu Sohyun panjang lebar. Ku sentil dahinya gemas.
“Oho! Pandora ya, yahh… kau datang pada pakar yang tepat” Sohyun mendesis.
“ya ya… cepat tolong aku, kenapa Dewa Zeus memerintahkan Hefaistos membuat manusia?” tanya Sohyun.
“Baiklah, dengar baik-baik eoh, aku tak akan mengulanginya lagi” titahku, Sohyun mengangguk.
“Prometheus membocorkan rahasia api milik para dewa kepada umat manusia, selain itu dia juga menipu Zeus dalam suatu undian. Karena perbuatannya, Zeus memutuskan menghukumnya dengan menggunakan Elang Kaukasus. Zeus memerintahkan salah satu anaknya Hefaistos dewa pandai besi untuk membuat seorang manusia dan lahirlah Pandora. Pandora diciptakan untuk menghukum manusia melalui kotak yang diberikan oleh Zeus yang berisi kesengsaraan, penyakit, penderitaan dan hal buruk lainnya” Sohyun menggaruk pelipisnya dengan pena, astaga! Apa aku menjelaskannya terlalu rumit?
“Hehehe… oppa, aku tak mengerti. Bisa kau sederhanakan lagi penjelasannya?” aigoo… anak ini benar-benar.
“Hefaistos membuat manusia yang tak lain adalah Pandora untuk menghukum manusia karena sudah mengetahui rahasia api milik para dewa, kau mengerti?” tanyaku.
“Ahhh…. jadi begitu, kenapa tak bilang dari tadi. Baiklah, gomawo oppa” Sohyun mengecup pipiku sebelum keluar dari kamarku, aish… benar-benar kebiasaan
—-
Author POV
Myungsoo mendudukan dirinya sembari mengusap wajahnya saat ibunya memanggilnya.
“Myungsoo~ah cepat bangun, nanti kau terlambat” panggil Hanna.
“Eoh….” jawab Myungsoo lesu. Segera ia berjalan menuju kamar mandi dan segera bersiap-siap.
Sekian menit berlalu, Myungsoo yang kini sudah rapi pun menuruni anak tangga menuju meja makan. Disana sudah ada Minseok, Hanna dan juga Sohyun.
“Soo~ah kau ingin lauk apa?” tanya Hanna.
“Aniya, aku ingin roti saja eomma” Hanna mengangguk dan memberikan sehelai roti tawar pada Myungsoo.
“Soo~ah, apa kau mau ikut dengan Appa?” tanya Minseok.
“Aku akan naik bis saja, lagipula arah sekolahku dengan Sohyun berbeda” ucap Myungsoo tersenyum.
Teng~tong Hanna segera berjalan menuju pintu setelah mendengar bel berbunyi. Sepeninggal Hanna, Myungsoo pun berpamitan pada Minseok dan tak lupa mengacak rambut Sohyun sebelum berjalan menghampiri ibunya.
“Eomma… aku berangkat, eo anyeoghaseo” sapa Myungsoo membungkuk pada yeoja paruh baya yang tengah mengobrol dengan ibunya di ambang gerbang.
“Ny. Kim, apa ini anakmu?” tanya Ny. Jung
“Ah ne, ini anak pertamaku” ucap Hanna.
“Kim Myungsoo imnida” ucap Myungsoo tersenyum.
Brakk~ Myungsoo, Hanna dan juga Ny. Jung terjengkat kaget saat pintu rumah Ny. Jung dibuka kasar oleh seorang yeoja dengan seragam Sma yang sama dengan Myungsoo. Ia yang kini sibuk meloncat-loncat memakai sepatunya. Alis Myungsoo terangkat. Kenapa wajahnya terlihat seperti sedang terlambat. Bukankah ini masih pagi.
“Eomma, nan ganda” ucap yeoja itu mengecup pipi Ny. Jung dan berlari menjauh dari rumahnya.
“Aigoo… anak itu kebiasaan. Jweseonghamnida, itu putriku Jung Soojung. Dia selalu seperti itu setiap pagi” sesal Ny. Jung.
“Aniya gwenchanna, geuge… kenapa dia terlihat terburu-buru? Bukankah ini masih pagi?’ tanya Hanna.
“katanya Soojung harus membantu temannya, aku pun tak tahu maksudnya” ucap Ny. Jung. Myungsoo dan Hanna pun mengangguk mengerti.
“Baiklah, eomma, ahjumma aku berangkat ne” seru Myungsoo melangkah.
“Eoh, Joshime… semoga hari pertamamu lancar” lambai Hanna, Myungsoo tersenyum dan balik melambai.
—-
“Jeil high School, Kim Myungsoo hwaiting!” Gumam Myungsoo menyemangati dirinya saat tiba di depan sekolah barunya Jeil high School. Myungsoo menatap bingung siswi-siswi yang melewatinya. Di periksa tubuhnya sampai-sampai ia menyiuminya takut-takut tubuhnya berbau aneh. Kenapa yeoja-yeoja itu terus memperhatikannya? Apa ia terlihat aneh? Pikir Myungsoo
Myungsoo tercekat saat mendengar suara pekikan seorang yeoja saat ia baru saja sampai di depan pintu ruang guru.
“Yakk~~!!! Berhentilah mengganggunya!” dahi Myungsoo mengeryit, saking penasaran, ia pun berjalan ke arah sumber suara pekikan itu. Myungsoo melihat segerombolan yeoja yang tengah mentertawai yeoja yang kini tersungkur dengan diam.
“Bukankah itu yeoja yang tadi?” pikir Myungsoo melihat yeoja yang kini berdiri membelakangi yeoja yang tersungkur itu.
“Oy! Jung Soojung, apa kau tak malu berteman dengan yeoja berkaki tiga itu hem? Seharusnya kau bergabung dengan kami yang normal” ucap yeoja berambut sebahu bernama Miran. Soojung tersenyum sinis.
“aku tak sudi berteman dengan yeoja sepertimu” ucap Soojung sinis.
“Ya! Berani sekali kau pada Sunbaemu?!” pekik Miran. Baru saja Miran ingin melayangkan tongkat yang ia pegang, namun Myungsoo keburu menahannya.
“Cheogi… apa kau tak malu melakukan hal ini pada mereka” tanya Myungsoo datar. “Aku bisa saja melaporkan kalian pada Songsaengnim jika kalian tak mau pergi” lanjut Myungsoo. Miran menepis tangan Myungsoo kesal, ia pun berjalan meninggalkan Myungsoo dan Soojung.
“Sooji~ah gwenchanna?” tanya Soojung membantu yeoja bernama Sooji itu berdiri.
“Soojung~ah berhentilah membantuku, aku tak mau kau terluka. Jebal ini yang terakhir kalinya” ucap Sooji lesu. Soojung menggenggam tangan Sooji erat.
“Shireo! Mana ada orang yang membiarkan temannya diperlakukan seperti itu” ucap Soojung kesal. Sooji melepaskan tangan Soojung pelan.
“Aku tak pantas menjadi temanmu Soojung~ah” ucap Sooji sebelum pergi meninggalkan Soojung yang kini tertunduk lesu. Ekor mata Myungsoo terus menatap Sooji yang kini berjalan melewatinya dengan tongkat di sebelah kanannya. Lalu ia pun beralih pada soojung. Myungsoo menghela nafas, pasti yeoja ini hatinya sangat terluka.
“Kita bertemu lagi” ucap Myungsoo, Soojung pun membalikan tubuhnya. Mulutnya membulat melihat Myungsoo.
“Eo! Kau kan tetangga baru itu ya? Ahh… mianhe aku tak mengenalimu” sesal Soojung.
“Gwenchanna, jadi ini alasannya kenapa kau tadi buru-buru?” tanya Myungsoo.
“Ne? Ahh… ne, maaf ya kesanku sangat buruk saat pertama kali kita bertemu. Jadi eungg…” Soojung menggaruk kepalanya bingung.
“Kim Myungsoo, 12A” Soojung memukul mulutnya, kenapa mulutnya ini sangat tak tau sopan santun.
“Omo! Mianhe sunbae, aku pikir kau seumuran denganku hehehe. Nan Jung Soojung, XB” Myungsoo mengangguk.
“Kau sekelas dengan yeoja itu?” tanya Myungsoo penasaran.
“Ne, dia Bae Sooji. Anak itu seperti tuna rungu, jarang bicara, heh…” mendengar ucapan Soojung, Myungsoo jadi teringat dengan Tokkinya itu yang persis dengan Sooji, sama-sama pendiam.
“Tokki… tadi Ahn uisa menyuntik tanganku, tapi aku tak menangis. Aku hebatkan?” seru Myungsoo kecil. Yeoja kecil yang sendari tadi di ajak bicara oleh Myungsoo hanya menunduk fokus dengan crayonnya.
“Eiy… Tokki, kenapa kau diam? Apa kau ingin lollipop? Kalau kau mau, aku akan memintanya pada Appa, chakkaman” yeoja kecil itu menahan tangan Myungsoo dengan wajah datar. Ia pun memberikan crayon berwarna biru pada Myungsoo. Myungsoo tersenyum dan ikut menggambar dengan yeoja kecil itu.
Myungsoo merenggangkan tubuhnya setelah bel istirahat berbunyi. Baru juga masuk tapi sudah disuguhi banyak tugas, heh… benar-benar melelahkan.
“Lee Hyunwoo” Myungsoo menerima uluran tangan namja bernama Hyunwoo itu, tak lama ada satu namja lain yang langsung merangkul Hyunwoo.
“Hyunwoo~ya kajja, kita ke kantin. Eo! Anak baru apa kau mau ikut?”
“Geure, eumm… neo ireum?” tanya Myungsoo.
“Seunghoo, Yoo Seunghoo, kajja! Bisa-bisa aku kehabisan kimbap Yoon ahjumma” pekik Seunghoo menarik Hyunwoo dan juga Myungsoo. Myungsoo tersenyum, hari pertamanya lumayan lancar.
“Kau pindahan dari Miguk? Yaahh… harusnya kau menetap saja disana, pasti banyak yeoja seksi disana” oceh Seunghoo mengunyak Kimbapnya. Seunghoo mendesis saat Hyunwoo memukul kepalanya.
“Kau ini, pikiranmu hanya yeoja saja. Harusnya yang kau pikirkan itu bagaimana caranya kau bisa lulus dengan nilai jelek seperti itu” oceh Hyunwoo, Seunghoo bergumam entah apa. Myungsoo melihat Soojung yang tengah celingak-celinguk mencari tempat kosong. Myungsoo pun memanggil Soojung.
“Sunbae memanggilku?” tanya Soojung.
“Eoh, kau makan disini saja, Hyunwoo~ya, Seunghoo~ah tak apa kan?” tanya Myungsoo.
“Geurom! Soojung~ah anjaseoyo” seru Seunghoo mempersilahkan, Soojung mengangguk kikuk.
“Myungsoo~ah kenapa kau bisa mengenal soojung?” tanya Hyunwoo.
“Dia tetanggaku” jawab Myungsoo. “Soojung~ah apa Sooji tak ikut kemari?” tanya Myungsoo. Hyunwoo dan Seunghoo terdiam dan saling memandang. Soojung menatap bingung ketiga namja ini.
“Kenapa Sunbae menanyakannnya?” tanya Soojung bingung.
“Aniya, aku hanya penasaran saja” ucap Myungsoo.
“Oy! Myung, kau tertarik pada Bae Sooji?” tanya Seunghoo menyelidik.
“Sepertinya” ucap Myungsoo kikuk. Hyunwoo dan Seunghoo membulatkan mulutnya sembari bertepuk tangan.
“Kenapa kau bisa tertarik dengan yeoja pendiam itu? Seumur hidup aku tak pernah mendengar suaranya. Satu lagi, kenapa dia selalu memakai rok panjang?” gumam Seunghoo berpikir. Soojung mendesis.
“sunbae, kalau kau hanya mau mengatai Sooji, lebih baik ku sumpal mulutmu itu” ucap Soojung kesal.
“Eiy… aku tak bermaksud mengatainya, mian” ucap Seunghoo kesal.
“Soojung~ah sekarang dia dimana?” tanya Myungsoo kembali.
“Biasanya kalau jam istirahat, dia selalu pergi ke perpustakaan” ucap Soojung. Myungsoo bangkit dari tempatnya dan beranjak pergi meninggalkan Soojung, Hyunwoo dan juga Seunghoo.
“Benar-benar namja itu” ucap Hyunwoo.
Myungsoo melangkah pelan mengintip Sooji yang kini tengah duduk di ujung rak sembari membaca buku. Sooji terus fokus dengan bukunya sampai sampai tak sadar jika Myungsoo menghampirinya. Langkah Myungsoo terhenti dan tangan kanannya meraba dada kirinya saat kedua matanya melihat Sooji tersenyum. Disana, tepat di dadanya ada sesuatu yang berdentum cepat.
“Senyum itu…”
“Tokki~ya, kenapa terus diam? Apa aku harus menari?” keluh Myungsoo menatap yeoja kecil itu.
“Eiy… jangan salahkan aku kalau kau sakit perut nantinya” dumel Myungsoo.
“Gom semari ga han jibe isseo, appa gom-eomma gom-aegigom,—“ yeoja kecil itu mendongakan kepalanya, ia pun tersenyum melihat Myungsoo bernyanyi sembari menari. Senyum Myungsoo merekah melihat yeoja kecil itu tersenyum melihatnya.
“eo! Kau tersenyum, neomu yeppeo” ucap Myungsoo semangat.
Sooji POV
Gom oppa, bagaimana kabarmu? Pasti kau baik-baik saja dengan eomma dan Appamu. Aku rindu dengan lesung pipimu itu, pasti kau setampan Epimetheus. Apa kau bertanya bagaimana kabarku? Bagai seorang Pandora yang telah melepaskan hal buruk pada dunia, itulah hidupku. kau tau kan, bagai benalu saja Tokki mu ini. Selalu membuat orang lain sengsara.
Aku hanya berharap suatu saat nanti bisa melihatmu dan jika itu terjadi, semoga kau tak pernah mengingatku.
Ku hela nafasku berat, hari ini tak ada yang berubah untukku, mungkin hari seterusnya pun tak akan ada yang berubah untuk seorang Bae Sooji. Kututup bukuku dan ku tatap sebuah kunci antik pemberian Gom oppa, ahh… kenapa tiba-tiba aku merindukannya.
“Gom oppa, manhi bogoshippeo” gumamku menatap kunci antik itu.
Grep~ ah gapjagi. Eo! Namja ini, kenapa dia menggenggam pergelangan tanganku. Dan kenapa dia serius sekali mengamati kunci miliku.
“Cheo…cheogi…” omo! Kenapa dia menangis, ya Tuhan apa salahku hingga orang yang hanya menyentuhku pun kau buat menangis.
Author POV
Myungsoo terus meremas dadanya yang terus bergemuruh di atas normal sembari menatap Sooji yang kini tengah sibuk menulis dan tak lepas dari senyumnya.
“Gom oppa, manhi bogoshippeo” tiba-tiba saja tangan Myungsoo gemetar saat mendengar gumaman kecil Sooji. Kedua kakinya bergerak pelan dengan sendirinya. Matanya terasa perih entah mengapa.
“Tokki~ya ini untukmu dan yang beruang ini punyaku” ucap Myungsoo memberikan sebuah pensil dengan gambar kelinci berwarna putih. Sooji kecil itu menerimanya.
“gomawo Gom oppa” senyum Sooji.
“Gom oppa??? Huuaa…!!! Manhi joah” pekik Myungsoo senang
Bang~! Seperti ada sesuatu yang meledak di hatinya melihat Sooji menatap sebuah kunci antik sembari tersenyum. Tangannya terulur dan menggenggam tangan Sooji yang tengah memegang kunci antik itu. Air mata Myungsoo lolos begitu saja saat ia mengamati pola kecil di kunci itu. Ia hafal dengan kunci itu, sangat hafal.
“Cheo…cheogi…” Myungsoo menoleh pada Sooji saat ia memanggilnya, apa perkiraannya ini benar. Apa Tokkinya itu Bae Sooji.
“Ini miliku” ucap Sooji melepas tangan Myungsoo. Sooji merengut panik melihat Myungsoo terisak.
“Akhirnya, aku menemukanmu” gumam Myungsoo tersenyum bahagia. Sooji mematung saat Myungsoo tiba-tiba saja memeluknya erat. Ia bisa merasakan namja ini masih menangis saat bahunya basah. Ada apa dengannya, kenapa ada perasaan aneh di hati Sooji sekarang.
“Tokki~ya aku menemukanmu” Deg~ apa pendengaranya tak salah sekarang, kenapa air matanya keluar seenaknya sekarang. Kenapa dadanya begitu sesak sekarang.
—-
Myungsoo mengusap rambutnya yang basah dengan handuk sembari mendudukan dirinya di kursi. Senyumnya kembali mengembang melihat kotak Pandora yang ada di mejanya. Ia pun segera mengambil penanya dan mulai menulis surat seperti biasanya.
Aku menemukanmu, Tokki~ya akhirnya selama 10 tahun aku bertemu denganmu lagi. Aku sudah tau namamu sekarang, Bae Sooji. Benar-benar nama yang cantik. Geunde… aku harus memanggilmu apa? Aku lebih suka memanggilmu Tokki, tak apa kan?
Astaga… jantungku terus berdebar sampai sekarang, Tokki~ya kau sangat cantik seperti Pandora hehehe… bagaimana penampilanku sekarang? Apa setampan Epimetheus?
Ahh… bagaimana pun kau tetap Tokki ku yang dulu, Tokki yang pendiam dan senyum manisnya. Aku harap kita bisa bersama seperti dulu. Kau harus berjanji, tak akan meninggalkan Gom oppamu ini, arraseo!
Myungsoo melipat suratnya dan seperti biasa ia pun meletakan surat itu kedalam kotak pandora. Myungsoo merebahkan tubuhnya dengan senyum bodohnya. Ia pun merutuki dirinya sekarang, kenapa dia menjelma menjadi orang bodoh setelah bertemu Sooji.
Tak lama Myungsoo bangkit dari posisinya dan berjalan ke arah jendela, ia baru ingat kalau ia sempat meminta nomor Sooji pada Soojung saat Soojung mengantarkan kue ke rumahnya. Ia pun terus menatap nomor Sooji di ponselnya.
“astaga Kim Myungsoo, hanya menyapanya itu tak masalah” gumam Myungsoo menjambak rambutnya sendiri. Sekali hembusan nafas, Myungsoo menempelkan ponselnya ditelinga setelah menekan tombol dial.
“Yobuseo…” mata Myungsoo memejam mencoba menetralkan detak jantungnya.
“Tokki~ya, naya Myungsoo” jawab Myungsoo gugup.
“Ah ne, Gom oppa” Myungsoo memutar otaknya, apa yang harus ia katakan. Arrgghh… kenapa dia tiba-tiba susah berpikir seperti ini.
“Gom oppa, kau masih disana?”
“Eo? Eoh… aku masih disini” Myungsoo menepuk dahinya, kenapa dia terlihat konyol sekarang. Jawaban apa itu. Pabo Kim Myungsoo.
“Gom oppa, kau belum tidur?” Myungsoo tersenyum lebar mendengarnya sementara di seberang sana, Sooji tengah menggigit bibir bawahnya gugup.
“Ajig, eumm… Tokki~ya”
“Ne?”
“Eumm… nan bogoshippeo” mata Sooji terus mengerjap, astaga! Lagi, jantungnya berderu kencang lagi.
“N…nado” Myungsoo mengepalkan tangannya senang.
“Gom oppa, jaljayo” tangan Myungsoo merosot lemas, kenapa Sooji mengatakan selamat tidur cepat sekali. Harusnya dia yang mengatakan itu pada Sooji.
“Jalja” Klik~ Myungsoo mendesah pelan dan menghempaskan tubuhnya diranjang. Myungsoo merasa sebal pada Tokkinya itu untuk pertama kalinya, kenapa dia memutuskan sambungannya secepat itu,dumel Myungsoo. Tak Myungsoo ketahui yeoja yang tadi memutuskan sambungannya tengah mengatur nafasnya yang terasa sesak.
“Astaga! Bisa-bisa jantungku meledak jika terus mendengar suaranya” keluh Sooji memegang dada kirinya.
—-
“Eomma, nan ganda” pekik Soojung seperti biasanya, Soojung sedikit terkejut melihat Myungsoo sudah berdiri di depan gerbang rumahnya.
“Sunbae, kau kenapa?” tanya Soojung bingung.
“Kau mau menjemput Sooji?” tanya Myungsoo bersikap biasa.
“Ah matta, Sooji!” pekik Soojung menepuk dahinya, bukannya menjawab pertanyaan Myungsoo. Soojung malah lari begitu saja.
“Ya ya! Tunggu!” pekik Myungsoo mengejar Soojung.
Myungsoo menyilangkan kedua tangannya dengan wajah sebal. Ia pikir Soojung tiap hari buru-buru untuk menjemput Sooji agar bisa berangkat bersama. Ternyata dia buru-buru agar tak ketinggalan bis pagi. Itu sih sama saja…
“Ya! Kenapa kau tak bilang kalau kau mengejar bis pagi” dumel Myungsoo pada Soojung yang duduk disampingnya.
“Memangnya kenapa? Kalau aku tak cepat, aku harus menunggu 30 menit untuk bis selanjutnya. Bisa-bisa Sooji keburu diganggu lagi oleh penyihir jelek Lee Miran itu” dumel Soojung. Myungsoo mengangguk mengerti, benar juga ucapan Soojung.
Myungsoo memundurkan wajahnya saat Soojung menatapnya curiga. Soojung mendelik saat Myungsoo mendorong dahinya dengan telunjuk. Lagi lagi Soojung menatapnya curiga sembari menyilangkan kedua tangannya.
“sunbae, Sooji neun, neo Joahe?” mata Myungsoo mengerjap, ia pun berdeham menghilangkan kegugupannya. Bibir Soojung melengkung dan tersenyum lebar. Ditariknya tangan Myungsoo dan matanya itu, kenapa berbinar-binar.
“Jinjja? Jinjja? Jinjja?” tanya Soojung antusias.
“Eo…eoh…” senyum Myungsoo kikuk.
“Kya!!! Sunbaenim, Myungsoo sunbaenim gomawo jong—mal gomawo, aigoo… aku senang sekali” seru Soojung menggoncangkan kedua tangan Myungsoo, Myungsoo tertawa kikuk.
“Bagaimana kau bisa menyukainya, apa Sooji tau perasaanmu?” tanya Soojung. Myungsoo mengigit bibir bawahnya, astaga! Pagi-pagi kenapa yeoja ini begitu ribut sekali. Apa ia tak lihat tatapan orang disekitarnya. Benar-benar menyebalkan.
“Sasil…”
“Eomma, Appa temani aku main ne…” isak Myungsoo menarik tangan Hanna dan Minseok bergantian di ambang pintu ruang khusus anak. Ahn uisa berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Myungsoo, ia tersenyum pada Myungsoo.
“Soo~ah, eomma dan Appamu hanya pergi sebentar. Selagi menunggu, kau bisa bermain dengan temanmu yang lain. Ige… mereka melambai padamu” ucap Ahn uisa.
“Shireo! Aku ingin bermain dengan eomma dan Appa” isak Myungsoo.
“Shireo? Myungsoo~ah apa kau tak lihat yeoja kecil itu? Dia sendirian, apa kau tak mau menemaninya bermain?” tanya Ahn uisa. Myungsoo pun menatap pada arah yang Ahn uisa tunjuk. Disana sudah ada Sooji yang terus menunduk menggoreskan crayonnya diam. Tatapan Myungsoo beralih pada kaki kanan Sooji yang dibalut perban.
“Ahn uisa, kakinya…” tunjuk Myungsoo kaget. Ahn uisa mengangguk.
“Temani dia eoh, buatlah dia tersenyum hem” Myungsoo menatap Minseok dan Hanna. Minseok mengelus pucuk kepala Myungsoo.
“Soo~ah buatlah yeoja kecil itu tersenyum…” ucap Minseok, Myungsoo mengangguk kecil. Myungsoo berjalan pelan menghampiri Sooji. Ahn uisa, Minseok dan juga Hanna tersenyum melihatnya.
“Kau sedang menggambar apa?” tanya Myungsoo menatap Sooji. Sooji hanya diam memainkan crayonnya.
“Siapa namamu?” tanya Myungsoo, Sooji tetap saja diam. Myungsoo mendengus, matanya beralih pada gambar Sooji.
“Eo… apa kelinci itu kau?” tanya Myungsoo. Sooji mengangguk.
“Kenapa kaki kanannya kau hilangkan, Tokki~ya kau harus menyelesaikan gambarnya” oceh Myungsoo. Sooji menatap Myungsoo sebentar. Sooji pun mengangguk patuh, Myungsoo tersenyum.
“Awalnya aku hanya memikirkannya, namun setelah bertemu dengannya. Jantungku terus berdebar” ucap Myungsoo menggaruk tengkuknya kikuk. Soojung terpana dibuatnya, benar-benar kisah yang sangat mengharukan.
“Jadi saat kau berumur 7 tahun kau sudah tau kalau kaki Sooji di amputasi?” tanya Soojung, Myungsoo mengangguk.
“Dia mengalami kecelakaan mobil bersama Ayah dan ibunya, kakinya terpaksa di amputasi karena tak bisa diselamatkan lagi karena tulang lutut sampai pergelangan kakinya hancur, tak bisa diperbaiki lagi” ungkap Myungsoo menunduk.
“Dia yeoja yang tangguh, selama 3 bulan aku dirawat dia tak pernah mengeluh ataupun menangis. Saat anak lain mengejeknya pun dia hanya diam” lanjut Myungsoo.
“Dia tak berubah, aku benar kan?” tanya Soojung.
“Maja, dia persis seperti Tokki ku yang dulu” senyum Myungsoo.
“Eo… itu Sooji” seru Soojung saat dikoridor, senyum Myungsoo merekah melihat punggung Sooji. Soojung menepuk tangan Myungsoo.
“Hampiri dia, sunbae hwaiting!” seru Soojung mengepalkan kedua tangannya di udara. Myungsoo mengangguk dan segera menghampiri Sooji. Soojung tersenyum.
“Kali ini kau harus tersenyum Sooji~ah” gumam Soojung.
Sooji terus melangkah dengan tongkatnya pelan. Ia menoleh ke kanan saat ada sesuatu yang menusuk pipinya.
“Tokki” bisik Myungsoo persis di telinga kiri Sooji. Sooji menoleh dan ia pun terkejut saat melihat wajah Myungsoo dekat. Myungsoo menjauhkan wajahnya dan tersenyum.
“Gom oppa” ucap Sooji pelan. Mata Sooji mengerjap saat Myungsoo mengelus pucuk kepalanya. Jantungnya terus berdebar melihat lesung pipi kecil yang selama ini sangat ia sukai. Tangan Myungsoo beralih pada tangan kiri Sooji dan ia pun menautkan tangannya.
“Kau harus ke kelas kan? Kajja, aku akan mengantarmu” senyum Myungsoo menarik Sooji.
Hyunwoo dan Seunghoo saling melempar pandang melihat Myungsoo terus saja tersenyum dibangkunya.
“Ya… apa dia kelainan?” tanya Seunghoo memutar telunjuknya di pelipis.
“Eiy… jangan berkata yang tidak-tidak, atau jangan-jangan ada hubungannya dengan yeoja pendiam itu?” pikir Hyunwoo. Seunghoo mengangkat bahunya tak tau.
Myungsoo terus menghentakan kakinya menunggu Sooji di gerbang sekolah, sesekali ia melirik arlojinya.
“Ah gapjagi! Eo, sunbae kenapa kau disini?” tanya Soojung terkejut.
“Sooji eoddi?” tanya Myungsoo.
“Sooji? Ahh… pasti sedang di ruang musik. Sunbae kesanalah dan berduaan dengan Sooji” kekeh Soojung menyikut tangan Myungsoo. Myungsoo malah mendorong dahi Soojung dengan telunjuk.
“aigoo… kau ini masih kecil tapi pikiranmu terlampau jauh” decak Myungsoo. Soojung mendengus sebal.
“Eiy… sunbae, aku ini sudah kelas X, aku bukan anak kecil lagi. Kka! Pacaran dengan Sooji sebelum aku menyeretnya pulang” dumel Soojung, tak lama ia pun berlari saat Myungsoo ingin memukulnya.
“Aigoo… anak itu benar-benar” decak Myungsoo tersenyum.
Myungsoo melangkah menuju ruang musik, dari kejauhan ia mendengar suara alunan piano. Senyum Myungsoo terus merekah saat indera pendengarannya mendengar suara lembut yeoja yang pertama kali ia dengar. Sooji bernyanyi, ya… ia tak salah dengar. Tokkinya bernyanyi. Jantungnya terus berdebar melihat Sooji yang kini tengah memainkan piano sembari bernyanyi.
“Suaramu bagus sekali Tokki~ya” Sooji menoleh dan ia pun terkejut melihat sosok Myungsoo berjalan menghampirinya.
“Gom oppa” ucap Sooji malu, Myungsoo mencubit pipi Sooji gemas dan ia pun ikut duduk di samping Sooji. Myungsoo menyandarkan kepalanya dibahu Sooji sembari menutup matanya.
“bernyanyilah untukku” gumam Myungsoo pelan, Sooji mengangguk malu. Ia pun mulai memainkan jarinya pada piano dan mulai bernyanyi, senyum Myungsoo terus tersungging di sepanjang Sooji bernyanyi.
Myungsoo bertepuk tangan saat lagu berakhir, Sooji menggaruk tengkuknya malu. Myungsoo tersenyum dengan tangan mengelus pucuk kepala Sooji.
“Gomawo Tokki~ya” Sooji mengangguk malu.
“Ah matta! Aku punya sesuatu untukmu” Myungsoo membuka tasnya, mata Sooji mengerjap saat Myungsoo mengeluarkan kotak Pandora dari dalam tasnya.
“Kotak Pandora” ucap Sooji, Myungsoo mengangguk.
“Tokki~ya uri halmeoni memberiku kotak ini” pekik Myungsoo senang. Sooji mengangguk senang.
“Kita namai apa kotak ini?” pikir Myungsoo menggaruk kepalanya. Senyum Myungsoo merekah melihat kosa kata ‘Pan’ tertempel di dinding.
“Pan… pan… eumm?” gumam Myungsoo berpikir.
“Pandora” ucap Sooji.
“Pandora? Eumm… geure Pandora, kotak Pandora” angguk Myungsoo mantap.
“Sudah saatnya aku memberikan kotak ini padamu” senyum Myungsoo memberikan kotak Pandora itu pada Sooji.
“Tapi, aku…” Myungsoo mendesis. Myungsoo pun membuka kotak itu, Sooji menatap Myungsoo sebentar saat ia melihat banyak kertas di dalam kotak Pandora itu.
“Ini bukti kalau selama 10 tahun aku tak pernah melupakanmu” gerutu Myungsoo sebal, Sooji terkekeh kecil dibuatnya.
“Eo! Kau tertawa! Yahh… neomu yeppeo jinjja” ucap Myungsoo gemas, Sooji menunduk malu.
—-
Sooji menghela nafasnya, tubuhnya terasa segar setelah mandi. Ia pun menudukan dirinya di ujung ranjang sembari menggosok rambutnya yang sedikit basah. Ia pun menoleh pada kotak Pandora yang Myungsoo berikan. Dengan pelan Sooji meraih kotak itu dan memangkunya. Sooji membuka kotak Pandora dan mengambil satu kertas di dalamnya acak.
1 Januari 2008
Selamat tahun baru Tokki~ya, hari ini aku senang sekali bisa bermain kembang api bersama Appa, eomma dan juga Sohyun adikku, coba saja kalau kau juga disini. Akan lebih ramai jadinya hehehe…
Lain kali kita bermain kembang api bersama ne, Tokki~ya ^_^
“Ternyata dia punya adik, pasti makin ramai ya?” senyum Sooji pelan. Kembali Sooji mengambil satu kertas dan membacanya.
10 Oktober 2012
Saengil chukkae Tokki~ya, mianhe aku tak bisa memberimu hadiah. Kau pasti bertanya kenapa Gom oppa mu ini bisa tau kalau hari ini ulang tahunmu, asal kau tau dulu aku merengek pada Ahn uisa, pabo geutchi?
Tokki~ya nan bogoshippeo, manhi bogoshippeo
Sooji menghela nafasnya, kembali ia mengambil satu kertas lagi.
13 Maret 2010
Tokki~ya dimana kau sebenarnya? Aku sangat merindukanmu, apa kau juga merindukanku Tokki~ya? Kapan aku bisa bertemu denganmu? Ingin rasanya memelukmu.
Tokki~ya bagaimana rupamu sekarang? Apa secantik Pandora kah? Pasti begitu matchi? Aku rindu senyummu.
Tokki~ya, apa kita bisa bersama lagi?
Tes~ Sooji terdiam, ia pun menyeka sesuatu yang berbau amis mengalir di hidungnya. Tangannya gemetar, air matanya pun mengalir tak terbendung. Isakan kecil menggema pada kamar minimalis mememcah malam yang sangat sepi.
“Mianhe…” gumam Sooji terisak.
—-
Myungsoo berjalan beriringan dengan Soojung setelah keluar dari bis, selama perjalanan mata Soojung terus memicing menatap Myungsoo.
“sunbae, apa kau sudah menyatakan cintamu pada Sooji?’ tanya Soojung penasaran. Myungsoo menoleh dan menggeleng. Soojung mendesis sebal.
“Aigoo… kenapa tak langsung saja eoh? kalau begitu biar aku saja yang mengatakannya, aish jinjja” Myungsoo langsung menarik ransel Soojung yang berjalan cepat. Soojung terbatuk menahan sakit.
“Yak! Neo jugule?!” pekik Myungsoo sebal.
“Maka dari itu cepat katakanlah, sebelum ku carikan namja yang lebih tampan darimu untuk Sooji! Chakam! Apa aku tak salah mengataimu tampan?” Soojung meringis saat Myungsoo menjitak kepalanya keras.
“Kau pikir aku tak tampan eoh?!” dumel Myungsoo.
“Eoh, wajahmu ini masih jauh dari Kang Minhyuk CN Blue, bwee~~” Soojung berlari terbirit-birit setelah menjulurkan lidahnya pada Myungsoo. Myungsoo berkacak pinggang dan mendesah sebal.
“Cari mati anak itu” gumam Myungsoo tersenyum.
—-
“Sooji~ah!!” pekik Soojung masuk ke kelas. Sooji mendongak dan tersenyum pada Soojung. Mata Soojung mengerjap, apa ia tak salah lihat? Baru kali ini Sooji tersenyum saat ia memanggilnya. Tiba-tiba saja mata Soojung memicing dan menghampiri Sooji.
“Sooji~ah” panggil Soojung manja.
“Hem?” gumam Sooji mengeluarkan bukunya.
“Apa kau sudah berciuman dengan Myungsoo sunbae?” tebak Soojung.
“Ne?!!!” pekik Sooji.
“yyak!!!” pekik Myungsoo. Sekilas Soojung menoleh pada Myungsoo dengan tampang polosnya. Myungsoo mendengus menghampiri Soojung.
“Musun— hehehe… Tokki~ya jangan dengarkan” cengir Myungsoo setelah menjitak kepala Soojung. Sooji mengangguk malu, lagi-lagi Soojung menyeringai melihat rona merah di pipi Sooji.
“Eiy, harusnya kalian berciuman, eish… arraseo arrseo” dengus Soojung menyilangkan kedua tangannya di kepala saat Myungsoo ingin memukul kepalanya kembali.
“Sunbae, kenapa kau disini, kka! Pergi ke kelasmu!” usir Soojung polos, Myungsoo mendengus sebal. Namun ia menurut saja.
“Soojung~ah” Soojung menoleh saat baru saja duduk di kursinya.
“Wae?” tanya Soojung.
“Apa hari ini kau mau menemaniku?” tanya Sooji.
“Geurom! Memangnya kau mau kemana?” tanya Soojung antusias.
“Eumm… geuge, hari ini aku ingin sekali jalan-jalan denganmu dan Gom oppa, kau bisa kan?” tanya Sooji malu.
“Jinjja! Geurom! Geunde… harusnya kau dan Myungsoo sunbae saja berdua, sekalian berkencan?” oceh Soojung. Sooji menggeleng.
“Aniya, aku ingin mengajakmu juga” ucap Sooji. Soojung mengangguk lesu, namun tak lama matanya berbinar.
“Call!!! Nanti aku akan mengajakmu ke tempat yang bagus” ucap Soojung senang, Sooji mengangguk.
“Gomawo Soojung~ah” ucap Sooji tulus, Soojung mengangguk.
Brak~~!!! Myungsoo, Seunghoo dan juga Hyunwoo yang tengah asik memakan makanannya terkejut saat Soojung datang sembari meletakan nampannya keras.
“Yak! Kau mau membuatku mati tersedak” pekik Seunghoo mengunyah makanannya.
“Eish… kau makan atau mau menyembur kami eoh?!” dengus Hyunwoo.
“Kau kenapa eoh?” dumel Myungsoo. Soojung tersenyum polos.
“sunbae, hari ini kita kencan” senyum Soojung.
“Eh?” pekik Myungsoo, Seunghoo dan Hyunwoo bersamaan
“Ya Soojung~ah kau suka Myungsoo?!” pekik Seunghoo kaget.
“Ani, dia bukan tipeku” ucap Soojung santai, Myungsoo mendelik.
“Lalu kenapa kau mengajaknya kencan?” tanya Hyunwoo.
“eiy… maksudku Sooji dan Myung sunbae yang berkencan, aku hanya akan menjadi cupid mereka” jawab Soojung.
“Myung myung… seenaknya saja memanggil namaku” dumel Myungsoo mendorong dahi Soojung dengan telunjuknya.
“Eish…” desis Soojung.
Myungsoo segera membereskan bukunya setelah bel pulang berbunyi. Ia menunggu siswa lain keluar kelas baru ia pun beranjak dari kursinya.
“Ah gapjagi!” pekik Myungsoo saat Soojung menyumbul.
“Eo! Tokki kau disini?” tanya Myungsoo, Sooji mengangguk malu.
“Ayo kita kencan, kajja!” pekik Soojung semangat dan menarik tangan Myungsoo dan sooji. Myungsoo menggaruk kepalanya, ia pikir Soojung hanya membual saja saat di kantin, ternyata ia serius ingin menjadi cupid.
“Ya kenapa kau bawa kami ke Insadong?” tanya Myungsoo.
“Wae? Aku suka berbelanja, toh Sooji pun tak menolak, iya kan Sooji~ya?” tanya Soojung polos.
“Oppa, gwenchanna” ucap Sooji meyakinkan. Myungsoo menghela nafas, baiklah jika Sooji menyukainya.
Selama berjalan menelusuri Insadong, Myungsoo tak henti-hentinya merutuk atas kebodohan Soojung memilih Insadong sebagai tempat kencan. Apa dia tak melihat Sooji yang kesusahan berjalan di tempat ramai seperti ini. Dasar yeoja gila!
Myungsoo menarik tubuh Sooji mendekat saat tubuhnya mulai limbung. Myungsoo yang kini sibuk mencari Soojung tak sadar jika rona merah di pipi Sooji kembali terlihat.
“Kemana yeoja itu eish…” desis Myungsoo. “Apa kakimu sakit?” tanya Myungsoo saat ia mendengar Sooji meringis, Sooji mengangguk. Myungsoo pun segera mencari tempat duduk. Myungsoo menghela nafasnya berat saat melihat telapak kaki Sooji memerah.
“Mianhe…” sesal Myungsoo.
“Aniya, gwenchanna. Gomawo oppa” senyum Sooji.
—-
Matahari mulai terbenam, kini Sooji dan Myungsoo pun tengah menunggu bis di halte. Seperti biasa, Myungsoo menyandarkan kepalanya di bahu Sooji.
“Gomawo oppa” gumam Sooji. Myungsoo tersenyum, tangannya menggenggam erat tangan Sooji.
“Nado gomawo Tokki~ya” jawab Myungsoo. Myungsoo mengangkat kepalanya dari bahu Sooji saat ia memberikan kotak Pandora pada Myungsoo.
“Kenapa kau memberikannya padaku lagi?” tanya Myungsoo.
“Aku sudah membaca semua suratmu, gomawo” senyum Sooji.
“Eiy… sudahlah, itu untukmu saja” ucap Myungsoo menolak, Sooji menggeleng.
“Buatlah surat lagi untukku, agar aku bisa membacanya” senyum Sooji.
“Baiklah kalau itu maumu. ah itu bismu” Sooji mengangguk dan segera berjalan menuju bis.
“Tokki~ya” panggil Myungsoo.
“Ne?” ucap Sooji menoleh.
Cup~ mata Sooji terus mengerjap setelah Myungsoo mengecup bibirnya singkat. Myungsoo tersenyum melihat rona merah di pipi Sooji yang sangat ia suka akhir-akhir ini.
“Masuklah” titah Myungsoo, Sooji mengagguk patuh. Myungsoo melambaikan tangannya mengiringi bis Sooji yang mulai menjauh. Sepeninggal Sooji, Myungsoo mengacak rambutnya.
“Aish… mworaneungoya Kim Myungsoo” dumel Myungsoo.
—-
Soojung berjalan riang menelusuri koridor sekolah, sesekali ia terkikik geli membayangkan apa yang telah terjadi dengan Sooji dan Myungsoo.
“Sooji~ya, eh? Eobseo?” Soojung celingak celinguk mencari keberadaan Sooji, tapi nihil. Sooji tak terlihat walaupun hanya batang hidungnya.
“Kemana dia? Mungkin dia terlambat, geure…” ucap Soojung.
Soojung menoleh ke arah pintu, ia pun tersentak melihat Myungsoo dengan wajah di tekuk. Ia pun melirik sebuah kertas yang ada di tangan kanan Myungsoo. Dengan cepat ia mengambil kertas itu.
*Gom oppa, terima kasih untuk semuanya, terima kasih untuk tetap menjadi Gom oppa ku seperti dulu. Maaf, aku tak bisa menepati janjiku Gom oppa, aku tak bisa bersamamu…
Kau bertanya padaku, apa kau setampan Epimetheus? Menurutku kau lebih tampan dibanding Epimetheus.
Gom oppa, maafkan aku yang tak bisa menjadi seorang Pandora yang kau inginkan. Aku hanya seorang Pandora yang telah menyebarkan kesengsaraan, itulah aku dan aku tak mau kau mengalaminya…
Aku pergi, jaga Soojung untuku ne… hanya dia yang mau berteman dengan yeoja berkaki tiga sepertiku. Oppa, tolong carikan namja untuknya ne dan akupun berharap, semoga kau mendapatkan seorang Pandora yang lain dan melupakan Tokki mu ini…
Aku menyanyangimu Kim Myungsoo oppa, uri Gom oppa*
Tangan Soojung mengepal kesal, ia pun menutup matanya mencoba menahan rasa perih dimatanya.
“hah cham! Masih sempat menghawatirkanku segala, michin yeoja” gumam Soojung tak bisa menahan kesalnya. Soojung menghampiri Myungsoo yang kini sudah tersungkur di lantai. Soojung menghela nafasnya melihat Myungsoo.
Soojung bisa merasakan rasa kekecewaan pada sunbaenya ini. Walaupun tak ada air mata yang mengalir, tapi Soojung yakin hatinya pasti tengah menangis.
“Lagi-lagi dia meninggalkanku” gumam Myungsoo tersenyum kecut.
—-
7 tahun kemudian…
“Oppa!” pekik Sohyun menghampiri mobil Myungsoo yang sudah terparkir di depan kampusnya. Sohyun pun segera masuk ke mobil.
“Eo! Ada Soojung eonni juga” senyum Sohyun.
“Geurom! Uri oppa yang mengajaku, matchi?” ucap Soojung menggandeng tangan Myungsoo. Myungsoo mendesis dan mendorong dahi Soojung dengan telunjuk.
“Ya oppa, kenapa kau kebiasaan sekali mendorong dahiku?” dumel Soojung.
“Aigoo… kalian bermesraan di depanku, aigoo…” goda Sohyun yang duduk dibelakang.
“Eiy… kalian berdua diamlah, kalau tidak aku akan menurunkan kalian” dengus Myungsoo.
“Aigoo… aku tak sabar melihat Seunghoo oppa” gumam Sohyun pelan, Soojung hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat yeodongsaeng Myungsoo ini. Apa sebenarnya yang ia lihat dari Yoo Seunghoo, bisa-bisanya dia menyukainya.
Dengan cekatan Sohyun masuk ke ruang rawat nomor 1004, Seunghoo tercekat di kasurnya saat Sohyun memekik memanggilnya.
“Eo! Soojung~ah kau datang” ucap Seunghoo senang. Soojung hanya mendengus.
“Oy, apa kau tak kapok balapan liar terus eoh, bisa bisa kalau eomma mu tau kau akan dibunuh saat itu juga” oceh Myungsoo, Seughoo mendesis sebal.
“Eiy… itu tahap awal arra! Sebelum menjajal kemampuanku di dunai F1” ucap Seunghoo bangga.
“Ck, F1 kepalamu”dumel Soojung, Seunghoo mendudukan dirinya dan mengelus kepala Soojung.
“aigoo… kau marah hem?” tanya Seunghoo manja, segera Soojung menepis tangan Seunghoo.
“You wish Seunghoo~sii” ucap Soojung ketus, ia pun keluar dari kamar Seunghoo. Di sepanjang koridor mulutnya tak henti mengucapkan sumpah serapah untuk Seunghoo. Matanya memicing melihat seorang yeoja yang baru saja keluar dari ruangan bersama dokter yang sudah berumur.
Matanya membulat saat yeoja itu berbalik dan berjalan pergi.
“Sooji?!” pekik Soojung tertahan, ia pun segera menghampiri yeoja itu.
“Nuguseo?” Soojung membungkuk meminta maaf saat ia salah orang. Soojung menggaruk tengkuknya. Ia pun memutuskan untuk kembali menghampiri Myungsoo.
“Soojung~ah gwenchanna?” tanya Myungsoo saat Soojung kembali, Soojung mengangguk lemas.
“Eonni, kau kenapa?” tanya Sohyun menghampiri Soojung, Soojung mendongak dan tersenyum kecut.
—-
“Soojung~ah, Sohyun~ah kalian duluan saja ke parkiran, aku ingin ke toilet dulu” ucap Myungsoo, Soojung dan Sohyun pun mengangguk.
“Dimana toiletnya” gumam Myungsoo sembari memencarkan pandangannya. Dahinya mengeryit saat mendengar suara orang terbatuk, Myungsoo pun berjalan mengikuti suara itu. Matanya terbelalak melihat ada seseorang yang kini tengah tersungkur dilantai. Segera ia pun berlari menghampiri orang itu.
“Gwenchannayo?” tanya Myungsoo membantunya berdiri. Dengan mata berat orang itu pun mencoba melihat siapa yang kini tengah membantunya.
“Gom oppa, kau datang” Myungsoo menatap orang yang ia tolong itu.
“Sooji, Sooji!!!” pekik Myungsoo terkejut. Sooji tersenyum melihat Myungsoo kini ada di hadapannya.
“Kau kenapa?” pekik Myungsoo menyeka darah yang mengalir di hidung Sooji. Sooji menggenggam tangan Myungsoo.
“Nan gwenchanna” gumam Sooji sebelum tak sadarkan diri. Segera Myungsoo mengangkat Sooji dan Myungsoo terus berteriak meminta bantuan. Segera beberapa dokter dan perawat memeriksa Sooji.
—-
Soojug yang kini sudah ada di dalam mobil Myungsoo terus saja melihat arlojinya khawatir.
“Kenapa dia lama sekali, bisa bisa aku dimarahi oleh sajangnim” ucap Soojung. Ia pun memutuskan untuk menghubungi Myungsoo.
“Yobuseo, Oppa eodii—“ dahi Soojung mengeryit, kenapa ia mendengar isakan.
“Soojung~ah Sooji—“ ucap Myungsoo terisak.
“Mwo? Sooji! Ya Oppa, eodiiya?” pekik Soojung panik.
“Sooji~~”
Soojung segera memutus sambungannya dan berlari untuk menghampiri Myungsoo dan Sohyun pun mengekor dibelakangnya. Ia pun langsung menghampiri Myungsoo yang kini duduk di depan ruangan Sooji. Soojung membekap mulutnya melihat tangan Myungsoo penuh dengan darah. Myungsoo mendongakan wajahnya saat mendengar langkah kaki Soojung dan Sohyun.
“Oppa” ucap Sohyun berkaca-kaca melihat wajah oppanya.
“Eottokae?” isak Myungsoo frustasi. Soojung pun memeluk Myungsoo berharap namja yang ada dipelukannya ini bisa sedikit tenang. Hati Soojung terasa sakit mendengar tangisan Myungsoo.
“Uljima, Sooji pasti sedih melihat oppa menangis seperti ini” ucap Soojung menahan air matanya. Soojung bisa merasakan rasa sakit yang Myungsoo rasakan.
Dalam hatinya Soojung mengeluh, kenapa Tuhan mempertemukan Myungsoo saat keadaan Sooji seperti ini. Kenapa Tuhan begitu kejam telah membuat Myungsoo terus menunggu. dan sebagai orang terdekat Myungsoo pun ia tak bisa berbuat apa-apa.
Tak lama seorang dokterpun keluar dari ruang rawat, segera Soojung dan Myungsoo menghampirinya.
“uisanim, bagaimana keadaan Sooji?” tanya Soojung khawatir.
“Apa kalian keluarganya?” tanya dokter itu.
“aku temannya, bagaimana keadaannya” tanya Soojung kembali. Dokter itu menghela nafasnya berat.
“Saat ini Sooji masih bisa diselamatkan, dia yeoja yang kuat. Selama tiga tahun dia berjuang melawan kanker di otaknya, jarang ada pasien pengidap kanker otak stadium akhir bisa bertahan selama itu walaupun dengan kemo” Myungsoo tersungkur ke lantai. Soojung menutup mulutnya tak percaya.
Kanker, sooji mengidap kanker, sejak kapan?. Sohyun memeluk Myungsoo yang kini terdiam, lagi-lagi Soojung menitikan air matanya melihat Myungsoo.
“Oppa” panggil soojung.
“Kau bodoh Kim Myungsoo, kau bodoh! Kenapa kau tak bisa menjaganya, kau tak pantas hidup” Soojung menahan tangan Myungsoo yang sendari tadi terus memukuli kepalanya sendiri.
“Yak! Apa dengan cara menyalahkan dirimu sendiri, Sooji bisa sembuh dari penyakitnya!” pekik Soojung kesal. Myungsoo menangis histeris mendengar ucapan Soojung, Sohyun ikut menangis melihat kakaknya.
—-
Soojung menyeka air matanya yang ingin keluar saat ia menghampiri Sooji. Sooji mencoba membuka matanya yang terasa berat. Ia pun tersenyum melihat Soojung, Myungsoo dan juga Sohyun sudah ada disampingnya.
“Wasseo” gumam Sooji lesu.
“Apa itu sakit?” tanya Soojung menatap selang infus dan juga kabel-kabel entah apa menempel di tubuh Sooji.
“Nan gwenchanna, geokjeongma” senyum Sooji.
“Pabo! Kemana kau selama ini hah?” pekik Myungsoo kesal. Sooji mengangkat tangan kananya dengan susah payah. Myungsoo duduk disamping Sooji dengan tetap menangis. Tangan Sooji terulur menyeka air mata Myungsoo di pipinya.
“Uljima, oppa jadi kalah tampan dengan Epimetheus” gumam Sooji. Myungsoo mengelus tangan Sooji yang ada di pipinya sembari menatap wajah Sooji.
“rambut hitammu menghilang Tokki~ya” gumam Myungsoo.
“Gwenchanna, Gom oppa… apa itu yeodongsaengmu?” tanya Sooji. Sohyun pun menghampiri Sooji dengan senyum paksa.
“Anyeong Sooji eonni, nan Kim Sohyun” sapa Sohyun dengan mata berkaca-kaca.
“Sohyun~ah kenapa kau menangis, kau cantik seperti ibumu” ucap Sooji. Sohyun membalikan tubuhnya dan memeluk Soojung saking tak tahan melihat keadaan Sooji.
“Gom oppa, apa aku boleh meminta sesuatu padamu?’ tanya Sooji.
“Tentu saja, apapun itu aku akan mengabulkannya” ucap Myungsoo menggenggam tangan Sooji.
“temani aku hari ini ne, aku ingin bersamamu hari ini” gumam Sooji.
“Tentu saja, aku akan selalu bersamamu kapanpun” ucap Myungsoo mengangguk.
“Jangan membuat janji yang tak bisa ditepati oppa” ucap Sooji tersenyum.
“Tokki~ya disini udaranya dingin, lebih baik kita kembali ke rumah sakit saja ne” pinta Myungsoo, Sooji menggeleng dan tetap menatap matahari sore sungai Han.
“Hanya kali ini saja oppa” ucap Sooji tersenyum. Myungsoo melampirkan jasnya dan merangkul Sooji agar ia tak kedinginan. Myungsoo tersenyum saat Sooji menggenggam tangannya. Dikecupnya tangan Sooji yang menggenggamnya.
Myungsoo menyeka air mata Sooji. Dan menatapnya.
“Kenapa kau menangis?” tanya Myungsoo khawatir.
“Aku senang oppa, gomawo” senyum Sooji. Myungsoo mengelus pipi Sooji lembut. Perlahan Myungsoo mendekatkan wajahnya, Sooji menutup matanya saat Myungsoo menempelkan bibirnya pada bibir pucatnya. Myungsoo menangkup kedua pipi Sooji dan melumat bibir Sooji pelan, tak mau melukainya.
Hanya tiga menit, Myungsoo melepaskan tautan bibirnya. Sooji tersenyum dan mengecup pipi Myungsoo singkat.
“Oppa, saranghae” gumam Sooji menyandarkan kepalanya di pundak Myungsoo. Myungsoo menggenggam erat tangan Sooji.
“Oppa, aku ingin tidur” gumam Sooji.
“Tidurlah, nanti aku akan membangunkanmu” gumam Myungsoo mengelus punggung tangan Sooji yang dingin.
“Tokki~ya, jangan pernah pergi dariku lagi ne, jebal” gumam Myungsoo.
Sebuah kertas terjatuh persis di kaki Myungsoo. Myungsoo menahan kepala Sooji dan mengambil kertas berwarna merah muda itu.
Gom oppa, aku menemukan sepercik harapan pada kotak Pandora milikmu, aku pun berpikir untuk menggunakannya hari ini. Dan tak butuh waktu lama untuk Tuhan mengabulkan harapanku itu.
Kau datang menemuiku, itulah harapanku. Terima kasih telah mengabulkan harapan itu. Aku bisa tenang sekarang, bisa pergi setelah melihat senyum Epimetheus yang sangat tampan.
Sekali lagi aku harus pergi meninggalkanmu, aku harap kau tak menangis lagi dan perlahan bisa melupakanku dan menemukan orang yang pantas disisimu, dan itu bukan tokki mu ini.
Aku pergi oppa, terima kasih atas segalanya. Terima kasih telah mengingat yeoja berkaki tiga ini Gom oppa.
Kim Myungsoo nan Saranghae
Air mata Myungsoo kembali mengalir untuk kesekian kalinya. Tangannya terus menggenggam tangan Sooji yang kini bersandar di bahunya dan tertidur untuk selamanya. Myungsoo tau hal ini akan terjadi, tapi kenapa secepat ini Sooji meninggalkannya. Apa penantian selama 17 tahun itu tak cukup untuknya bisa bersama Sooji untuk selamanya. Sudah lelah ia berharap bisa bertemu dengan Sooji selama 10 tahun dan akhirnya ia bisa bertemu dengan Tokki nya lagi. Tapi ia pun terpaksa berharap lagi selama 7 tahun untuk bisa bertemu dengan Tokki nya lagi. Tapi Tuhan hanya memberikan waktu persekian Jam untuk bisa bersama Sooji lagi.
Kejam, ya! Itu memang kejam. Namun apa daya, takdirlah yang telah menentukannya. Mungkin belum saatnya mereka berdua bisa bersatu di dunia, ada sepercik harapan di hati Myungsoo saat ini. Apakah ia bisa bersama Sooji di kehidupan selanjutnya? Apakah Myungsoo bisa berharap demikian.
Pandora pun menemukan sepercik harapan dari semua kekecewaan, rasa sakit yang telah ia sebarkan. Pandora pun meraih sepercik harapan itu dan berharap sepercik kecil itu bisa menghilangkan rasa sakit, kekecewaan dan hal buruk lainnya pada orang-orang yang ia kasihi. Termasuk untuk Sang Epimetheus.
~Kkeut~
Overword deh jadinya heheh :D
Ff ini thor buat gegara penasaran apa sih pandora. Berhubung kepo kumat, jadi Thor ke Mbah gugel terus ngerumpi deh Sama jeng Wikipedi. Jadilah ff Absurd, Overword, flat ini :D
Kurang sad gak tuh, soalnya thor pertama kali buat ff yang sad ending. Maklumi aja ya kalo kurang gimana gitu -___-
Oh iya, thor makasih banget deh sama IU alias kak Jieun atas lagunya yang udah buat mood Author bagus heheh :D
Sherlockzy sama 100 days with mr. Kim nya masih proses, mianhe :(
Ditunggu komennya, mudah-mudahan gak pada bosen bacanya
GOMAWO ^w^V
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

JANGAN LUPA RC YA ^o^

JANGAN LUPA RC YA ^o^
Baca , Komen :D